"Duhh, mana nih Farzan kok belum dateng sih," ucap Farel. Kenzie yang di sebelah Farel hanya menatap datar ke depan. Dia kembali, itu yang ada di benaknya sekarang.
"Dimana Bos kalian? Apa dia takut dengan kedatangan kami? Cih, pengecut."
Dava menggeram marah, bisa-bisanya mereka bilang Farzan pengecut. Saat hendak maju untuk memukul orang tersebut, Kenzie menahan tangannya. Tidak, ini bukan saatnya terjadi pertumpahan darah. Biarkan Farzan sendiri yang menyelesaikan masalah ini tanpa ada korban.
"Apa dia sudah datang?" tanya seseorang, membuat mereka menatap ke ambang pintu. Dengan jas formalnya, pria tersebut melangkahkan kakinya masuk ke dalam markas The FA.
Tidak ada yang mengeluarkan suara sepatah kata pun. Semua orang tahu, siapa yang sedang berjalan tersebut. Terutama anggota The FA, mereka terkejut saat melihat pria tersebut, akibat kejadian itu mereka tidak pernah melihatnya lagi. Dan sekarang tiba-tiba datang dengan pasukan yang sangat banyak.
"Belum, Bos. Sepertinya dia takut," ujar salah satu anggotanya.
"Enak aja lo ngiming, Bos kita gak kaya lo! Dia cuman sedikit telat," kesal Dava.
"Ngomong bego, bukan ngiming," ralat Farel.
Dava menatap Farel. "Sama aja, lo gak tau yang lagi trend sekarang. Itu kata plesetan dari ngomong, kudet banget sih."
"Gak kudet cuman kurang tua aja..."
"Tau, Nyet!"
"Lah, itu lo yang bego. Itu juga kata plesetan tau."
Gavin memutar bola mata jengah, di situasi seperti ini masih aja mereka berdebat masalah sepele.
"Terlalu lama."
Seluruh pandangan menatap pria yang sejak tadi berdiri. Dia paling benci yang namanya menunggu, karena selama ini dia tidak pernah menunggu. Dan sekarang dia harus menunggu seseorang yang sangat tidak penting untuknya.
"Katakan kepada ketua kalian. Jika dia memang takut, sebaiknya gak usah kesini. Mungkin saja, dia sedang berlindung di balik tubuh istrinya, dasar lemah!" ujarnya angkuh. Kenzie menahan diri untuk tidak memukul pria di depannya ini. Begitu pun dengan anggota The FA, mereka sebisa mungkin menahan amarah yang kapan saja bisa meledak.
"Siapa yang kau bilang lemah, Abang."
Kenzie tersenyum tipis, akhirnya datang. Pria tersebut membalikkan badannya, guna melihat seseorang yang telah memanggilnya 'Abang'.
"Waw, ternyata lo datang juga. Sudah mempunyai keberanian untuk menunjukkan wajah pembunuh lo?"
Farzan tersenyum kecut, sampai kapan dia akan dianggap pembunuh oleh Abang-nya sendiri? Kalian pasti sudah tahu siapa Abang yang Farzan maksud. Benar, dia Gama Attarayhan Fattah.
"Pembunuh? Seharusnya itu kata yang pantas untuk seseorang yang telah lo panggil 'Paman'." Pria tersebut menggeram marah, dia tidak suka jika Pamannya di tuduh seperti itu.
"Sudah jelas, kematian Abi dan Umi itu kesalahan lo!" tuduhnya dengan nada tinggi.
"Jika lo punya otak, lo bakal cari tau siapa penyebab kebakaran itu," ucap Farzan santai.
Pria tersebut terdiam, yang dikatakan Adik-nya benar juga. Tapi, sudah jelas jika orang tuanya meninggal akibat Adik-nya.
"Gue melihat dengan mata kepala gue sendiri, mereka meninggal karena lo. Seharusnya lo yang mati bukan Abi dan Umi," elaknya. Farzan menatap netra hitam tersebut, kenapa Abang-nya belum mengikhlaskan kepergian orang tuanya.
Kenzie menyaksikan pertengkaran kedua saudara tersebut. Dia ingin menghentikan semua drama ini, hanya saja sebaiknya dia tidak ikut campur dalam masalah keluarga tersebut. Tapi jika Farzan meminta bantuannya dia akan senang hati menolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
02:00 (Aku menikah?!)
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! BACA DARI AWAL JANGAN LANGSUNG BACA ENDINGNYA! Saat aku terbangun dari komaku. Aku mendapatkan dua kenyataan dalam hidupku. Pertama ayahku meninggal dan kedua aku sudah menikah. Terkejut? Sudah jelas! Aku...