"Yo, yo, yo, kembali lagi bersama Kenzi yang tampan dan juga imut, Ke--" repperan Kenzi terpotong saat Victor memukul mulutnya.
"Anjir." Kenzi menatap kesal Victor.
Victor acuh dan berjalan menghampiri, sahabatnya yang lain, yang telah duduk bersantai di sofa ruang nonton.
Para anggota inti Arvos sekarang telah berada di rumah 3A. Ruang nonton adalah tempat mereka. Shiera yang tidak sengaja melihat mereka, mengambil kesempatan untuk mencuri perhatian Kaisar.
"Hai, boleh gabung gak?" Shiera menawarkan diri untuk bergabung dengan mereka.
"Boleh dong, sini," panggil Angkasa.
Shiera duduk di samping Kaisar, Kaisar tidak menatapnya, bahkan meliriknya juga tidak. Tetapi dapat dipastikan hati Shiera sungguh bahagia. Semua tidak keberatan dengan kedatangan Shiera, tetapi Aska, dia menatap tak suka pada Shiera, ingin sekali dia menendangnya dari rumahnya ini, tetapi dia harus bersabar.
Aska kembali menormalkan ekspresinya, agar Shiera tidak curiga bahwa, dia sudah mengetahui tujuan Shiera di rumahnya ini.
***
"Akhirnya, selesai!" teriak Vanya.
"Emang lo ya, suka banget buat teriak-teriak," kesal Bianca.
"Biarin." Setelah beberapa menit berlangsung, akhirnya Ara squad selesai dengan pekerjaan mereka.
Ara melototkan matanya melihat kamarnya seperti kapal pecah. Ara terlalu sibuk hingga tidak melihat bahwa sahabat-sahabatnya menghancurkan kamarnya itu.
Kemasan cemilan yang berhamburan dan sisa-sisa barang yang tadi mereka gunakan, ditambah dengan kasurnya yang berantakan. Lengkap sudah kerusakan yang terjadi dikamarnya.
Sahabat-sahabatnya tidak perduli dengan Ara yang sudah menahan kekesalannya.
Mereka mengambil dua buah setrika, satu headset milik Ara dan menjadikannya seperti selang infus.Yang menjadi pasien adalah Vanya, Bianca menjadi dokter, Keren dan Salsa sebagai keluarga pasien, yang bertugas memberi semangat pada Vanya.
Bianca menggunakan dua setrika itu, untuk menekan dada Vanya, seperti memberikan bantuan kepada jantungnya untuk berdetak kembali. Keren dan Salsa terus memanggil nama Vanya dan memberikan semangat untuk Vanya, agar bisa berjuang.
Sedangkan Vanya beracting seperti pasien yang dalam masa kritis. Saat Bianca meletakan dan mengangkat kembali setrika itu, maka Vanya akan membusungkan dadanya dan menetralkannya kembali.
Ara sudah terbahak-bahak karena ulah mereka. Bianca yang berperan sebagai dokter menegur Ara, agar diam supaya mereka dapat konsentrasi untuk menangani pasien.
Keren dan Salsa yang sudah tidak tahan lagi, tawa mereka pun pecah. Diikuti Bianca yang tertawa terpikal-terpikal, sedangkan Vanya sudah seperti orang kerasukan.
Mereka menghentikan aksi mereka, dan tertawa bersama. Jangan ditanyakan lagi bagaiman tawa mereka, jika kamarnya tidak kedap suara mungkin orang sudah mengira mereka adalah orang gila.
"Hahaha, udah, perut gue udah sakit." Ara menyeka air matannya yang keluar karena terlalu banyak tertawa.
Ara berlari masuk ke kamar mandi untuk memenuhi panggilan alam, diikuti dengan yang lain. Mereka tidak bisa menghentikan tawa mereka, tetapi jika tidak berhenti maka, mereka akan kencing ditempat.
Ara sudah keluar, mereka berempat yang tidak tahan langsung masuk ke dalam bersama-sama, walaupun saling dorong. Satu toilet empat orang, untung toilet Ara luas.
Setelah kejadian tawa yang luar biasa tadi, mereka memutuskan untuk membersihkan kamar Ara yang berantakan karena ulah mereka.
Sambil ngemil mereka berbincang-bincang.
"Pergaulan kita udah berbeda banget ya," ucap Keren dan disetujui oleh yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Viloona
Teen FictionGadis yang tak dianggap oleh keluarganya demi orang lain, harus berakhir di dunia. Namun, ia memiliki keinginan untuk melakukan pembalasan dendam. Hingga akhirnya ia merelakan tubuhnya di tempati oleh seorang gadis; gadis berkepribadian ganda. Deng...