TWINS - 28

7.2K 603 32
                                    

🌸
Happy Reading♡.
____________________

Air mata lora tidak lagi bisa ia bendung di saat sherlly menunjukkan sebuah foto di ponselnya. Disana lira dengan tubuhnya yang lemah dan kurus tertidur di atas ranjang rumah sakit setelah melakukan terapi beberapa bulan yang lalu. Sherlly mengambilnya dengan diam-diam.

"Ini salahku" lora menutup wajahnya dengan sesenggukan. Sherlly yang melihat kakaknya menangis merubah posisinya menjadi duduk di samping lora dan memeluknya.

"Ini bukan salah kakak, ini udah takdir" ucap sherlly menenangkan mengusap punggung bergetar lora.

Xio yang ikut mendengarkan cerita sherlly ikut menundukkan wajahnya. Ia gagal menjaga adiknya. Seharusnya ia tidak pernah membawa lora jauh dari lira.

"Unda enapa angis" tanya bocah perempuan yang duduk di pangkuan xio dengan heran.

"Dede akal ya?" Tanya mesya dengan berkaca-kaca. Hati kecilnya merasa sang bunda menangis karenanya.

Lora yang mendengar ucapan gadis kecil itu melepaskan pelukan sherlly kemudian menggeleng dan membawa tubuh gadis itu di pangkuannya.

"Ngga, bukan salah ade kok" ucap lora memeluk mesya. Mesya tidak jadi menangis membalas pelukan sang bunda.

"Mau ketemu lira?" Tawar xio tiba-tiba. Lora menatap xio dengan ragu. Xio mengangguk guna meyakinkan lora dan akhirnya lora menerima tawaran itu meskipun ia sedikit takut jika lira tidak mau melihatnya setelah ia pergi begitu saja beberapa tahun yang lalu.

"Kak, mereka berdua anak kak lora sama kak xio?" Pertanyaan itu akhirnya keluar dari bibir sherlly setelah sekian lama ia pendam. Jujur saja ia sangat penasaran dengan kedua bocah itu yang memanggil lora dengan sebutan bunda. Jika benar itu anak mereka berdua apa yang akan terjadi dengan lira jika mendengarkan fakta itu.

Lora menatap xio meminta untuk xio yang menjelaskan apa yang tengah terjadi. Xio mengangguk dan mulai menceritakan bagaimana kedua bocah itu bisa ada.

"Sebenarnya..."

*****

Bruk

Tidak sengaja lora menabrak seorang wanita muda berjas putih yang tengah berjalan di depannya. Lora yang terkejut dan refleks memegang bahu wanita itu.

"Maaf saya tidak sengaja" ucap lora panik.

Wanita yang di tabrak lora menoleh dengan heran mendengar suara lora seketika matanya melebar menatap lora tidak percaya.

"Lora?!" Pekiknya. Lora ikut terkejut menyadari wajah dari wanita itu.

"Livi?"

"Ini kamu beneran lora kan?" Tanya livi tidak percaya "akhirnya aku ketemu lagi sama kamu" ucap livi dengan antusias memeluk tubuh lora.

"Ku kangen" ucap livi lagi.

"Aku juga" balas lora dengan memeluk livi tidak kalah erat.

"Kamu kemana aja sih, kita semua nyariin kamu tau ngga. Kamu harus tau kabar lira setelah kamu pergi. Kita nyariin kamu tapi kita ngga pernah lagi denger kabar kamu" jelas livi berkaca-kaca setelah melepaskan pelukannya.

"Maaf ya" itu yang hanya bisa lora ucapkan saat ini.

"Aunty kok malahin unda aku cih?" Sebuah suara mengagetkan livi.

"Eh anak siapa ini?" Tanya livi heran menatap mesya di gendongan lora yang baru ia sadari keberadaannya .

"Anak undalah" balas mesya memeluk sang bunda.

"Aku juga anak bunda" celetuk bocah laki-laki yang beda di gendongan xio.

"Loh" livi menatap heran keberadaan xio dan kedua bocah yang mengaku anak dari lora. "Lo sama xio..."

Livi menutup mulutnya tidak percaya. Ada rasa tidak rela mengetahui fakta yang belum benar adanya jika lora dan xio sudah menikah dan memiliki dua anak kembar.

"Loh kok masih berdiri disini?" Suara sherlly memecahkan konsentrasi mereka. Gadis itu baru saja menerima panggilan dari ayahnya jadi ia menyuruh lora dan xio ke ruangan lira terlebih dahulu.

"Ayo masuk" ajak sherlly dengan membuka sebuah pintu ruang rawat didekatnya.

"Nanti aja aku jelasin" ucap lora menarik lengan livi guna mengikutinya menuju ruang rawat lira.

Sherlly tersenyum melihat lira yang duduk di depan jendela kaca menatap matahari yang akan tenggelam. Itu sudah menjadi rutinitas lira saat menenangkan pikirannya.

"Hai kak" sapa sherlly melangkah mendekati lira.

"Hai" balas lira tersenyum saat sherlly berjongkok di depannya.

"Kakak mau tau ngga aku bawa siapa hari ini?" Tanya sherlly dengan antusias. Lira yang mendengar ucapan adiknya menjadi heran apa maksut gadis itu.

"Siapa?" Tanyanya.

"Coba kakak liat ke belakang" ucap sherlly. Lira yang kepo menoleh arah dimana sherlly melirik dengan tersenyum antusias.

Tubuh lira menegang melihat wajah yang sudah lama tidak ia lihat, yang sudah lama tidak ia sentuh, yang sudah lama ia rindukan.

"L-lora?" Gumama lira tidak percaya.

Lora juga ikut mematungkan tubuhnya melihat kondisi yang masih sedikit pucat dengan tubuh yang lumayan berisi dari pada foto yang sherlly tunjukkan kepadanya.

"Kamu beneran lora?" Tanya lira masih tidak percaya. Lora mengangguk, xio mengambil mesya dari gendongan gadis itu agar lora bisa nenghampiri lira.

Lora berjalan menghampiri lira dan tanpa ia sadar air matanya mengalir menatap lira dengan rindu. Begitu juga dengan lira yang terus menatap lora seolah satu detik saja ia berkedip lora akan hilang dari pandangannya.

Lora menggengam tangan lira, menunduk tidak kuat lagi menyembunyikan isakannya, hati lira merasa sakit mendengar suara lora. Ia menarik tubuh lora dalam pelukannya.

"Jangan nangis" ucapnya, Lora semakin mengeratkan pelukamnya pada tubuh lira "jangan tinggalin gue lagi, gue ga mau"

Kata-kata itu semakin membuat hati lora bersalah "maafin aku" ucapnya dengan terisak.

___________________________
Haiii ketemu lagi kita:)
Seadanya aja dulu aku up dari pada ga up samasekali ygy

See youu...makasih buat kalian yang udah mau nungguin cerita ini❤.

TWINS (GxG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang