Prang.
Duk.
Tak.
Naira menumpahkan semua amarahnya kepada peralatan dapur. Dia merasa kesal dengan apa yang Farzan lakukan tadi. Bagaimana tidak? Tadi dia dengan lancangnya masuk ke dalam kamarnya. Belum lagi dengan ceramahnya yang membuat Naira semakin ingin membunuh Dokter muda tersebut.
Bi Inah yang sedari tadi berdiri dengan kedua tangan yang memegang kain pel dan sapu sapu, hanya bisa menyaksikan majikannya masak. Ets, lebih tepatnya hanya membuat dapur seperti kapal pecah.
Tap.
Tap.
Tap.
Suara derap sepatu terdengar jelas saat Farzan baru keluar dari kamarnya dengan jas Dokter yang sudah melekat di tubuhnya. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Bi Inah yang hanya berdiri di dapur. Farzan mencoba bertanya kepada Bi Inah, tapi langkahnya terhenti saat melihat kondisi dapur saat ini.
"Allahu Akbar, Naira!" pekik Farzan.
Naira membalikkan badannya saat mendengar pekikan dari Farzan.
"NGAPAIN LO DISINI?!" kesal Naira dengan pisau yang berada di tangannya.
"Seharusnya aku yang tanya, kenapa dapur jadi seperti ini?" tanya Farzan.
"Kan tadi lo yang nyuruh gue buat masak," sahut Naira.
"Iya aku tau, ta--"
"Udah diam aja, sekarang lo ke meja makan gue mau lanjut masak," potong Naira lalu melanjutkan acara memotongnya.
"Biar Bi Inah aja yang masak, kamu sama aku tunggu di meja makan," ucap Farzan.
Naira menatap nyalang Farzan, "Lo mau nunggu di meja makan, atau pisau ini melayang tepat pada jantung lo?" ancam Naira sambil mencondongkan pisau tersebut.
Farzan menggelengkan kepalanya, dia tidak mau menjadi korban pembunuhan oleh istrinya sendiri. "Oke, kamu lanjutkan acara masaknya," ucapnya.
"Bi, jaga dia. Aku takut dia bakal bunuh diri," bisik Farzan kepada Bi Inah. Tapi Naira mempunyai pendengaran yang tajam.
"Gue dengar, sekali bicara tentang gue bersiap pisau ini akan melayang," sahut Naira yang masih sibuk memotong sayuran tersebut.
Farzan dibuat gelagapan, tanpa berpikir panjang dia memilih untuk ke meja makan.
Lima menit Naira selesai memasak. Dia membawa semua makanan tersebut ke meja makan dengan di bantu Bi Inah.
Farzan terkejut bukan main, saat melihat ayam goreng. Eh, lebih tepatnya ayam gosong. Mungkin istrinya masih marah kepadanya tentang kejadian tadi pagi. Huft, kenapa perempuan awet banget marahnya. Batin Farzan.
"Nih makan, awas kalau gak habis!" ucap Naira dengan memberikan ayam gosong tersebut kepada Farzan.
Farzan meneguk ludahnya kasar, bagaimana dia akan memakan ayam gosong ini.
"Zah, apa gak ada makanan lagi?" tanya Farzan.
Naira yang mendengar hal itu langsung melototkan matanya.
"Makan!" titahnya.
Dengan terpaksa Farzan mengambil ayam gosong tersebut. Dia mulai menyuapkan ayam gosong tersebut dengan mata tertutup.
Dan...
Seketika matanya terbuka lebar saat memakan ayam gosong tersebut.
"Enak," gumam Farzan yang masih dapat di dengar oleh Naira.
KAMU SEDANG MEMBACA
02:00 (Aku menikah?!)
Dla nastolatkówPART MASIH LENGKAP! FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! BACA DARI AWAL JANGAN LANGSUNG BACA ENDINGNYA! Saat aku terbangun dari komaku. Aku mendapatkan dua kenyataan dalam hidupku. Pertama ayahku meninggal dan kedua aku sudah menikah. Terkejut? Sudah jelas! Aku...