"Kamu masuk lewat mana?" Orang itu tak menjawab, ia berjalan menghampiri Ara. Dengan mata elangnya, ia menatap Ara. Ara yang ditatap seperti itu, menjadi gugup. Dari kata "mata elang" sudah pasti diketahui bahwa ia adalah Kaisar.
"Ada apa, Baby?" Kaisar menarik Ara hingga menubruk dada bidangnya. Posisi mereka saat ini sungguh dekat, hingga hampir tidak ada jarak di antara mereka. Ara berusaha menahan napasnya ketika Kaisar mendekatkan wajahnya.
"Eh, le-lepas, Kaisar," ucap Ara dengan gugup. Tatapan Kaisar tidak dapat di artikan oleh Ara.
"Lupa, hm?" Ara menyerit, mungkin dia lupa atau tidak mengerti dengan yang di maksudkan Kaisar. Ara tidak menjawab. "Janjimu, Baby." Ara masih diam, mengingat apa yang pernah dia janjikan pada Kaisar. Sungguh pikun bukan? baru beberapa hari yang lalu, tapi lihat bahkan mengingatnya sedikitpun saja tidak, apalagi ingin menepatinya.
Lama larut dalam pikirannya membuat Kaisar yang harus mengatakannya kembali agar gadis pelupa ini, dapat mengingatnya. "Jangan dekat dengan pria lain!" Ara berohiya dan menggaruk kepalanya yang tak gatal saat mengingat itu.
"Ah'ha ya, aku ingat kok, lagi pula aku tidak dekat-dekat dengan pria lain." Ingat? sedari tadi Ara mematung dengan pikiran yang melayang kiri dan kanan berusaha mengingat apa yang pernah ia ucapkan. Itu yang dikatakan ingat?
"Terus, tadi?" Tatapan Kaisar berubah menjadi tajam.
"Itu, dia sendiri yang dekat." Sungguh santai sekali Ara menjawabnya, tidak tahu saja bahwa Kaisar telah dibuatnya kesal. Jelas-jelas Ara yang berkata dengan lembut-lembutnya pada pria itu. "Udah, ya lepas." Bukannya melepaskan Kaisar lebih mempererat pelukannya pada pinggang Ara.
"Ya udah kalau gak mau lepas." Ara pasrah, tapi kemudian dia kembali berucap. "Emang kenapa sih, kalau aku dekat-dekat sama pria lain?"
"Aku ..., tidak suka. Apalagi lihat tatapan pria itu ke kamu, seakan-akan dia ingin merebut kamu dariku," lirih Kaisar seraya membawa Ara ke dalam pelukannya.
"Tapi? 'kan kita gak punya hubungan apa-apa, kenapa kamu harus bilang tidak suka?" Kaisar melepaskan pelukannya dan menatap Ara dengan dalam.
"Udah berapa kali aku bilang? kamu itu milik aku, milik Kaisar Arvios Dollken!" tegas Kaisar.
"Ya udah, janji gak dekat lagi," pasrah Ara.
Cup!
Sebuah ciman mendarat di dipipi Ara, Ara menatap horor pada Kaisar. "Ih, suka banget buat nyosor." Kaisar terkekeh.
'Bisa pingsan gue lama-lama.' batin Ara seraya menoleh ke sembarang arah, agar dia tidak salting.***
Dari couple kesayangan Arvos berahli ke seorang gadis dan pria yang sedang beradu pandang dengan tatapan bermusuhan, oh tidak lebih tepatnya sang gadis yang menatap pria di depannya ini dengan kesal bercampur takut.
"Woy, buka pintunya!" teriak sang gadis, tapi pria itu hanya menatapnya malas. Ia menggedor-gedor pintu yang terkunci berharap ada yang bisa mendengar teriakan dan gedorannya.
"Ck, mau lo teriak sampai pita suara lo putus, gak bakal ada yang dengar." Gadis itu berbalik menatap geram pria yang tadi mengatakan demikian.
"Trus? kalau gue gak gedor-gedor pintu, teriak-teriak, gimana kita bisa keluar b*go!" sahut gadis itu.
Kalian mau tahu siapa mereka? Mereka adalah David dan Salsa.
David yang tadi di tunggu lama oleh anggota Arvos, ternyata mengalami musibah. Sedangkan Salsa pun demikian, ia berlari kembali ke dalam gedung sekolah karena ingin menunaikan panggilan alam, tetapi berakhir sama seperti David. Mereka terkunci dalam gudang kecil di sekolah itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Viloona
Teen FictionGadis yang tak dianggap oleh keluarganya demi orang lain, harus berakhir di dunia. Namun, ia memiliki keinginan untuk melakukan pembalasan dendam. Hingga akhirnya ia merelakan tubuhnya di tempati oleh seorang gadis; gadis berkepribadian ganda. Deng...