"Dasar playboy kelas kakap, tadi menghibur sekarang malah menghina,ck." Semua terkekeh melihat wajah cemberut Kenzi. Kenzi hanya menatap malas pada mereka.
***
Malam berganti begitu cepat sang penguasa siang pung muncul. Sinar matahari masuk kecelah-celah gorden membangunkan seorang gadis yang masih terlelap dalam tidurnya.
Ara mengerjabkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
Ara bangkit dari tidurnya, netranya tertuju pada jam dinding yang menempel pada dinding kamarnya. Jam menunjukan pukul 06.10, Ara menyambar handuk dan melakukan ritual mandinya.20 menit berlalu kini Ara sudah siap, namun Ara belum juga beranjak dari depan cermin.
Ara terkagum-kagum dengan dengan wajah dari tubuh yang ia tempati ini."Sungguh indah ciptaan Tuhan," gumamnya. "Secantik-cantiknya gue yang dulu, lebih cantumkan yang ini." Ara masih memegang-megang wajahnya. Namun ia harus menyudahinya karena ia akan terlambat jika terus seperti itu.
"Good pagi, penghuni neraka!" teriak Ara sambil berlari kecil menurunin tangga menuju ruang makan. Semua yang berada disitu terkejut mendengar suara yang menggelegar bak suara kuntilanak.
'Cantik," batin Aska.
'Mrip sekali denganku saat masih gadis,' batin Veli.
'Apa ini Ara?' tanya Aska dalam hati.
'Kenapa dia secantik itu?' batin Shiera bertanya.
"Wow," gumam Angkasa karena terpesona dengan kecantikan adiknya, namun ia segera menepisnya.
"Bukan di hutan," ketus Aska.
"Dih, terserah gue, rumah? rumah gue, mulut?mulut gue." Ara menatap Angkasa dengan tak kalah sinis.
Sambil mengambil memakan roti, Ara mendudukan bokongnya dikursi. Matanya menatap ke arah ibunya yang sepertinya akan berbicara.
"Kamu, tidak perlu cari muka di depan kami, karena sampai kapanpun kamu tidak ada artinya bagi kami," tegas Veli.
"Mampus," Shiera membatin.
Angkasa, Aska dan Asky tersenyum smirk. Bahagia? tentu, karena mereka tidak akan menerima Ara sebagai adik mereka kembali. Tapi, tidak tahu saja mereka bahwa mereka akan memakan sendiri kata-kata mereka.
"Ya ampun, Mommy tida--" ucapan Ara terhenti kala Veli lebih dulu bersuara.
"SUDAH SAYA BILANG, JANGAN PANGGIL SAYA DENGAN SEBUTAN ITU!" bentak Veli, yang membuat Ara dan lainnya terkejut.
'Wow, galak sekali Mommynya Ara, tapi tak apa, gue akan berjuang untuk buat mereka minta maaf sama lo, Ara, karena jiwa ini adalah Vilo bukan Ara,' batin Ara.
Ara tidak peduli dengan bentakan Mommynya, sambil memasukan potongan roti terakhir ke mulutnya, dia berlalu pergi. Namun sebelum benar- benar menghilang dari situ, Ara berbalik dan menatap mereka satu persatu, sedangkan yang ditatap hanya acuh.
"Bodoh amat!" teriak Ara dan pergi dari itu.
Semua tencegang, mereka yakin bahwa ini bukanlah Ara, atau apa benar Ara, tetapi ia telah berubah? namun dari mana dia mendapatkan keberanian itu.
'Ya ampun, kenapa sesakit ini saat membentak putri satu-satunya yang seharusnya Aku sayang,' batin Veli.
'Fix, itu bukan Ara,' batin Angkasa.
'Udah berani ajah tu anak,' batin Aska.
'Ara aneh banget, biasanya nangis tapi sekarang malah ...," batin Asky.
'Hhhhhh, Ara, Ara, posisi lo dihati keluarga bodoh lo ini udah digantikan dengan gue. Bahagia banget gue, lihat dia dibentak kayak tadi.' batin mak lampir siapa lagi kalau bukan Shiera.
***
Di Dollken High School digemparkan dengan kedatangan siswi cantik yang kecantikannya mengalahkan Shiera.
Ara berjalan melewati mereka begitu saja, tujuannya adalah ke kelas, namun tiba-tiba Ara merasa kebelet, dia berlari ke toilet. Beberapa menit berlalu kini Ara dalam perjalanan kembali ke kelas, namun dia melihat taman yang kelihatannya sangat damai, tanpa babibu Ara menuju ke taman itu.
"Segar," gumam Ara sambil menengadah ke langit, Ara menghirup udara dengan nikmat.
Ara berjalan menyusuri taman itu, seketika netranya menangkap sebuah pohon apel yang lebat buahnya. Ia menatap kiri dan kanan sepertinya tidak ada orang.
"Permisi, siapapun yang punya pohon apelnya, gue minta buahnya ya!" teriak Ara. "Iya, ambil ajah," lanjutnya.
Tak menunggu lama Ara langsung memanjat pohon itu, ia memakan beberapa buah apel tanpa memperdulikan bahwa bel masuk kelas sudah berbunyi.
"Ini, enak banget." pujinya. "Punya siapa ya? Apa gue curi? gak, tadi udah minta." monolognya.
"Dasar pencuri." Ara terkejut dan melihat ke asal suara itu terlihat lima pria yang sedang menatapnya.
Mereka adalah Seano Miracle Oey, Devin Damadja, David Beckham, Victor Dalion dan Kenzi Dalzon. Saat mereka berkunjung ke taman belakang sekolah mereka tidak sengaja melihat daun-daun pohon apel yang sedang bergerak-gerak dan beberapa sisa buah apel yang sudah dimakan berjatuhan di bawah pohon.
Karena penasaran mereka menuju ke pohon tersebut dan ternyata ada gadis cantik yang sedang asik memakan buah apel.
"Mau cosplay jadi monyet?" sindir Kenzi, namun tak ditanggapi oleh Ara, gadis itu malah asyik dengan aksi makannya sambil memperhatikan mereka yang juga sedang memperhatikannya
"Cantik-cantik, tapi jadi pencuri apel." Perkataan Devin membuat dia mendapat seprotan dari Ara.
"Eh, pria gila, jangan sembarangan kalau bicara, gue tadi udah minta sama orangnya." Devin dan menatap kesal pada Ara, karena Ara mengatainya pria gila.
"Emangnya lo tau, siapa pemiliki pohon apel ini?" tanya Victor dan mendapat anggukan dari Ara.
"Siapa?" tanya Sean.
"Kan, ini pohon ada di sekolah, jadi, semua yang bersekolah di sini adalah pemiliknya. Dan karena gue juga anggota sekolah ini, jadi, gue yang minta gue juga yang izinin." Mendengar jawaban Ara, mereka menatap satu sama lain, mereka berusaha menahan tawa mereka, agar tidak meledak.
"Bwahahaha." Kenzi tak dapat lagi menahan tawanya.
Ara mengerutkan keningnya, pria di depannya ini sungguh stress, tidak ada lelucon malah tertawa, aneh. Apakah jawabannya salah? itulah yang dipikirkan Ara.
"Eh, kumis kucing, gak ada yang lucu, jadi gak usah tertawa kek orang kerasukan." Ara menatap kesal pada Kenzi yang sudah tertawa terbahak-bahak.
"Lo, harus tanggung jawab," sarkas David.
"Buat apa tanggung jawab?" tanya Ara sambil melompat dari pohon apel.
"Pohon ini milik Kaisar, dia yang nyuruh Kita berlima buat ngejaga, tapi karna lo yang makan, lo juga yang harus tanggung jawab. Kita gak bakalan apa-apain lo, lo adik dari sahabat kita, jadi lo yang akan berhadapan langsung dengan dia," jelas Victor panjang kali lebar kali tinggi.
"Kalau gue gak mau?" tanya Ara dengan santai.
"Terserah lo, tapi satu hal yang harus lo tau, saat berurusan dengan Kaisar ... " Sean berjalan mendekati Ara. "Lo, gak bisa lepas dari dia," bisik Sean.
Sean dan kawan-kawannya pun pergi meninggalkan Ara, sedangkan Ara hanya mengacuhkan perkataan mereka, dan bejalan menuju ke kelas.
***
"Selamat pagi anak-anak." Seorang guru berkepala botak melangkah masuk ke kelas 10E.
"Pagi Pak," balas para siswa dengan bersamaan.
"Baik, sekarang kita akan memulai pelajaran kita dihari ini, hari ini kita akan belajar tentang struktur atom dan konfigurasi elektron." Semua siswa berdengus kesal karena menurut mereka mata pelajaran yang sangat melelahkan adalah kimia.
"Ada yang tahu struktur atom?" tanya Pak Guru namun tak ditanggapi oleh para siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Viloona
Teen FictionGadis yang tak dianggap oleh keluarganya demi orang lain, harus berakhir di dunia. Namun, ia memiliki keinginan untuk melakukan pembalasan dendam. Hingga akhirnya ia merelakan tubuhnya di tempati oleh seorang gadis; gadis berkepribadian ganda. Deng...