Bab 28

536 42 0
                                    

"What? Kak Angkasa, nyuruh gue datang cuma mau bilang gabung sama kalian? ckck." Ara berdiri dan hendak pergi, tetapi tangannya di tarik

Bruk!

Alhasil, Ara terjatuh ke pangkuan Kaisar. Untuk beberapa saat terjadilah eye contact, anggota Arvos yang melihat pemandangan itu, menjadi salting, ada yang menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ada yang memalingkan muka ke sembarang arah, ada yang pura-pura tidak melihatnya, dan ada pula yang berpura-pura bercerita.

Shiera? jangan di tanyakan lagi, dia sudah terbakar oleh api cemburu, wajahnya yang seperti bawang putih itu kini berubah menjadi seperti cabai. (Para readers pasti tahulah apa artinya)

Ara tersadar dan berdiri dari pangkuan Kaisar. Wajah Ara merah menahan malu, ia berlari menuju kamarnya, sedangkan Kaisar di balik wajah datarnya tersembunyi rasa malu dan kebahagiaan.  Ara merutuki dirinya, karena kejadian tadi. Dia tidak akan malu jika hanya ada dia dan Kaisar, tetapi di situ ada semua anggota inti Arvos.

"Ekmh!" deheman Sean mencairkan suasana yang canggung dan hening itu. Ya, setelah kejadian tadi suasana hening, tidak ada yang bersuara.

Tidak biasanya seperti itu, anggota Arvos akan heboh dan menggonda siapa pun diantara mereka yang terlibat dalam asmara.

Lalu mengapa tidak mereka lakukan? alasannya sangat simple, takut. Mereka tidak berani melakukannya  jika berkaitan dengan Kaisar, mental mereka akan menciut drastis.

"Napa? tenggorokan lo sakit?" tanya Jeno pada Sean. Sean mengangguk.

"Ya kalau sakit minum obat, ogrb!" sarkas Kenzi.

"Gue gak butuh obat," ucap Sean.

"Trus?"

"Yang gue butuh ..., ngomong s'karang. Tenggorokan gue sakit!"

"Ya udah ngomong."

"Gue mau ngomong apa bego, lo pada ajah diam kek patung bernyawa! tau gak? kalau gue ngomong yang ada, gue di sangka gila karena ngomong gak ada yang tanggapi."

"Ya udah cari topik!" ucap Aska.

"Topik pala lu, kita cerita pake topik berasa kek mak-mak ghibah," tambah Samuel.

"Pulang." Kaisar beranjak dari duduknya, dan berjalan keluar.

Anggota Arvos hanya menatap kepergian Kaisar. Baru sedetik kepergian Kaisar, suasana yang masih terasa sedikit canggung itu menjadi riuh, karena kehebohan yang dikeluarkan oleh anggota Arvos, yang sedari tadi mereka tahan.

"Aaaa! demi apa, itu nyata guys!"

"Ara di pangkuan Kaisar, cuk!"

"Gue gak habis pikir, Kaisar yang ganteng bisa nyangkut sama gadis kayak Ara!"

"Akhirnya, kita punya Ibu Boss!"

"Stop, kalian gila atau gak waras?!" Angkasa menghentikan kehebohan mereka.

"Emang gila sama gak waras, beda ya?" tanya Kenzi sambil mengetuk-ngetuk kepalanya.

"Beda," balas Maxime.

"Gak usah ngadi-ngadih, itu cuma kesengajaan doang!" tambah Asky.

"Terserah, lo mau ngomong apa, tapi kita Arvos, bakal dukung KARA!" seru Zakha dan membuat yang lain menatapnya tak mengerti.

"Kara?" ulang Jeno dan dibalas anggukan oleh Zakha. "Artinya?"

"Kaisar Ara." semua berohiya dengan nama terbaru untuk couple kesayangan mereka.

"Serah kalia deh." Aska mengalah dengan perjodohan konyol dari sahabat-sahabatnya, dan Asky dan Angkasa yang ikut pasrah dengan perdebatan yang tak akan pernah berakhir ini.

Transmigrasi Viloona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang