Bab 16. Dasar Homo

580 62 2
                                    

Ara memejamkan matanya, tetapi ia tidak sadar bahwa ada yang memperhatikannya sambil bersandar di sofa yang berada dikamarnya.

***

Saat semua orang sedang beristirahat, lain halnya dengan 3 pemuda tampan yang duduk memikirkan satu hal yang sama.

Mereka adalah Angkasa, Aska, dan Asky. Mengapa dan sejak kapan Sheira membohongi mereka? Itulah hal yang sama yang sedang mereka pikirkan.

Mereka tidak tahu saja, bukanlah kali pertama mereka di bohongi dan dibodohi oleh Sheira, tetapi sudah berulang-ulang kali, St*p*d!.

"Kalian percaya?" Aska dan Asky terdiam mendengar pertanyaan Angkasa.

"Huft! gue sih berada dalam zona percaya dan gak, karena di satu sisi, sahabat-sahabat kita gak mungkin bohong, tapi di sisi lain gue belum bisa percaya kalau Shiera yang selama ini kita anggap polos dan baik, ternyata bisa fitnah Ara." pungkas Aska.

"Gue setuju sama lo!" timpal Aska.

"Besok kita bakalan lurusin permasalahan ini, apalagi gue juga yang penasaran sejak kapan Shiera bohongi kita!" final Angkasa.

"Gue setuju." ucap Aska.

"Menurut gue sih, kayaknya gak usah memperbesar masalah ini lagi. Kita maafin ajah, siapapun dia yang salah, gak usah di bahas lagi. Tapi ..., kita harus mengawasi pergerakan Shiera dan Ara, karena dari situ kita tahu siapa yang selama ini menjadi korban kebohongan dan pembohong," saran Asky.

"Benar banget, gue setuju!" lagi dan lagi Aska menyetujui ucapan Asky.

"Eh, gorila makan tomat, lo dari tadi setuju-setuju mulu!" Aska tertawa menampilkan gigi gingsulnya, terlihat tampan. Tapi terlihat menyebalkan bagi Angkasa dan Asky.

"Lah, terus gue harus ngomong apa dong?" Angkasa dan Asky menatap malas Aska.

"Dah lah, gue setuju sama saran lo," ucap Angkasa menyetujui saran Asky. "Dan sekarang gue mau tidur." Angkasa pun meninggalkan dua kembar tak seiras itu.

"Tinggal kita berdua, terus kita mau ngapain?" tanya Asky seraya bersandar pada sandaran sofa.

"Pacaran yuk!" Asky membelalakan matanya.

"Dasar homo!" teriak Asky dan melempar bantal sofa pada Aska.

Asky berdiri dan pergi meninggalkan Aska yang sedang tertawa terpikal-terpikal karena wajah jijik dan geli si Asky. Aska sungguh puas menjahili Asky.

Setelah puas menertawakan Asky, Aska ikut menuju ke kamarnya karena ingin beristirahat.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 malam, tetapi mata indah milik Ara belum juga terpejam. Ara sudah berusaha menutup matanya agar memasuki mimpin, namun sang mimpi menolak kedatangan Ara.

Ara membolak-balik tubuhnya kiri dan kanan, tetapi tak kunjung menemukan kenyamanan. Dan semua itu tidak terlepas dari pandangan orang itu. Ya memang sedari tadi orang itu masih berada di kamar milik Ara.

"Ihh! dasar mata bandel, mata nakal, mata brengsek!" teriak Ara, untung kamarnya kedap suara jadi, tidak terdengar oleh orang yang berada di luar.

"Pakai lem mungkin kali ya, supaya nih mata bisa tertutup?" ngomel Ara.

Ara turun dari kasur miliknya, dan berjalan menuju meja belajar. Ia membuka laci meja dan ya dia menemukan beberapa lem yang berbeda jenisnya.

Ia memilih lem mana yang ingin ia gunakan. Setelah menemukan lem yang diinginkan, Ara membuka penutupnya dan ketika ingin diteteskan pada mata. Seketika Ara kembali berpikir.

"Kalau gue pakai lem, entar mata gue bisa buta dong? kalau buta pasti bisa tuli bahkan bisu juga. Kalau gue buta, tuli, dan bisu, gue gak bisa lihat dong, cowok tampan, dengar suaranya dan gak bisa ngomong sama dia," monolog Ara.

Ara berdecak kesal dan meletakan kembali lem tersebut. Ia membuang niatnya tadi dan kembali naik ke atas kasur empuknya.

Ara kembali menutup matanya, ia harus benar-benar bisa terjun dalam dunia mimpi. Namun, nihil usahanya sia-sia.

"Aaa!" teriak Ara saat merasakan tangan kekar seseorang melingkar pada perutnya.

Tapi bagimana bisa, orang itu naik ke tempat tidur tanpa di sadari oleh Ara, bukankah saat kita sedang tidur di tempat tidur terus ada seseorang yang naik ke tempat tidur, pasti kita akan menyadarinya?

Tetapi berbeda dengan Ara, Ara tidak menyadari hal itu. Ara baru sadar saat tangan kekar itu melingkar pada perutnya?

Mungkin karena pergerakan orang tersebut yang tidak dapat dirasakan? Atau  Karena Ara lagi sibuk membujuk matanya agar tertutup? entahlah.

Ara refleks membalikkan tubuhnya menghadap orang itu.

"Kaisar?" Ara mengucek-ngucek matanya, mungkin dia salah lihat. Kaisar memegang tangan Ara yang sedang digunakan untuk mengucek matanya.

Orang yang berada di kamar Ara sedari tadi  itu adalah Kaisar.

"Lo ngapain disini?" Ara mencoba melepaskan pelukan Kaisar, namun tidak bisa.

"Kosa katamu, Baby!" Kaisar menatap Ara dengan hangat.

"Udah gue bilang, gue gak bisa!" tegas Ara.

Nyali Ara seketika menjadi ciut saat Kaisar mendekatkan wajahnya. Ara dapat merasakan hembusan nafas beraroma mint itu.

"Ma-mau ng-ngapai?" Ara sungguh gugup, jantungnya berpacu dengan cepat.

"Saat kau berbicara denganku, kosa katamu diganti, Baby! jika tidak, ini akan ku lahap," ucap Kaisar dengan menunjuk bibir ranum Ara.

Ara menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia menatap tajam Kaisar. Tapi bagi Kaisar tatapan tajamnya itu seperti seekor kelinci yang sedang mengajak bermain.

"Jangan macem-macem!" peringatan Ara. "Tapi kenapa lo eh kamu, bisa masuk ke kamar aku?"

Kaisar tidak menjawab pertanyaan Ara melainkan ia menutup mata Ara dengan kedua tangannya, untuk tidur. Dengan posisi yang masih sama yakni Ara berada dalam dekapan Kaisar. Kaisar membisikan sesuatu pada Ara.

"Sampai kamu lihat cowok lain, mendengar suaranya, apalagi berbicara dengannya, maka matamu akan kubuat buta, telingamu akan ku tulikan dan mulutmu akan kubuat bisu, Baby." Bulu kuduk Ara merinding.

Ara mendongak dan menatap Kaisar. "Inikan mulut aku, telinga aku juga dan mulut punya aku juga! jadi terserah aku dong," balas Ara dengan santai.

Ara menjadi parno saat Kaisar menatapnya dengan tajam. Ara kembali menundukkan wajahnya.

"Aku tidak suka!" ungkap Kaisar dengan mempererat pelukannya

Tidak ada perlawanan dari Ara, karena  ia dapat menemukan kenyamanan dan kehangatan dalam pelukan itu.

Dengkuran halus terdengar dari bibir mungil Ara, pertanda Ara sudah tertidur. Cepat sekali Ara tertidur?

Kaisar tersenyum tipis, hatinya sungguh bahagia. Ia mengecup kening, dan kedua pipi  Ara. Entah mengapa Kaisar ingin selalu berada di dekat Ara.

Transmigrasi Viloona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang