Bab 14. Gatot

592 47 2
                                    

Sudah pukul 17:00, namun Ara belum juga terbangun dari tidurnya.

"Eugh." Ara mengeratkan tulang-tulangnya.

Ia mengedarkan pandangannya keseluruh kamar itu, dia tidak menemukan orang yang ia cari. Ara menyalakan ponselnya, matanya melotot.

"What, udah jam 5? tapi ini jam 5 pagi atau 5 lima sore?" Ara mulai menghitung jari-jarinya.

"Ya ampun, ini jam 17, berarti jam 5 sore, hadeh." Ara mulai bergegas untuk pulang.

Ia memutar ganggang pintu, ia pikir pintu itu dikunci ternyata tidak.
Ara pun keluar dari tempat itu. Ia heran mengapa dia bisa ada di sekolah? bukankah tadi dia diculik dan dia baru saja keluar dari kamar yang mewah itu.

Apakah ruangan tadi ada di DHS? Ara mengangkat bahunya acuh. Sekarang tujuannya adalah pulang.

***

"Hai, hai, Ara yang cantik mengalahkan lisa aespa, udah pulang nih!" teriak Ara menggelegar di seluruh ruangan.

"Gak ada jawaban, tapi ada penghuninya," gumam Ara, saat melihat keluarganya yang sedang duduk bersantai.

"Dari mana kamu?" tanya Anton.

"Tadi Ara diculik, Dad," jawab Ara dengan santai.

"Ck, diculik? bilang ajah, baru dari club 'kan lo?" tambah Aska.

"Club? apa tu?"Asky memutar bola matanya malas.

"Gak usah sok polos deh!"

"Ara, kamu dari mana?" kali ini Veli yang bertanya.

"Huft! udah dibilangin tadi, Ara itu diculik." Ada rasa khawatir dalam hati Anton dan Veli.

"Gak usah ngelak lagi! siapa juga yang mau nyulik cewek kaya lo," sarkas Angkasa.

"Ya udah, kalau gak percaya, tanyakan saja sama sahabat kalian itu yang namanya Kaisar, dia yang udah nyulik gue." Angkasa, Aska dan Asky tertawa terpikal-pikal mendengar ucapan Ara, bahwa kaisar yang menyuliknya.

"Gak usah ngawur deh lo." Ara menatap malas mereka.

"Hentikan! Daddy mau ngomong serius." Angkasa, Aska, dan Asky berhenti tertawa.

"Cepat minta maaf kepada Shiera, Ara!" Ara mengerutkan keningnya.

"Untuk apa, Dad?" Ara menatap Shiera yang sedang tersenyum smirk.

"Kamu tanya untuk apa? kamu sudah Daddy peringati, jangan jahatin Shiera, tapi kamu tidak dengar sama sekali." Ara semakin dibuat bingung, apa yang sudah dikatakan oleh mak lampir ini kepada keluarganya.

"Apa manfaat kamu membullying Shiera, Hah?!" bentak Anton.

'Apa nenek sihir ini, tadi berdrama kalau gue udah membullying dia?' batin Ara.

"Okay, gue mau nanya sama lo, dimana gue ngembullying lo? dan bagaimana cara gue ngembullying lo?" Shiera tidak bergeming, dia bingung ingin menjawab apa.

"Shi, jawab ajah, gak usah takut!" Shiera mengangguk.

"Lo ngembullying gue di gudang sekolah, dan cara lo ngembullying, lo nampar gue, lo tendang perut gue dan tadi lo sempat jambak rambut gue. Gue udah mohon-mohon sama lo buat lepasin gue, tapi lo gak denger. Hiks, dan tadi sahabat-sahabat lo juga ikut mukulin gue dan lo biarin ajah." tutur Shiera.

Prok!
Prok!
Prok!

Ara menepuk tangannya, Ara kagum dengan kebodohan Shiera.

"Wow, naskah yang disusun dengan sangat sempurna, tapi sayang gue gak sebodoh yang lo pikirin. Kalian mau tahu jawabannya? tanyakan saja pada Kaisar, karena jawaban darinya bisa menjawab pertanyaan 'gue darimana' dan tentang pembullyian b*d*h ini!" Ara berlenggang pergi.

Transmigrasi Viloona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang