Bab 29

497 38 0
                                    


"Hati-hati." Aska melepaskan Vanya dan pergi.

"Thank's Kak Aska," Vanya berteriak tapi tak digubris oleh Aska, Vanya mengacuhkan sifat Aska yang cuek itu dan memilih menuju tempat duduk Ara Squad. Vanya mendapati seseorang yang asing baginya sedang duduk di samping Ara.

"Siapa?" Vanya bertanya pada Mira yang berada disampingnya.

"Orang stress!" bisik Mira dan dengan polosnya, Vanya percaya bahwa itu adalah orang stress.
Zayn memperhatikan Ara yang sedang makan hingga dengan sengaja Ara membuat mulutnya sedikit belempotan, Zayn mengambil tissue dan membersihkan mulut Ara. Kaisar menatap datar mereka, namun hatinya terasa panas melihat adegan itu, Ara tersenyum dan mengambil tissue dari tangan Zayn dan membersihkan mulutnya.

Ara Squad tidak dapat mengatakan apa-apa, mereka melahap makanan mereka tanpa memperdulikan apapun yang terjadi didepan mereka. "Ck, Baper dulu, baru hancur," batin Ara.

***

"Mungkinkah aku meminta kisah kita sela--"

Bruk!

"Aws! dosa apa sih gue? sampai jatuh kayak gini." Vanya berdiri dan melakukan perjalanan kembali, tapi kali ini ia tidak bernyanyi karena mungkin bernyanyi sambil jalan dapat membuat orang jatuh. (Teori baru ya, Vanya?)

Vanya dari kantin dan ingin kembali ke kelas, tapi saat ia menaiki tangga, kakinya tergelincir dan jatuh, namun karena masih berada pada anakan tangga awal, hingga keadaan Vanya tidak buruk-buruk amat, hanya jatuh biasa.

"Owh, bintang di surga ...." Baru saja berteori, Ara kembali bernyanyi. Mungkin mulutnya tidak dapat dikendalikan untuk bersenandung.

Bruk!

"Ah, maaf gue gak sengaja." Seorang gadis berlari dengan tergesa-gesa hingga ia menubruk Vanya. Gadis itu meminta maaf dan berlari kembali, meninggalkan Vanya yang kesal setengah mati.

"Akh! gue kek balita ajah, jatuh-jatuh mulu dari tadi!" kesal Vanya, ia menghentak-hentakan kakinya dan memukul-mukul angin.

"Ada masalah kejiwaan lo?" Vanya menatap orang yang mengatakan itu.

"Apa? Kak Aska mau nubruk gue lagi, ayo silakan." Aska menjadi heran dengan gadis ini.

"Nih cewek gila atau gimana?" Aska membatin. "Gak panas," ucap Aska dengan meletakan tangannya pada dahi Ara untuk memeriksa keadaannya. Namun, di tepis oleh Vanya.

"Apa sih, gue gak sakit!"

"Oh, kirain sakit."

"Emang lo pikir gue sakit apa?"

"Ya sakit ..., sakit jiwa!" Vanya geram dengan ucapan Aska yang mengatainya sakit jiwa.

"Emang benar-benar lo ya, Kak Aska!" tunjuk Vanya dengan jari telunjuknya tepat di wajah Aska. Aska menatap jari yang sedang mengarah padanya itu, dengan pelan ia menurunkan jari itu dari hadapannya.

"Emang benar 'kan lo itu udah sakit jiwa, buktinya tadi ngomong sendirian trus pukul-pukul angin, kaki juga lo hentak-hentak," ujar Aska.

"Akh! udah lah, gak ada habisnya ngomong sama Kak Aska." Vanya beranjak pergi dari situ meninggalkan Aska. Aska menatap kepergian Vanya dengan senyum tipis. "Emang sahabat itu semua sama ..., sifatnya," gumam Ara.

Aska mengatakan demikian, karena baik Ara maupun Vanya sama saja. Otak mereka sudah keseleo, hingga jadilah seperti itu.

***

Waktu pulang sekolah telah tiba, Ara squad berjalan beriringan menuju parkiran.
"Lo kenapa Sal?"

"Kalian duluan!" Teriak Salsa seraya berlari menjauh dari sana. Para sahabatnya bingung, mungkin kebelet kali ya ....

Setelah tiba di parkiran, masing-masing sahabat Ara mengendarai kendaraan mereka menjauh dari DHS, tetapi Ara masih berdiri di depan motornya. Matanya menatap pria yang sudah beberapa jam ini tidak menatapnya sedikit pun. Tadi, saat mereka berjalan dan berjumpa dengan Kaisar dan beberapa anggota Arvos, Kaisar tak sedikitpun menatapnya. Apakah dia berbuat salah? atau mungkinkah Kaisar cemburu dengan kejadian tadi?

Ara tidak berniat untuk pergi dari situ, ia menatap nanar motornya itu. Apa yang terjadi dengan Ara? mengapa dia begitu sedih saat orang yang membuatnya nyaman itu menjadi tidak peduli dengannya? Saat memikirkan semuanya itu, seorang pria menghampirinya. Dia adalah Zayn.

"Kenapa belum jalan?" Ara menatapnya, ia mengacuhkan Zayn dan mengendarai mobilnya, pergi meninggalkan area sekolah. 'Lo kali ini bisa bebas dari gue, Ara, tapi tidak untuk nanti," Zayn tersenyum kecut.

"Kaisar, lo gak jealous gitu?" tanya Kenzi dengan hati-hati, karena jika tidak maka hidupnya akan berakhir. Kaisar menatap tempat di mana tadi Ara berada. Kaisar menggeleng dan pergi meninggalkan anggota Arvos yang lain.

"Ck, siapa sih tu pria? ganggu ajah hubungan couple kesayangan kita!" kesal Deven.

"Eh, guys gue ke toilet bentar," teriak David seraya berlari memasuki gedung sekolah untuk mencari toilet.

Karena menunggu David lama, akhirnya Sean dan lainnya pergi meninggalkan DHS, biarlah David akan menyusul ke markas.

"Ara!" Ara menoleh ke samping dimana Zayn yang sedang mengendarai mobilnya.

"Ini orang mau ngapain sih?" Ara menambah kecepatan motornya, tidak mau ketinggalan Zayn mengendarai mobilnya di atas rata-rata.

Cit!

Ara mengerem motornya mendadak, saat mobil Zayn menghadangnya. Zayn keluar dari mobilnya, ia berjalan menuju Ara yang masih belum membuka helm full facenya.
"Gue mau ngomong sama lo."

"Hm!" hanya deheman yang terdengar di balik helm fullface itu. Zayn dengan kesal membuka paksa helm yang di gunakan oleh Ara. Ara terkejut dan menatapnya layang.

"Mau lo apa?" Zayn menjadi sedikit gentir saat mendengar suara berat dan dingin dari Ara.

"Gue gak mau lepasin lo, Ra."

"Maksud lo?" Zayn menarik pelan udara untuk masuk ke dalam paru-parunya.

"Gue mau balas cinta lo, Ra. Gue sadar kalau gue juga cinta sama lo!" Ara memasang wajah datarnya, ia belum menjawab apa yang diucapkan Zayn. "Ra, please ..., terima gue ya. Gue tau lo masih cinta sam gue."

"Gak usah mimpi, mendingan lo pindah gue mau pergi." Ara kembali memakai helm, dan hendak menjalankan motornya, namun tangan jahil Zayn mengambil kunci motornya. Ara muak dan geram dengan semua ini. Tapi, ia tahan, ia tidak ingin anak orang mati mengenaskan di sini.

"Kembaliin." Zayn memasukkan kunci itu ke dalam saku celananya.

"Lo nerima dulu cinta gue, baru gue kasih kunci motor lo." Zayn berusaha membuat negosiasi dengan Ara, namun Ara tidak ingin melakukannya. Ara yang sudah tidak tahan turun dari motor dan ....

Bugh!

Seperti Asky dan Angkasa, Zayn juga merasakan nikmatnya pukulan Ara, hingga Zayn tersungkur dan hidungnya yang keluar d*r*h. Zayn menyeka d*r*h dari hidungnya, dan berdiri menatap sendu pada Ara. Ara mengulurkan tangannya untuk meminta kunci motornya. Karena tidak ingin membuat Ara lebih marah padanya, Zayn memberikan kunci motor Ara. Ara merampas kunci motor itu dan menjalankan motornya meninggalkan Zayn yang masih mencerna pukulan tiba-tiba dari Ara.

Sungguh Ara sudah berubah, Ara yang ia kenal lemah, baik hati, dan pemalu. Kini, menjadi gadis pemberani dan menarik. Pukulan tadi tidak membuat Zayn jerah, justru ia semakin tertarik dengan Ara. Dia akan melakukan segala cara agar Ara menjadi miliknya.

Kaisar membawa motornya dengan kecepatan rata-rata, ia memikirkan apa yang ia rasakan saat ini. Rasa panas dan marah bercampur aduk dalam hatinya kala melihat Ara dengan pria lain. Apa dia cemburu? tapi bukankah Ara pernah berjanji tidak dekat dengan pria lain? Kaisar harus menagih janji itu.

Transmigrasi Viloona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang