TWINS - 24

7.3K 603 34
                                    

🌸
Happy Reading♡.
___________________


Lira mentap ragu unit apartement yang tepat berada di depannya. Itu adalah unit apartement milik papanya dulu dan lira rasa xio membawa lora ke sini.

Lira menghembuskan nafasnya dan ia mengetuk pintu apartment itu.

Tok tok tok

Tidak ada jawaban dari dalam dan lira kembali mengetuk pintu itu dan tetap tidak ada jawaban seperti tidak ada kehidupan di dalam sana.

Ting

Violala👅.
Gue ada di cina dan ga sengaja lihat lora jalan sama cowo
Lo disini juga?
Ayo ketemuan, gue kangen sama lo tau

Pesan dari viola membuat rahang lira mengeras, tangannya menggengam ponselnya erat dan hati lira menjadi tidak tenang.

Lora benar-benar meninggalkan dirinya? Lora yang tidak ingin jauh darinya tapi kenapa lora sendiri yang menjahuinya?

Yang harus lira lakukan hanyala menemui lora di cina ia tidak bisa jauh dari gadis itu.

Hari menjelang sore, lira menarik koper yang tidak lumayan besar keluar dari kamarnya.

Gadis itu menuruni tangga dan tanpa berkata apa-apa lira melewati reina dan agung yang tengah berbincang di ruang keluarga.

"Mau kemana kamu?" Tanya reina dengan ketus. Lira seperti tidak merasakan keberadaan reina dan terus saja berjalan menuju pintu utama.

"Lira mau kemana?!" Tanya reina dengan suara meninggi.

"Kak" teguran itu berasal dari sherlly yang berpapasan dengan lira.

"Minggir" sentak lira menatap tajam adiknya.

"Lira" panggil agung.

"Minggir sher" ucap lira menekan setiap katanya.

"Lo mau kemana?" Tanya sherlly.

"Jemput lora"

"Bunda ga izinin kamu pergi. Sekarang masuk kedalam kamar lira" tekan reina dengan tajam.

"Aku ga perduli, aku mau jemput lora" ucap lira kesal "aku cinta ma sama dia, aku ga bisa kaya gini. Kenapa bunda larang aku?"

"Kamu masih tanya?" Ucap reina heran "Kamu ga sadar ini salah?! Kamu kembaran lora dan sampai kapanpun akan tetap seperti itu. Sadarlah kita hidup di negara mana, mereka akan menganggap kita buruk dan menjijikan jika mencintai sesamanya" nada suara reina yang tidak lagi bisa di tahan.

"Rei" agung menggengam tangan reina.

Air mata reina mengalir membasahi pipinya. Agung yang melihat itu menarik reina dalam pelukannya.

"Aku udah gagal mendidik mas. Ini salah ku, aku tidak bisa menjadi ibu yang baik untuknya" gumam reina dengan terisak membuat hati lira bergetar.

Tidak, reina tidak salah apa-apa. Reina sudah menjadi ibu yang baik untuknya dan reina sudah mendidiknya dengan benar. Ini kesalahan dirinya, reina tidak ada sangkut pautnya.

"Bun" suara lira melemah. Lira melangkah mendekati reina dan memeluk reina dengan sangat erat.

"Maafin lira, lira salah. Bunda ga salah apa-apa, bunda udah jadi ibu yang terbaik buat lira" lira menangis memeluk reina.

Reina melepaskan pelukannya pada agung dan berbalik memeluk lira.

"Ini salah, lira. Bunda yakin kamu masih bisa mencintai laki-laki di luar sana. Percaya sama bunda" ucap reina mengusap rambut anaknya. Lira tidak menjawab dan memilih memeluk tubuh reina semakin erat.

*****

1 tahun kemudian.

Jam selalu berputar mengganti setiap jamnya dengan hari-hari yang berbeda.

Seorang gadis terduduk salah satu kursi di sebuah cafe menatap teman-temannya yang sedang asik dengan dunia mereka membicarakan universitas sama yang akan mereka tempuh setelah surat kelulusan keluar.

"Emang kapan kelulusan?" Tanya tamara meminum minuman bobanya.

"Lah lu gimana sih, kan hari sabtu besok" jawab biola.

"Oh iya deh lupa" ucap tamara menyengir.

"Kalian mau balik ke cina?" Tanya celin menatap 2 pria yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka.

"Mungkin" balas xander.

"Aku bakal kuliah di new york" celetuk livi membuat mereka semua terkejut.

"Loh kok lu baru kasih tau kita?" Tanya biola tidak percaya.

"Aku juga baru kemarin malem di kasih tau. Oma aku lagi sakit dan aku kangen sama dia jadi aku mutusin kuliah disana buat jaga oma juga" balas livi.

"Ohhh gitu berarti harus adain pesta untuk kelulusan plus hari terakhir kita main" ucap biola. Tamara dan celin mengangguk setuju begitu juga dengan xander, riendra dan livi.

Mengenai hubungan celin dan biola, mereka sudah menjadi sepasang kekasih dan sudah berjalan 11 bulan. Dan kabar sakuran dan gisella, mereka memutuskan untuk pindah dan menikah di milan sekalian gisella di tugaskan ayahnya untuk mengambil kendali cabang perusahaan disana.

"Lira, lo mau kuliah dimana?" Tanya tamara kepada lira yang sedari tadi hanya diam.

Lira menoleh pada tamara dan menggeleng pertanda dia masih belum memikirkan.

"Gue cabut" lira pergi dari cafe itu meningalkan teman-temannya yang menghelah nafas.

"Kebiasaan" gerutu biola jengah.

"Sabar sayang, mungkin dia belum bisa lupain lora" ucap celin.

Semenjak pembicaraannya dengan reina hari itu, gadis itu menuruti riena untuk tidak berangkat menemui lora dan semenjak itulah lira menjadi pribadi yang lebih pendiam, berbicara seperlunya, lebih sering melamun dan tidak pernah lagi tersenyum.

Mereka semua paham lira sangat mencintai lora dan karena kepergian lora yang entah kemana itulah lira menjadi gadis dingin seperti saat in.

"Btw, kalian tau gimana keadaan lora sekarang?" Tanya livi pada xander dan riendra yang notabenya adalah teman lora.

Riendra menggeleng "kita juga ga tau, kakakku bilang rumah orang tua lora kosong dan ga ada yang tau mereka pindah kemana"

Mereka semua menghelah nafas lemah, Ini sudah satu tahun dan mereka semua tidak tau keadaan teman mereka itu kemana.

"Nanti kita cari lagi, kalian tenang aja" ucap xander menenangkan.

________________________
Maaf buat kalian nunggu lama😭

Gara" main rp lagi aku jadi ga fokus buat nulis kelanjutannya😾. Maaf ya pren...

Btw aku ga nyangka banget ada yang mau baca cerita ini. Udah banyak yang baca lagi terhura saya😭

Love banyak" buat kalian😻
See youuu...

TWINS (GxG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang