Keningnya mengerut saat tidak merasakan sakit apa pun. Justru dia merasa ada tangan yang melingkar di pinggangnya. Perlahan netra bulat tersebut terbuka. Matanya membulat sempurna saat melihat wajah tampan milik suaminya.
Dengan jarak yang sangat dekat membuat wanita tersebut menahan napasnya. "Hekhem." Naira tersentak kecil, dengan cepat dia menegakkan kembali tubuhnya.
"Kenapa Aa bisa disini?" tanya Naira.
Farzan merapikan rambut istrinya. "Kamu ngapain disini?" Bukannya menjawab, Farzan balik tanya.
Naira berdecak. "Aa gak liat? Naira lagi ngambil buah mangga ini. Tapi saat mau turun kaki Naira salah pijakan, jika saja Aa gak datang tepat waktu mungkin Naira sudah jatuh, dan ba---" Naira menghentikan ucapannya saat hampir saja keceplosan.
"Apa?" tanya Farzan dengan kening yang berkerut.
"Tidak apa, emmm Aa bisa ambilkan mangga muda itu gak?" tanya Naira sambil menunjuk buah mangga tersebut.
Farzan mendongakkan kepalanya, buah mangga itu masih muda. Kenapa istrinya mau makan itu? Padahal masih banyak buah mangga yang sudah masak.
"Aa." Farzan mengerjabkan matanya, dia menatap istrinya. "Kamu yakin mau makan yang masih muda? Sedangkan disana banyak yang sudah masak, Faizah."
"Gak, Naira pengen yang muda... cepat A, ambilkan."
Pria tersebut menganggukkan kepalanya. Dia mulai membuka jas dokternya, lalu menggulung lengan kemeja hitamnya. Setelah itu, pria tersebut mulai memanjat pohon mangga itu.
Naira tidak hentinya tersenyum senang, dia tidak sabar memakan mangga muda itu. Dengan mudah Farzan mengambil buah mangga tersebut. Dia hanya mengambil dua, takut nanti istrinya akan memintanya lagi. Meskipun dia berharap bahwa istrinya akan baik-baik saja setelah makan buah ini.
Setelah selesai, dia mulai turun dari pohon tersebut. Farzan melihat raut senang istrinya. Terbukti saat dia turun dengan sigap Naira mengambil buah itu dari tangannya, sambil tersenyum senang.
"Sudah, kan? Sekarang kita pulang." Naira menganggukkan kepalanya ribut. Dia berjalan mengikuti Farzan dengan kedua tangan yang memegang mangga muda tersebut.
▪︎▪︎▪︎
"Aa mau gak? Enak loh...."
Farzan menatap istrinya yang sedang melahap mangga muda tersebut. Melihat itu membuatnya sudah bergidik, mangga itu pasti sangat asam. Tapi kenapa istrinya sangat menyukainya?
"Jangan banyak-banyak, nanti kamu bisa sakit perut," tegur Farzan. Sekarang istrinya sudah menghabiskan satu mangga tanpa sisa.
"Hem."
Bukan Naira jika mengikuti perintah Farzan, dia mengambil buah mangga tersebut lalu mengupasnya. Melihat itu dengan cepat Farzan mengambil buah tersebut. Dia menatap tajam istrinya. "Aa kan sudah bilang, jangan makan lagi nanti kamu bisa sakit perut, Faizah..."
Naira berdecak kesal. "Satu kali aja A... Naira masih pengen makan mangga mudanya," ucapnya dengan mata berkaca-kaca, berharap Farzan akan luluh.
Dan benar saja, melihat istrinya akan menangis membuatnya tidak tega. Farzan menghembuskan napasnya kasar. "Setengah aja, jangan dimakan semua."
Dengan semangat enam lima, eh empat lima Naira mengambil buah mangga tersebut. Tapi gerakannya terhenti saat Farzan mengangkat kembali buah mangga itu. Naira mengerutkan keningnya.
"Biar Aa aja yang ngupas." Farzan mulai mengupas buah mangga tersebut untuk Naira.
"Aa seperti melayani ibu hamil aja," ucap Farzan tanpa sadar.

KAMU SEDANG MEMBACA
02:00 (Aku menikah?!)
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! BACA DARI AWAL JANGAN LANGSUNG BACA ENDINGNYA! Saat aku terbangun dari komaku. Aku mendapatkan dua kenyataan dalam hidupku. Pertama ayahku meninggal dan kedua aku sudah menikah. Terkejut? Sudah jelas! Aku...