TWINS - 02

18.8K 1.3K 7
                                    

🌸
Happy Reading♡.

___________________

"Kakak, bangun!! Udah siang loh!" suara cempreng Sherlly mengusik ketenangan Lira di siang ini. Gadis itu sepertinya kelelahan, ia baru tertidur setelah pergi bersama temannya sampai hari menjelang pagi.

"Lo ga ikut jemput Kak Lora?" tanya Sherlly sambil menarik selimut Lira dengan kencang. Tapi, Lira lebih kuat dan menarik selimutnya kembali.

"Enggak, gue ngantuk. Pergi sana!" balas Lira malas.

"Awas ya, minggu depan pulang pagi lagi. Gue beneran aduin ke Bunda! biar lo tidur di luar sekalian." ancam Sherlly kesal. Lira hanya bergumam membalas omelan Sherlly.

"Huh, punya kakak ga ada gunanya!" gerutu Sherlly dengan kesal, menuruni anak tangga.

"Sayang, bisa tolong jemput kakak kamu sendiri di bandara? Bunda harus ke butik, nih." ucap reina mengusap kepala anaknya.

"Iya, Bun, gampang. Muka Kak Lora kan mirip Kak Lira." balas Sherlly tersenyum manis, layaknya anak baik.

"Ya, hati-hati di jalan. nanti kalau udah sama Kak Lora, kabarin Bunda ya!" ucap Reina. Sherlly mengangguk. Reina pun pergi meninggalkan rumah, diikuti Sherlly yang diantar supir menuju bandara.

*****

"Kak, Sherlly harus pergi, lagi ada tugas kelompok. Baik-baik ya di rumah, ada Kak Lira kok pasti masih tidur di kamarnya." Sherly berpamitan, setelah koper milik Lora di turunkan dari bagasi mobil.

"Iya gapapa, kamu hati-hati di jalan, ya." ucap Lora tersenyum kepada adik tirinya itu.

"Hehe, Iya Kak. Bye!" Sherly melambaikan tangannya kepada Lora. Rasanya sedikit canggung, dirinya dan Lora tidak pernah berkomunikasi sebelumnya. Baru ini mereka berbicara secara langsung.

Lora mengamati sekeliling rumah yang tengah ia pijak saat ini. Ternyata ayah tirinya lumayan kaya. Rumah ini cukup besar dan super mewah, melebihi rumah papa kandungnya yang berada di Tiongkok.


Lora celingak-celinguk, heran dengan suasananya sunyi di rumah ini. Kenapa terasa seperti hanya dirinyalah yang tinggal disini?

Lora menaiki anak tangga satu per satu dengan hati-hati, membawa kopernya. Ia sudah di beritahu Reina bahwa kamarnya berada di sebelah pintu kamar bercat hitam.

Lora menemukan sebuah pintu bercat putih, tepat di samping kamar pintu bercat hitam seperti yang dikatakan bundanya itu.

Saat hendak membuka pintu kamarnya, Seorang gadis dengan kaus dan celana hitam pendeknya keluar dari kamar pintu bercat hitam dengan rambut yang masih basah.

Lora terdiam melihat gadis itu, yang belum menyadari kehadirannya. Beberapa detik kemudian, Lira menoleh dan sama terkejutnya dengan Lora.

"Eh Lira! " sapa Lora gugup. Wajar saja ia merasa gugup dan canggung, Sudah lama tidak bertemu, dan kini mereka kembali berjumpa setelah bertahun-tahun.

Lira menatap Lora dengan kagum. Gadis itu memang sangat cantik. Meskipun memiliki wajah yang sama, penampilan Lora jauh lebih feminim dengan riasan wajah dan dress selutut berwarna peach. Berbeda dengan Lira yang lebih suka tampil bebas dengan celana

"Ehm, sudah sampai?" tanya Lira sambil melirik koper di samping Lora. Ucapannya itu sedikit membantu mencairkan suasana canggung yang sempat terjadi beberapa saat lalu

"Belum, ini masih di pesawat," canda Lora. Ucapannya membuat Lira tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

"Sherlly mana?" tanya Lira, mencari keberadaan gadis nakal itu.

"Pergi, ada tugas kelompok katanya." balas Lora.

"Oh," gumam Lira. setelah mengatakan itu, dia pun pergi dari sana dan berjalan menuruni anak tangga.

Lora terdiam melihat sikap Lira yang terkesan cuek. Dia kesal sendiri. Tidakkah Lora rindu padanya setelah sekian lama mereka tidak bertemu? Cih, sepertinya Lira sudah menganggapnya seperti orang asing.

*

****

Malam telah tiba. Di meja makan, tersaji berbagai macam hidangan untuk makan malam.

Lira baru turun dari tangga hendak duduk di kursi samping Sherly. Namun, suara sang Bunda mengurungkan niatnya itu.

"Lira, panggil adik kamu untuk makan malam! " perintah Reina yang masih sibuk menyiapkan makan malam, Lira mendesah kesal mendengar itu.

"Kenapa ga sherlly aja sih, Bun? Lira baru mau duduk juga." ucap Lira kesal melirik Sherlly yang menyengir.

"Repot dong mau berdiri lagi, kan lo yang baru dateng. Sana panggil Kak Lora!" balas Sherlly santai dan tertawa.

"Sherlly." tegur pria seumuran reina. Itu ayah mereka. Sherlly menyengir membalas teguran ayahnya.

Agung akan menegur kedua gadis itu jika mereka berbicara layaknya seorang teman, bukan saudara.

Lira menarik napas dan kembali naik ke lantai dua, saat di depan pintu bercat putih, Lira langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Lira celingak-celinguk dan mendapati kamar yang kosong. pandangannya bertujuh pada pintu kaca balkon kamar yang terbuka.

Lira mendekat dan melihat punggung seseorang duduk di lantai dengan posisi membelakanginya.

"Ngapain di luar?" tanya Lira. Lora menoleh, bibir dan hidung gadis itu mengeluarkan asap.

"Ngevape." balas lora.

"Masuk, di suruh Bunda makan malam." Lora bangkit dari duduknya, dan berbalik.

"Minggir!" usir Lora kepada Lira yang masih terdiam di ambang pintu balkon.

Lira diam, matanya tidak lepas dari wajah Lora. Wajah Lora putih dan bersih, rambutnya yang dicepol asal membuat beberapa anak rambut keluar menghiasi leher jenjangnya. Lira terpanah oleh kecantikan Lora.

"Elira!" panggil lora kesal. Lira tersadar dan menjilat bibirnya, salah tingkah.

"Kenapa ngelamun?" tanya lora heran.

"Ga ada, ayo kebawah, udah ditungguin bunda sama ayah." Lira pergi dari kamar Lora, meninggalkan gadis yang menaranya dengan tatapan aneh.

_______________
Jangan lupa tekan tombol kiri bawah, gratis lohhh!!
SEE YOU💗.

TWINS (GxG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang