18 / Panggilan spesial

3.8K 195 0
                                    

"Ken, kita kerumahnya Farzan, yuk." Cowok yang dipanggil Kenzie tersebut mengangkat sebelah alisnya.

"Ck, kita kan udah lama nih gak kerumahnya Bos," sahut cowok tersebut.

"Iya Ken, Farel benar. Gue juga udah kangen sama masakan Bi Inah," Farel menatap Dava jengah lagi-lagi sahabatnya satu ini bicara soal makanan.

Kenzie menganggukkan kepalanya singkat. "Baiklah," ucapnya membuat Dava dan Farel bersorak.

"Dan, sana bayar dulu," ucap Farel kepada Zidan yang sedari tadi diam dengan Kei.

Zidan berdecak kesal. "Lo punya kaki, sana lo aja," sahutnya.

"Hey, gue lebih tua dari lo. Jadi lo harus patuh sama gue," ucap Farel tidak terima.

"Sombong amat, cuman beda dua hari doang," kesal
Zidan.

"Kan---"

"Diam!" ucap Kenzie membuat mereka berdua menutup mulutnya rapat-rapat.

"Kita berangkat sekarang, Dava lo yang bayar," ucap Kenzie melemparkan black card-nya. Dava menggangguk dan segera pergi untuk membayar.

▪︎▪︎▪︎

Siang ini, Naira duduk manis di sofa dengan camilan di tangannya. Pandangannya lurus ke depan sembari tertawa saat melihat tingkah lucu dua bocah botak.

Berbeda dengan Farzan, dia menikmati posisinya yang tertidur dengan paha Naira sebagai bantal. Mulutnya terbuka saat Naira menyuapkan camilan tersebut.

Hubungan mereka bisa dikatakan mulai membaik. Entah angin dari mana, Naira mulai menerima Farzan. Dan Farzan sangat bersyukur akan hal itu.

"Aws, Om. Jangan digigit tangan gue." Naira mengusap jarinya yang tadi Farzan gigit.

Farzan hanya terkekeh pelan, dia terlalu gemas dengan jari mungil istrinya.

Farzan mengambil tangan Naira lalu mengusapnya lembut.

Cup.

Kecupan lembut mendarat di jari Naira yang sempat tergigit tadi.

"Sudah sembuh kan?" tanya Farzan.

Naira dibuat blushing oleh Farzan, dia menarik kembali tangannya dan mulai fokus dengan filmnya.

Farzan membenarkan posisi kepalanya, dia menatap wajah cantik Naira dari bawah. Tangannya terangkat mengelus pipi yang sudah seperti kepiting rebus.

"Faizah," panggil Farzan. Naira hanya berdeham dengan mulut yang mulai menguyah.

"Bisakah kamu mengubah cara bicaramu?" tanya Farzan dengan tangan yang masih setia mengelus pipi mulus Naira.

Naira menghentikan kuyahannya, dia menunduk menatap bola mata hitam milik Farzan.

"Kenapa?"

Bukan sebuah jawaban, tapi sebuah pertanyaan yang keluar dari bibir Naira.

"Aku lebih suka kamu yang berbicara menggunakan 'aku-kamu' dari pada 'gue-lo," jelas Farzan.

Naira berpikir sejenak, mungkin dia harus mengubah cara bicaranya kepada Farzan.

"Baiklah, gu- maksudnya aku akan mengubah cara bicaraku," ucap Naira.

Farzan tersenyum senang, dia memeluk erat perut rata istrinya. Dan itu membuat Naira terpenjat kaget.

"Om, jangan seperti ini," ucap Naira, dia merasa kurang nyaman dengan apa yang Farzan lakukan.

Farzan melepas pelukannya, dia mengubah raut wajahnya kesal. Naira yang melihat itu hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Om?" Naira mengangguk.

02:00 (Aku menikah?!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang