Bab 1 Kecelakaan

1.4K 99 2
                                    

Di kota x terlihat jalan begitu ramai, banyak kendaraan yang berlalu lalang karena penghuni bumi yang melakukan aktivitas mereka masing-masing.

Begitu pun dengan seorang gadis cantik yang sedang mendayung sepedanya menuju ke sekolah. Dia adalahh Viloona Arasya Swith.

Vilo masih mendayung sepedanya, saat melewati perempatan, Vilo tak melihat kiri ataupun kanan ia hanya fokus ke depan dan pada saat yang bersamaan sebuah truk melaju kencang dari sana dan ....

BRAK!

"Aaaa .... " Kecelakaan tak dapat di hindari, tubuh Vilo terlempar jauh dari tempat sebelumnya. Hanya kegelapan yang Vilo lihat, Vilo pun tak sadarkan diri.

Di lain tempat, kejadian yang sama terjadi, sebuah mobil mewah menabrak pembatas jembatan, alhasil mobil itu pun masuk ke dalam jurang.

"Gue di mana? jangan-jangan gue udahmati," tanya Vilo pada dirinya sendiri seraya memeriksa seluruh tubuhnya.

"Hai," sapa seorang gadis, Vilo melihat ke sumber suara itu.

"Lo, siapa?" tanya Vilo.

"Boleh boleh gak gue minta tolong sama, lo?" bukan menjawab Vilo, gadis itu malah mengajukan pertanyaan.

"Gimana gue bisa bantu, gue ajah gak kenal sama, lo."

"Okay, kalau gue perkenalkan diri, lo mau bantuin gue? "

"Okay, bisa dibilang begitu."

"Gue, Ar--" ucapannya terpotong saat Vilo membuka suara

"Yang lengkap."

"Hee, ubi jalar, belum selesai gue bilang nama gue!" ucapnya dengan kesal.

"Baiklah, karena lo udah motong omongan gue, dan waktu kita juga gak banyak. Nama gue Aradhera Gracian Anderz Steal. Gue minta tolong sama lo, buat balas dendam pada orang yang udah buat gue celaka, dan buat keluarga gue sayang lagi sama gue.

"Lo mau 'kan bantuin gue?" Ara bertanya dengan penuh harapan bahwa Vilo dapat membantunya.

Namun melihat wajah bingung Vilo, Ara kembali menceritakan semua kejadian yang ia alami dalam keluarganya.

"Miris," gumam Vilo. "Baiklah, gue mau bantuin lo, tapi gimana caranya? kita ajah udah di alam lain."

"Gini, lo jalan ajah ke titik terang itu nanti disana ada tubuh gu--" lagi, lagi ucapan Ara terpotong.

"Terus, mau gue apain tu tub--"

"Hello! gue belum selesai ngomong. Bisa gak dengar dulu omongan aku, baru lo berkomentar?!" Habis sudah kesabaran Ara, sedangkan Vilo hanya cengegesan.

"Jadi, lo masuk ajah ke tubuh gue yang ada di atas brankar itu, nanti gue berikan seluruh ingatan gue," ucap Ara.

"Lalu, gimana sama tubuh gue?" Ara hanya menatap sendu pada Vilo yang bertanya.

"Udah dikubur."

Air mata pun jatuh, Vilo menangis meratapi nasibnya. Ara hanya bisa memberikan pelukan kepada Vilo. Setelah beberapa menit, kini Vilo sudah tenang.

"Gue pergi," ucap Ara.

Vilo hanya menganggukan kepalanya, ia pun ikut pergi meninggalkan tempat itu, berjalan ke arah titik putih itu berada.

"Eugh!" Sepasang mata terbuka, ia menatap sekeliling ruangan di mana ia berada.

"Apa gue benar-benar pindah tubuh?" Monolog Vilo.

Tiba-tiba ....
Berbagai hal aneh masuk ke dalam memorinya, Ara menahan sakit dikepalanya, Vilo tahu bahwa ini mungkin ingatan dari Ara asli

Cklek!

Pintu terbuka mempelihatkan seorang dokter tampan, Vilo pun mengarahkan pandangannya pada pintu, ekspresinya kembali seperti biasa seperti tidak terjadi apa-apa.

"Sudah sadar rupanya, no--" ucapan dokter terpotong kala Vilo lebih dulu bertanya

"Dokter, gue udah bisa pulang sekarang?"

"Maaf Nona, tapi Nona Ara belum bisa pulang dikarenakan kondisi Nona yang masih lemah," jelas sang dokter

'Nona Ara? Owh rupanya dia adalah dokter pribadi keluarga Ara,' batin Vilo.

"Gue mau pulang, sekarang," ucapan Vilo dengan menekan kata sekarang

"Tapi Nona ..., huft! baiklah." akhirnya dokter menyetujui kepulangan Vilo, setelah mendapat tatapan tajam darinya.

Dokter pun meninggalkan ruangan, setelah melepasakan alat-alat rumah sakit yang dipasangkan pada tubuh Vilo.

***

Di halaman mension yang megah berhenti sebuah taksi, dari dalam taksi keluar seorang gadis cantik, dia adalah Ara.

(mulai sekarang kita ubah nama panggilan Vilo menjadi Ara).

Ara berdiri di depan mension, sambil memperhatikannya, helaan nafas terdengar dari bibir mungilnya.

"Huft! Let's start this game," gumam Ara sambil berjalan memasuki mension itu.

Setibanya ia dalam mension itu, indra penglihataannya dengan tidak sengaja menangkap sebuah keluarga yang sedang bercanda ria, namun Ara tidak memperdulikan mereka. Ketika melewati mereka, langkahnya berhenti kala mendengar suara berat seseorang.

"Berhenti! Anda siapa? lancang sekali masuk dalam mension saya tanpa izin, tanpa sapaan pula," tanya pria paruh baya yang diyakini adalah ayah dari Ara asli, semua mata pun tertuju padanya

"Ah ya, maaf gak nyapa kalian," ucapnya dengan santai. "Hello!" lanjutnya sambil melambaikan tangannya. 'Apa mereka tidak mengenaliku?' batin Ara, saat melihat wajah kebingungan mereka.

Ara memutar bola matanya malas dan membuka maskernya, dan tampaklah wajah pucat gadis itu, walaupun pucat namun terlihat imut dan menggemaskan, itulah wajah Ara yang sebenarnya. Semua yang berada di situ menatap bingung.

"Gue kira dia anak pembawa sial," batin Asky Anderz Steal--kakak ke-3 Ara

'Ara?' batin Angkasa Anderz Steal--kakak ke-1 Ara

"Nih, cewek Ara bukan sih?" tanya Shiera Pryanka Buana--gadis licik dalam hati

'Siapa?' batin Anton Anderz Steal--ayah Ara dan Avelia Elizabeth Anderz Seal--ibu Ara.

"Hello, kalian kenapa sih?" tanya Ara. "Aneh," gumamnya. Karena tidak ada tanggapan, Ara mengangkat bahunya acuh dan memutuskan untuk beristirahat dikamarnya.

"Ara!" panggil pria yang biasa Ara sebut ayah, Ara menghentikan langkahnya dan menatap pria tersebut. "Apa kamu, Ara?"

"Ya ampun, baru juga berapa hari gak ketemu, kalian udah gak kenal sama aku" Lirihnya dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

"Ck, anak pembawa sial ajah bangga," sinis Asky dan Aska

"Eh, eh, eh itu mulut tolong dijaga ya biar perlu di jahit, supaya gak sembarangan kalau bicara. Enak saja gue dibilangi anak pembawa sial, walau begini nih ya, gue lahir dari rahim yang sama kayak kalian." cerocos Ara.

Semuanya melongo tak percaya, dimana Ara yang selalu menunduk saat dikatain anak pembawa sial? Lama tidak bergeming membuat Ara menjadi bosan.

"Kalau gak ada perlu lagi, boleh gue istirahat?sleepy sekali every body!" Ara menguap dan belenggang pergi menuju kamarnya.

Sedangkan Keluarga Steal hanya menatap kepergiaan Ara dengan tatapan dalam diam.
Setelah kepergian Ara, keluarga yang tadinya bercanda ria kini terdiam dengana pikiran mereka masing-masing.

"Itu anak dari mana sih? udah berapa gak hari kelihatan, gue pikir udah mati. Tapi dia kayak bukan Ara yang kita kenal deh," ucap Angkasa yang tidak bisa dipungkiri bahwa dia masih bingung dengan gadis yang disebut Ara itu.

"Udahlah, gak perlu dipikirkan, Kak." Aska tidak ingin berlarut-larut dalam kebingungan.

Di kamar Ara, terlihat Ara yang sedang menganga tak percaya dengan kamar yang ia masuki ini, kamar yang bernuansa serba pink membuat dia ingin menghilang dari dunia. Sebab, Ara yang berjiwa Vilo ini tidak suka bahkan benci dengan warna pink, Vilo hanya menyukai empat warna yaitu, hitam, putih, ungu, dan biru. Untuk warna lain Vilo dapat berkompromi tapi tidak untuk warna pink.

Transmigrasi Viloona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang