Bab 33

902 78 55
                                    

Cuma satu air minumnya, kalau gue gak minum ini terus gue mau minum apa?" jawab David.

***

"Mampus lo!" ucap Shiera sembari menyiram minyak di tangga. Shiera bersembunyi saat Ara berjalan ke luar kamar, ia tersenyum smirk.

"Ara!" panggil Veli. Ara berbalik dan menatap Mommynya. "Sayang kamu mau kemana?" tanya Veli.

"Mau keluar bentar Mom."

"Oh ya udah, hati-hati!" Ara tersenyum dan mengangguk. Ara melangkah menuruni tangga, tapi ketika kakinya ingin menyentuh tangga yang bercampur minyak, ia mengurung niatnya saat tali sepatunya terbuka. Ia berjongkok dan mengikatnya dan pada saat bersamaan Veli turun mendahului Ara, hingga ....

"Aaa!"

"Mommy!"

Bruk!

Veli terguling-guling dari tangga, Ara berteriak dan berlari namun, nasib baik juga tak berpihak pada Ara. Ara menginjak tangga berminyak hingga ia ikut terguling ke bawah, kepalanya terbentur cukup kuat. Veli mengeluarkan darah dari keningnya, Veli tidak sadarkan diri. Tetapi tidak seperti Mommynya, Ara masih bisa bertahan walau hidung dan kepalanya berdarah. Ara berusaha menggapai Mommynya yang terpental tidak jauh darinya. Saat tangannya menyentuh Mommynya, kegelapan meregut penglihatannya. Hingga, kesadaran Ara pun hilang.

Shiera tersenyum puas. "Wow, satu pancingan, dua ikan tertangkap." Ia mengangkat botol minyak dan memutar-mutarnya. "Tinggal gue bilang ajah, kalau ini semua perbuatan Ara.

Namun, karena gak ingin menjadi tersangka, dengan rela Ara menghempaskan dirinya, sampai terjatuh ke bawah. Dengan begitu pasti mereka percaya!" lanjutnya. Agar rencananya berjalan semulus-mulusnya ia menyembunyikan botol minyak itu dan berlari seraya berteriak histeris, hingga mengundang semua penghuni rumah.

"Sayang!?"

"Mommy, Ara!" Anton san 3A membawa Ara dan Veli ke rumah sakit. Shiera berdiri sejenak dan tersenyum miring.

***

"Tuan?" Seorang Dokter keluar, Anton dan 3A dengan cepat berdiri dan siap mendengarkan apa yang akan di katakan oleh sang Dokter.

"Jadi begini, Nyonya Steal keadaannya cukup baik, ia hanya mengalami luka luar pada keningnaya dan sedikit benturan pada kepalanya hingga membuat di pusing dan pingsan. Nyonya Steal hanya butuh istirahat agar pemulihanya cepat. Tapi ...," Dokter menggantung ucapannya.

"Tapi apa? cepatan jawab!" Aska tidak sabar mendengar informasi selanjutnya dan  kondisi adiknya itu

"Ara mengalami masa kritis, karena benturan yang cukup kuat pada kepala dan darah yang terlalu banyak keluar. Jika dalam 24 jam ini, dia tidak sadar maka ..., Ara dinyatakan koma." 3A seakan di pukul dengan kayu besar, jantung mereka berhenti berdetak. Mereka tidak ingin kehilangan adik gadis mereka satu-satunya itu.

Anton terlihat biasa-biasa saja, tetapi hatinya gelisah terhadap kondisi putri tunggalnya. Tapi, dengan segera ia menepis rasa itu. 'Dia pantas mendapatkan itu," batinnya. Egois bukan? Ia hanya merasa lega karena istri tercintanya tidak parah kondisinya.

Sangat menyakitkan bila cinta pertama seorang anak gadis, menginginkan kem*tiannya. Kondisi Ara saat ini membutuhkan kasih seorang Ayah, kekhawatirannya dan segala hal yang pada umumnya di lakukan seorang Ayah pada putrinya.
Shiera sangat bahagia, inilah kebahagiaan terbesarnya melihat Ara menderita. Dia merasa bangga karena sekali bertindak, maka nyawa Ara taruhannya.

"Daddy, Mommy sama Ara, hiks." Shiera terisak dengan air mata buayanya dan memeluk Anton, Anton berusaha menenangkan Shiera. 3A menatap datar mereka.

"Dad, Shiera minta maaf, tapi ini semua salah Ara." Anton melepaskan pelukannya dan menatap Shiera dengan rasa bingung.

"Apa Sayang? gak usah minta maaf, sekarang bilang sama Daddy, maksud dari ucapan kamu apa?" 3A juga ikut penasaran.

"Daddy, tadi Shiera lihat sendiri, Ara numpahin minyak ke tangga. Mommy gak lihat kalau ada minyak di situ, akhirnya Mommy harus mengalami itu, hiks. Dan setelah Mommy jatuh, Ara ikut jatuhin dirinya ke bawah, hiks," ucap Shiera dengan di akhiri lirihan.

Anton dan 3A dengan mudah percaya dengan apa yang dikatakan Shiera. Ada rasa kecewa dalam hatinya, karena mereka percaya dan sayang sama Ara, tapi apa ini? dengan teganya Ara merencanakan kematian Veli.

"Ck, gue kira dia udah berubah, tapi tetap ajah. Kek anjing kembali ke muntahnya." geram Asky.

"Nyesel gue percaya sama dia!" tambah Aska.

"Gue jamin, setelah ini gue akan pernah ngebiarin hidupnya tenang, anj*ng," ucap Aska diakhiri dengan makian.

Shiera tersenyum puas karena rencananya berhasil, b*d*h sekali keluarga Ara, mau saja percaya dengan ucapannya, pikirnya.

Ruangan dimana Ara dirawat sangat sepi, tidak ada seorang pun yang menjaganya, baik diluar maupun di dalam. Seseorang dengan jacket hitam masuk ke ruangan Ara, melihat kondisi Ara yang begitu memprihatinkan membuat dia tersenyum bahagia.
"Kasihan banget si lo, Ra."

"Menderita ya? Sakit ya? tenang ajah sebentar lagi lo gak akan kesakitan." Orang itu mengambil bantal sofa dan  menutup wajah Ara. Dia tertawa bak iblis, karena tidak ada perlawanan apapun dari Ara.

Tit! tit! tit!

"Hahahahaha." tawanya saat sebuah alat yang berada di samping Ara berbunyi, garis yang tadinya melengkung kini menjadi lurus, pertanda Ara telah tiada. Dia melepaskan bantal itu dan tertawa melihat wajah pucat Ara.

Dia dengan segera keluar dari ruangan Ara, tidak lama kemudian. Dokter dan beberapa suster berlari memasuki ruangan Ara.

Diikuti dengan Anton dan 3A. Walaupun membenci Ara, tetapi mereka ingin mendengar kondisi Ara, mungkin karena ada rasa, entah itu rasa sayang atau rasa benci menginginkan Ara tiada.. Beberapa menit kemudian sang Dokter keluar dengan wajah yang dapat dikatakan kecewa.

3A menelan saliva mereka kasar. "Gimana, Dok?" Dokter menatap mereka.

"Nona Ara ..., telah tiada." Setelah mengatakan itu, Dokter pergi meninggalkan mereka.
Anton dan 3A terlihat bahagia, tetapi dalam hati mereka ada rasa sedih. Namun dengar segera mereka menghalaunya.

"Hahaha, akhirnya pembawa s*al pergi untuk selaman-lamanya," ucap Angkasa seraya beranjak pergi, diikuti oleh Aska dan Asky. Tujuan mereka adalah merayakannya bersama. Anton memilih pergi ke ruangan Veli. Mereka tidak peduli dengan mayat Ara.  Shiera bersorak ria seraya melompat-lompat dan tertawa. Ia bahagia, sungguh bahagia. Akhirnya penantian panjangnya telah usai, Ara telah tiada.

"Hahaha, gue berhasil." Shiera tak berhenti tertawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transmigrasi Viloona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang