Bab 7. Bersama

638 62 0
                                    

Sudah cukup, Alsiani harus menghentikan gadis itu, tapi ketika ia ingin berjalan menuju Ara, seekor anjing yang sangat imut, bulunya tebal berwarna putih datang dan langsung mengendus-ngendus di kaki Ara, Ara tersenyum lebar, ia langsung menggendong anjing itu. Ara bermain dan bercerita dengan anjing itu, anjing itu terlihat sangat bahagia.

'Choco, tidak menyukai orang lain, dia hanya menyukai Vilo.' batin Alsiani.

Alsiani berlari dan langsung memeluk Ara. Ara membalas pelukan itu. "Vilo, kamu emang benar Vilo, hiks." Air mata Alsiani  terus mengalir.

"Mommy, percaya?" tanya Ara yang masih dalam pelukan Alsiani.

"Iya, sayang Mommy percaya." Ara begitu bahagia karena mommynya percaya kepadanya. Ara menurunkan Choco dan membalas pelukan Mommynya.

Lama berpelukan melepaskan rindu yang tertahan beberapa hari ini. Tiba-tiba suara bariton seseorang menganggetkan mereka.

"Ada apa ini?" Andrew--ayah Vilo melangkah masuk dengan diikuti dua pria tampan yang masih muda. Mereka adalah Aldi dan Ardi.

"Daddy, two A," gumam Ara, namun dapat didengar oleh mereka bertiga.

"Dari mana kau tahu sebutan itu?" dingin Aldi.

"Sayang, Daddy, dia adalah Vilo, princess kita," pungkas Alsiani.

"Mommy jangan ngawur deh, kita sendiri 'kan yang menyaksikan pemakaman Vilo." Andrew berjalan dan duduk di sofa. Matanya menatap pada gadis yang berada di depannya ini, dapat ia rasakan ada sesuatu dalam hatinya.

"Nama kamu siapa? dan kenapa kamu mengaku-ngaku sebagai Vilo." Aldi menatap penuh selidik pada Ara.

"Saya--" ucapan Alsiani terpotong oleh Andrew.

"Syut! Mommy jangan gampang perca--" ucapan Andrew berhenti saat melihat, Choco--anjing Vilo kembali mengendus-ngedus di kaki Ara.

Mereka terkejut, karena, Choco hanya melakukan itu pada Vilo. Choco tidak pernah bermanja pada orang lain bahkan orang tua ataupun kakak-kakak Vilo.

Entah kepercayaan dari mana yang begitu dalam, Ardi dengan singgap langsung memeluk Vilo, begitupun dengan ayahnya, sedangkan Aldi masih bingung dengan situasi sekarang. Ia ragu tehadap gadis itu. Sebuah ide tiba-tiba muncul dalam benaknya.

Aldi langsung berlari keluar, entah kemana. Beberapa menit kemudian dia datang dengan sebuah permainan yang di buat oleh Vilo, dan hanya Vilo yang dapat memecahkan permainan ini.

"Aku, akan percaya kalau kau adalah Vilo, jika kau bisa memecahkan permainan ini." Mereka yang tadinya sedang berpelukan langsung menatap Aldi.

Dengan tidak berbasa-basi, Ara langsung mengambil permainan itu dari Aldi, dia dengan konsentrasi  memecahkan permainan itu.
Ara hanya membutuhkan waktu lima menit untuk menyelesaikan permainan tersebut.

"Dah, Kak Al, aku berjaya!" Ara meletakan  permainan itu di atas meja.

Kata itu mengingatkan Aldi pada Vilo, setiap kali mereka  berdua memainkan permainan itu, Vilo selalu mengatakannya saat ia berhasil memecahkan permainan itu. Tak dapat disangkali lagi, Aldi langsung menubruk tubuh Ara dan memeluknya, Aldi menangis. Andrew, Alsiani dan Ardi ikut menangis bahagia.

Tidak ada satupun kata yang keluar hanya isakan tangis bahagia yang terdengar di ruangan itu.
"Udha dong Al, kasihan Vilo dipeluk terus," ucap Alsiani.

Aldi yang tersadar langsung membawa Ara untuk duduk. Jiwa penasaran Ardi meronta-ronta, ia ingin tahu mengapa, Vilo masih hidup dan mengapa ia kembali hidup tapi dengan wajah yang berbeda?

"Vilo, kenapa wajah lo beda? lo oplas?" Ardi menatap Ara penuh pertanyaan.

"Bukan, Kak playboy!" Ardi menatap kesal pada Ara.

"Gak ada perubahan lo, wajah doang yang berubah, tapi mulutnya tetap ajah kayak dulu." Ara tertawa kecil.

"Iya, iya sorry dah," maaf Ara.

"Daddy, Mommy, two A percaya gak sama transmigrasi?" tanya Ara.

"Transmigrasi penduduk?" sergah Ardi.

"Buk--"

"Yang perpindahan penduduk 'kan?" potong Ardi.

"Ih! bukan, maksud Vilo itu pindah tubuh." Mereka semua hampir tertawa mendengar ucapan Ara.

"Mana ada orang bisa pindah tubuh, Vilo? ngawur deh." Alsiani menggeleng pelan kepalanya.

"Bisa kok, Mom! ini nyatanya Vilo bisa pindah tubuh."

"Gimana-gimana?" kepo Aldi.

"Jadi gini, Vilo itu bertransmigrasi ke tubuh gadis yang bernama Ara, dia nitip pembalasan dendamnya sama Vilo, jadi emang tubuh ini milik gadis yang tadi Vilo bilang namanya Ara, tapi jiwanya, jiwa Vilo,"jelas Ara.

Semuanya mengangguk paham, walaupun mereka tidak percaya, tapi itu sudah terjadi, jadi mereka akan berusaha mempercayai yang namanya 'transmigrasi'.

"Daddy happy banget, karena walaupun jiwa kamu diam dalam tubuh gadis yang bernama Ara ini, tapi kasih sayang Daddy akan tetap seperti dulu." Andrew menatap hangat kepada Ara.

Semua mengangguk setuju. Ara yang mendengar itu menjadi terharu, ia kembali memeluk ayahnya.

"Thank's Dad."

"Tapi ..., gue penasaran kenapa sampai tubuh yang lo diam didalamnya ini, gak ingin berjuang buat hidup? kenapa dia dengan sukarela kasih tubuhnya buat lo? emang gak ada harapan dia untuk lanjutin hidupnya gitu?" tanya Ardi bertubi-tubi.

"Emang ya, lo itu tukang kepo, penasarannya lo itu gak ada batasnya," sinis Ardi.

"Ya, 'kan gue, penasaran, emang Ka Al gak penasaran gitu?" Aldi melototkan matanya.

"Biasa ajah kali, matanya." Aldi menatap jengah pada  Ardi.

"Jadi, dia itu gak dapat perlakuan yang baik dari keluarganya," terang Ara.

"Ha? emang perlakuan mereka sama dia kaya gimana?" Ardi tak mengerti dengan ucapan Ara.

"Tuh, 'kan kepo lagi lo." Aldi memutar bola matanya malas.

"Biarin," sinis Ardi.

Alsiani dan Andrew hanya menyimak ucapan demi ucapan yang mereka keluarkan.

"Jadi gini ceritanya ...." Ara mulai menceritakan kembali semua masalah yang harus di derita oleh Ara asli hingga membuat dia tidak ingin bertahan hidup.

"Kasihan," gumam Aldi.

"Tuh, kalau gak gue tanya, Kak Aldi juga gak bakalan tahu ceritanya," sombong Ardi.

"Songong lo." Aldi melempar Ardi dengan pulpen yang dipegang olehnya.

"Siapa nama asli dari tubuh yang kamu tempati, Sayang?" Kali ini Andrew yang bertanya.

"Aradhera Gracian Anderz Steal, Dad." Andrew sejenak berpikir seperti dia pernah mendengar marga dari gadis itu.

"Putri dari pemilik perusahaan An'steal?" Ara mengangguk mengiyakan pertanyaan dadynya.

Byur!

Aldi menyembur air yang tadi dia minum, dan tepat mengenai wajah Ardi.

Ya, karena kehausan Aldi mengambil minuman yang berada di meja, namun ketika ia meminumnya, ia mendengar bahwa Ara adalah putri dari pemilik perusahaan An'steal.

"Huaa! wajah tampan gue!" teriak Ardi. Aldi dengan cepat mengeringkan wajah Ardi menggunakan jas yang ia kenakan.

"Ih! bau." Ardi melempar kembali jas itu kepada  Aldi.

"Lo kali yang bau," ucap Aldi setelah mencium kembali jas miliknya.

"Vilo, yang benar, gadis yang lo tempati tubuhnya ini, putri dari pemilik perusahaan An'steal?" Ara  mengangguk mengiyakan.

"Jadi, jangan panggil Vilo dengan sebutan Vilo lagi, tapi panggil nya Ara, Okay?"

"Iya Ara," jawab mereka serentak. Dan  itu membuat Ara tertawa lepas.

Akhirnya keluarga Swith kembali lengkap.
Setelah menghabiskan waktu bersama, Ara izin untuk kembali, semula mereka tidak mengizinkannya tapi karena bujukan Ara, akhirnya dia diizinkan untuk kembali ke kediaman Steal.

Transmigrasi Viloona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang