TWINS - 26

7.3K 619 42
                                    

Ini aku up nih😡
Awas ga vote aku doain bangun tidur di samping kamu ada popo😝

🌸
Happy Reading♡.
_________________

"Tam" panggil lira menghampiri tamara karena ia merasa aneh dengan gadis itu.

Tamara berbalik dengan menatap lira penuh selidik "lo pakai ini?"

Lira mematung melihat benda yang ada di tangan tamar. Tamara yang tidak mendapatkan jawaban atas diamnya lira menjadi semakin kecewa.

"Jadi bener..." tamara bergumam dengan pelan meremas plastik yang berada di tangannya.

"Kenapa lo pakai ini ra, lo taukan ini bahaya buat tubuh lo? Lo bisa mati cuman gara-gara serbuk sialan ini. Lo harusnya mikirin masa depan lo gimana, Kalau kaya gini lo sama aja ngehancurin semuanya" ucap tamara lemah menatap lira.

"Lo harus berhenti mulai sekarang" lanjut tamara dengan melangkah menuju kamar mandi untuk membuang narkoba itu ke closet.

"Gue ga bisa ga pakai itu" akhirnya lira membuka suara dengan datar mencekal pergelangan tangan tamara.

"Lepas" ucap tamara mencoba menarik tangannya dari genggaman lira. "Kenapa, kenapa lo ga bisa ga pakai ini?"

Lira menatap tamara datar "karena gue udah pernah coba dan hasilnya gue ngerasa gue hampir mati" tamara terdiam mendengarnya.

"Karena ditinggalin lora lo jadi salah jalan kaya gini. Sialan" tamara mengusap wajahnya gelisah.

"Terus kalau udah kaya gini gimana?" Tanya tamara. Lira diam tidak menjawab "Pastinya orang tua lo ga taukan"

"Jalan satu-satunya lo cuman rehabilitasi biar lo sekarang kecanduan ra. Gue takut tubuh lo makin rusak"

"Sejak kapan lo pakai ini?" Tanya tamara.

"8" balas lira singkat setelah sekian lama diam. Tamara menghembuskan nafasnya lelah.

"Gue ga berhak buat marah sama lo, gue tau lo gelisah ga ada lora dan lo selingin dengan pakai narkoba yang jelas-jelas lebih bahaya. Tapi ini salah ra, lo harus cerita ke orang tua lo sebelum mereka tau dari orang lain" tangan tamara berada di bahu lira mengusapnya dengan pelan kemudian tamara memeluk lira dan mengusap punggung gadis itu.

"Gue selalu ada buat lo ra"

*****

Wajahnya gelisah, tanggan kurusnya mulai gemetaran dan nafasnya mulai tidak teratur.

Gadis itu membuka setiap laci yang ada di kamarnya dan melempaskan semua barang kesegala arah kamarnya.

Lira tengah mencari kantung pelastik kecil yang menyimpan serbuk putih yang ia butuhkan saat ini.

Keringat dingin membasahi tubuh lira, denga panik yang berlebihan lira terus mencari serbuk putih itu.

Seingatnya ia sudah membeli minggu kemarin dan masih tersisa beberapa hari yang lalu setelah memakainya. Apa dia lupa sudah menghabiskannya?

Lira butuh benda yang sudah ia konsumsi satu tahun terakhir ini. Jika tidak ada benda itu lira akan merasakan cemas seperti saat ini.

"Lira" panggil reina dari luar kamar lira.

Lira menoleh menatap pintu kamarnya. Lira mencengkram dadanya erat. Tidak, bundanya tidak boleh menatap keadaan kacaunya ini.

Karena tidak mendengar jawaban dari penghuni kamar, reina sudah lebih dulu membuka pintu kamar lira.

Mata reina melotot melihat lira yang meringkuk di lantai kamarnya.

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya reina panik mengangkat kepala lira di pahanya.

Tangganya mengusap wajah penuh keringat lira "lira, sayang" panggil reina dengan menangis.

"Mas, mas agung" reina berteriak memanggil sang suami.

"Ken-kak lira" belum sherlly melanjutkan ucapannya gadis itu sudah berteriak dengan panik memanggil lira.

"Panggilin ayah kamu" ucap reina kepada sherlly.

"Ayah! Ayah kak lira"

"Kenapa teriak-teriak sher?" Tanya agung heran menaiki tangga menuju kearah sang anak yang berdiri di anak tangga paling atas.

"Kak lira yah" karena melihat wajah panik sherlly, dengan segera agung masuk kedalam kamar lira.

Alangkah terkejutnya ia melihat lira yang terus saja gelisah. Agung mengangkat tubuh lira dan membaringkannya di kasur.

"Tunggu sini aku panggil dokter dulu" reina menggangguk dan agung segera menelfon dokter kepercayaannya.

Tidak lama kemudian seorang dokter pria seumuran dengan agung datang dan segera memeriksa keadaan lira.

"Bagaimana keadaan lira?" Tanya reina cemas.

"Sepertinya kita harus bicara di luar" ucap dokter hendra.

"Kamu tunggu sini" ucap agung pada reina.

Agung dan dokter hendra pergi ke ruang kerja agung karena agung merasa ada yang lebih buruk dari yang ia bayangkan.

"Ada apa?" Tanya agung to the point.

"Anakmu harus di rehabilitasi" ucap dokter hendra membuat agung bingung.

"Maksudmu?"

"Lira kecanduan, dia konsumsi narkoba" bagai tersambar petir di siang bolong agung mendengarnya.

"Narkoba?" Agung tidak percaya mendengar fakta itu.

"Kita harus menanganinya secepatnya sebelum nyawa lora terancam" ucap dokter hendra.

Reina menangis di pelukan agung setelah mendengar kabar tentang lira dari suaminya. Ia tidak percaya kepergian lora membuat lira seperti ini.

"Mas aku ga kuat lagi lihat dia kaya gini, Kita harus kasih tau dia" ucap reina dengan terisak.

"Aku selalu dukung keputusan kamu tapi sekarang bukan waktu yang tepat" ucap agung pada reina.

____________________________
Kasih tau apa nih😻

Alur ceritanya ga gini sih sebenernya aku dapat ide setelah nonton Diary Mistery Sara yang arwah gadis lesbian yang meninggal karena obat"an terlarang😅 dia pakai itu di ajak temen" pacarnya dan dia meninggal saat rehabilitas

Segini aja dulu kalo part berikutnya siap aku up secepatnya


See you...

TWINS (GxG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang