Bab 24

518 45 1
                                    

Semua kaget karena Kaisar menggendong Ara tetapi ada yang lega karena Shiera terselamatkan. Mereka membawa Shiera ke UKS. UKS pada DHS seperti rumah sakit yang memiliki peralatan yang lengkap dan dokter yang juga profesional.

"Lepas!" Ara memberontak di gendongan Kaisar. Kaisar mengacuhkannya dan membawa masuk Ara ke ruangannya. Kaisar menurunkan Ara di salah satu sofa dalam ruangannya.

"Lo!" tunjuk Ara di depan wajah Kaisar.

"Turunkan  tanganmu, Baby!" Kaisar menurunkan tangan Ara, dengan tatapan tajam miliknya Kaisar menatap Ara. Ara yang masih dalam kondisi emosi, membalas tatapan tajam Kaisar. Namun mata Kaisar menangkap bibir Ara yang sobek

Kaisar mengambil kotak P3K, untuk mengobati bibir Ara.

"Mau ngapain?" tanya Ara saat Kaisar hendak mengobati lukanya.  Kaisar sekilas menatap Ara dan kembali melanjutkan aksinya.

"Aws, sakit." Ara menutup mulutnya menggunakan tangan dan menggeleng kepalanya pertanda dia tidak ingin diobati.

"Mau pakai ini ...," tunjuk Kaisar pada kapas yang dia pegang. "atau ini?"  Kaisar menunjuk bibirnya.  Ara yang paham, segera mengambil kapas dari tangan Kaisar.

Dia menekan bagian bibirnya yang luka, "Awh," rintihnya.

"Sini!" Kaisar mengambil kembali kapas itu, dan menggantinya dengan yang baru.

Kaisar dengan telaten mengobati luka yang ada pada bibirnya, selain itu Kaisar mengobati bagian lutut Ara yang terlihat membiru. Kaisar menatap Ara meminta penjelasan, mengapa lututnya membiru seperti ini? 

"Owh itu, tadi buru-buru berangkatnya jadi kesandung batu dan jatuh deh," jawab Ara santai. Kaisar menghirup udara pelan.

Setelah selesai mengobati luka Ara, Ara pergi meninggalkan ruangan Kaisar. Kaisar tidak mencegahnya. Biarkan Ara menenangkan dirinya.

"Gadis yang menarik," gumam Kaisar seraya menampilkan senyumnya.

"Ara, lo gak apa-apa 'kan?" tanya Ara squad saat Ara tiba di kelas.

"Kaisar, tadi bawa lo kemana?"

"Ke UKS," bohong Ara.
Tidak ingin membalas hal itu lagi, Ara squad duduk di tempat masing-masing. Jam pelajaran selanjutnya dimulai.

Mulai awal masalah hingga pulang sekolah tidak ada seorang guru pun yang memanggil Ara. Karena perkelahian tersebut.

Karena Kaisar yang menyuruh mereka tidak melibatkan Ara, karena Shiera yang bersalah, dia yang duluan menyiram Ara dengan air.
Tidak berani menolak, para guru menerima dengan pasrah perintah Kaisar.

"G*la, tadi Ara jago banget berantemnya," heboh Deven.

"Sakit pasti ya, Sky?" Samuel ikut meringis saat Sky meringis.

"Gak," kesal Asky.

"Anjing pukulan atau apa sih tu, pantesan sahabat-sahabatnya Shiera pingsan semua, pukulan berasa ketimpa besi yang berat berkilo-kilo. Kepala gue pusing banget," sahut Angkasa seraya meminjam kepalanya.

"Sadis baget,"

"Cocok banget tuh, sama Kaisar. Kalau mereka punya anak, gue gak tau deh. Mungkin satu pukulan ajah, anak orang bisa tepos."

"Ternyata Ara, jago banget ya. Lihat ajah tadi cara berkelahinya, wow."

"Kalian mau lapor sama paman Anton?" Aska menatap Asky dan Angkasa.

"Ya, iyalah. Shiera, hampir sekarat, dan itu karena Ara," sarkas Angkasa.

"Gak bisa gitu dong, Tadi ' kan Shiera yang duluan, nyiram Ara malah dipukul lagi!" bantah Maxime.

"Benar tuh," tambah yang lain.

"Gak!" putus Asky.

***

"Ara? udah pulang? sini makan," panggil Veli. Ara berjalan ke ruang makan.

"Sayang, bibir kamu kenapa, Nak?" tanya Veli dengan khawatir

"Gak apa-apa kok, Mom." Ara tersenyum sambil duduk melahap makanannya.

"Anak brandalan, biasa kayak gitu, ke sekolah pergi belajar, pulang bawa babak belur," sindir Anton yang baru saja datang.

"Daddy, gak boleh kaya gitu." Veli menegur suaminya.

"Emang benar'kan Mom?!"

"Ck, iya aku anak brandalan. Tapi apa pernah Daddy pikir kenapa, aku bisa jadi kayak gini? seorang anak gadis akan hilang harapan saat ayahnya tidak peduli dengannya." Ara pergi meninggalkan Anton yang mematung karena ucapan Ara. Veli menggeleng kepalanya, dan ia memilih pergi dari situ.

"Siang," sapa 3A.

"Shiera mana?" tanya Anton saat sadar bahwa Shiera sedari tadi belum pulang. Padahal dia yang selalu pulang awal. "Terus itu, bibir dan kening kalian kenapa?

3A mengambil tempat untuk duduk. Aska hanya diam menyaksikan Asky dan Angkasa menceritakan kejadian tadi pada Daddy mereka.

Anton terkejut tetapi Veli terlihat biasa-biasa saja, karena Aska lebih dulu memberitahukan kepada Veli. Anton beranjak dari duduknya dan menuju kamar Ara. Kali ini Anton sangatlah marah.

Brak!

Transmigrasi Viloona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang