Bab 20. Sahabat Kecil

571 58 2
                                    

"Araa!" Ara berbalik saat seseorang memanggil namanya.

"Why?" tanya Ara

"Nunggu gue nyet." Vanya berlari menghampiri Ara, tetapi kemudian berjalan melewatinya.

"Anjir, tadi bilang nungguin lo, kenapa malah gue yang lo ninggalin!" Vanya tertawa saat dia berhasil membuat Ara kesal pagi-pagi begini.

Vanya dan Ara kini sudah berada di kelas mereka. Kelas sudah ramai, karena semua siswa telah masuk ke kelas.

"Guys, kalian tahu gak? sebentar nanti kita kedatangan murid baru," heboh Varel--teman sekelas Ara.

"Tros?" tanya Ara dengan judesnya.

"Trus, Ra," ucap Keren memperbaiki ucapan Ara.

"Ya, berarti lo punya saingan dong, and lo tau gak? me--"

"Gak tau," acuh Ara.

"Gue belum habis ngomong, nyet. Murid barunya lebih dari dua orang! wow gak sabar deh gue, pasti mereka cantik-cantik." Para siswi menatap malas para lelaki fuckboy di kelas mereka ini.

Kelas Ara seperti pasar ikan, ramai sekali. Ramai karena kehebohan para siswa yang menantikan para murid baru itu. Namun suasana menjadi hening, karena kedatangan wakil kepala sekolah.

"Selamat pagi anak-anak."

"Pagi, Bu"

"Hari ini kita kedatangan murid baru, silahkan masuk." Murid baru itu pun masuk, mata para pria tidak dapat dialihkan, mereka sangatlah cantik, walaupun masih urutan kedua setelah Ara sih.

"Silakan perkenalkan diri kalian." Ibu wakasek (wakil kepala sekolah) mempersilahkan mereka untuk memperkenalkan diri.

"Ha--" Ibu wakasek menatap tajam Ara yang memotong pembicaraan murid baru tersebut. Tetapi bukannya takut, Ara malah mengajukan pertanyaan.

"Sorry, Bu. Sebelum mereka memperkenalkan diri, saya ingin tanya: mengapa mereka semua masuk ke kelas kita?" Bu wakasek menghela napasnya pelan.

"Jadi, mereka bertujuh masuk ke kelas kalian, karena siswa di kelas ini kurang. Semua kelas berisikan empat puluh hingga lima puluh siswa, tetapi kelas kalian hanya memiliki tiga puluh dua siswa. Paham?!" Semua siswa mengangguk.

Ara dan teman-temannya heran, mengapa murid baru sebanyak tujuh orang bisa masuk sekaligus ke kelas mereka, biasanya akan dibagi dibeberapa kelas.

Ternyata kelas mereka kekurangan siswa, karena ada beberapa yang sudah pindah dan ada yang keluar dari sekolah, karena bandel dan hal lainnya.

Kelas Ara adalah kelas XI A, seharus itu merupakan kelas teladan tetapi tidak demikian. Siswa-siswi dikelas itu memiliki kepintaran yang luar biasa tetapi, kekanak-kanakan mereka mengalahkan semuanya.

"Hallo, perkenalkan nama saya Jesreel Valgar, saya pindahan dari Mars Nation School. Nice to meet you."

"Saya, Franziska Value Ohello, pindahan dari Saxford School."

"Saya Virgin Mauren Xeylo."

"And saya Asmiranda Velove Billish, kami berdua pindahan dari Steal Nation School."

"Hallo guys, perkenalkan nama saya Grithel Zeyn, saya pindahan dari SMA Tunas Muda, salam kenal."

"Saya Gersya Arumy Dolf, saya pindahan dari KHS di dominica."

"Dan saya Graciella Jessy Murad, saya pindahan dari CHS di Israel."

(Nama sekolahnya semuanya dikarang, gak ada yang nyata)

'Grithel Zeyn, Gersya Arumy Dolf, dan Graciella Jessy Murad. Kayak gue pernah dengar nama itu deh,' batin Ara. 'What? jangan-jangan itu El, Ersya dan Ella. Sahabat kecil gue.'

Mereka pun dipersilahkan duduk di bangku kosong, terserah mereka ingin duduk dimana karena masih banyak bangku yang kosong. Ara memandang mereka dari depan hingga mereka duduk di tempat masing-masing. Khususnya tiga gadis yang memiliki inisial yang sama itu.

Jadi, Jesreel, Ziska, Virgin, dan Miranda adalah sahabatan hanya saja sekolah mereka berbeda.
Sedangkan Grithel, Gersya, dan Graciella juga sahabat

Pelajaran pertama pun dimulai, tetapi Ara masih sibuk dengan pikirannya. Salsa yang melihat Ara sedang melamun, menyenggolnya hingga Ara menatapnya. Salsa memberi kode pada Ara bahwa Pak Zaky sedang menatapnya.

Pak Zaky adalah salah satu guru killer, yang mengajar mata pelajaran Fisika. Ara menatap Pak Zaky, dia hanya memperlihatkan cengirannya. Tidak ingin dihukum, Ara membuang pikirannya jauh-jauh dan fokus untuk belajar.

Kring!
Kring!
Kring!

Waktu yang melelahkan bagi semua siswa telah berakhir untuk sementara, dan sekarang tujuan mereka adalah mengisi perut.

"Kalian mau gak temenan sama kita?" tawar Vanya pada Jesreel, Jesreel menatap ke tiga sahabatnya dan mendapat anggukan dari mereka.

Vanya menawarkan pertemanan pada Jesreel cs sedangkan Bianca menawarkan pertemanan pada Grithel cs. Grithel cs juga ikut menerima pertemanan mereka.

"Yok, guys kantin." Mereka pun menuju Kantin.

Selama perjalanan hingga memasuki kantin, para buaya dan fuckboy tidak lepas tatapannya dari mereka. Wajah mereka sungguh cantik dan menarik. Kelompok para bidadari.

Mereka memilih tempat yang cukup besar untuk menjadi tempat duduk mereka, ketika menemukannya, mereka duduk. Vanya dan Virgin yang sungguh rajin pun memesan makanan.

Tidak ada percakapan diantara mereka hingga pesanan mereka datang, tetapi ketika ingin makan. Suara cempreng Virgin lebih dulu menghentikan aksi mereka.

"Bentar, semua gak boleh nyentuh makanan sebelum kita kenalan!"

"Okay, gue lebih dulu," Graciella mengajukan diri lebih dulu.

"Oh no, lo udah tadi kenalannya, sekarang mereka dulu," ucap Grithel seraya menunjuk Ara squad.

"Gue duluan, kenalin nama gue Vanya Sevary Gesard, lo, lo pada boleh panggil gue, Vanya atau cantik juga boleh. Karena gue yang paling cantik dari antara bestai-bestai gue." perkenalan Vanya, dan membuat Salsa, Bianca dan Keren berasa ingin muntah.

"Gue Bianca Oklin Prasetyo, bisa di panggil Bianca."

"Kenalin gue Salsabilla Queen Hocke, panggil ajah Salsa." Salsa menjabat setiap tangan mereka seraya tersenyum.

"And me Kerenza April Kertamarga, cewek yang paling cool dan waras di antara para bestai gue, panggil ajah Keren, nice to meet you."

"Oh my God, ambilin gue air dong, gue mau mandi, di sini gerah banget, sumpah." ucap Bianca seraya mengibas-ibaskan tangannya seperti orang yang kepanasan karena mendengar perkenalan Keren. Keren hanya tertawa kecil dan memukul pelan lengan Bianca.

"Kalian cantik-cantik banget tau gak? lucu lagi," sahut Gersya.

"Owh tentu, makasih." Pede Vanya.

"Terus, lo," tanya Jesreel kepada Ara. Ara mengangkat kedua alisnya.

"Owh dia, dia nam--" Salsa memotong ucapan Bianca.

"Eh, yang ditanya Ara, kenapa lo yang jawab?"

"Gue? Aradhera Steal," ucap Ara lantang. Jesreel, Ziska, Virgin, dan Miranda saling menatap, mereka mengenal nama itu.

"Araa!" teriak mereka bersamaan, dan membuat seisi kantin menatap mereka. Mereka berhamburan ke pelukan Ara, yang tengah duduk saat itu.

Ara menatap bingung mereka. 'Ini pasti orang-orang yang kenal sama Ara,' batinnya.

"Hmm, sorry kita 'kan baru kenal." Ara menatap mereka, setelah mereka melepas pelukan.

"Lo, gak kenal sama kita?" Ara menggeleng.

"Ternyata, lo udah lupa," ucap Ziska dengan kecewa.

"Kita ini sahabat kecil lo, Ra." Ara melebarkan matanya. ' Apa, sahabat kecil? kurang pedas si Ara, bilangnya mau kasih semua ingatannya. Kalau kayak gini, bisa kewalahan gue, bisa dikatain amnesia deh, gue.

Gue harus ketemu sama Ara, gue akan ke kuburannya biar perlu gue ikutin dia ke alam sana. Tapi gue ' kan gak tau, kuburannya dimana.' Ara sibuk dengan pikiran dan batinnya.

Transmigrasi Viloona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang