Deg!
Ara mematung."Ara? ngapain disini? dan Bi, Vilo siapa yang Bibi maksud." tanya Ersya, entah apa yang akan di jawab oleh Ara. 'Aduh, nih maid kenapa pake, bilang nama gue segala sih," batin Ara.
"Ah, ga--gak, gue gak ngapai-ngapain kok. Hmm, gue nyasar. Btw ini rumah lo?" Ersya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ara.
"Gak, Lo pasti bohong ' kan?" tanya Ersya penuh selidik.
'Ara, lo harus tenang, kalau gak bisa terbongkar semuanya.' batinnya." Gak, tadi gue lagi cari rumahnya El. Tapi mungkin gue nyasar, karena kata mereka rumahnya sekitar sini," ucap Ara dengan tampang seriusnya hingga membuat Ersya percaya.
"Oh, El rumahnya gak sini jauh malah, ini rumahnya teman kita, Tapi kebetulan dia lagi di dalam tuh, masuk!" Ajak Ersya.
"Hmm, gak jadi deh, soalnya tadi Mommy gue nelfon, katanya pulang dulu. Jadi nanti di sekolah ajah, bye!" teriak Ara dan bergegas pergi dari situ. Maid yang tadi juga hendak ikut pergi. Tetapi Ersya, mencegahnya.
"Bibi belum jawab pertanyaan aku, Vilo siapa yang Bibi, maksud tadi?" Maid itu keringat dingin saat Ara menatapnya tajam.
Ara belum benar-benar pergi dari situ, karena dia takut maid itu, akan mengatakan yang sebenarnya.
"Hehe, itu Non, tadi Bibi kirain teman Non yang tadi itu, adalah Non Ara, karena menurut Bibi mereka sangat mirip." Ersya menatap maid itu dengan tatapan intimidasi.
"Oh, gitu, ya udah Bibi boleh pergi." maid itu membungkuk hormat dan pergi dari situ. Akhirnya dia dapat bernapas lega, karena kalau sampai salah menjawab maka di akan lenyap dari Ara.
Ara mengusap lega dadanya. Ersya berbalik dan mendapati Ara yang masih duduk di motor. Ara tersadar dan menyalakan motornya, ia pun pergi dari situ. Ersya menyerit bingung, tetapi karena Ersya adalah tipe orang yang acuh maka, dia kembali masuk ke kediaman Swith.
"Huft! hampir ajah ketahuan, konyol," Ara memberhentikan motornya ketika tiba di depan kediaman Steal. "Capek," ucap Ara karena dia menempuh perjalanan satu jam. Ara mengendarai motornya dengan begitu lambat.
"I don't care, melow, melow. Ara cantik dah datang nih!" teriak Ara menggema di seluruh penjuru rumah. "Kan bego di sapa tapi gak di balas," gumam Ara. "Oh no, oh no, oh n ...." Ara menghentikan langkahnya ketiaka melihat ruang nonton, yang tampak ramai.
"Oh no, udah sadar lo?" Ara berjalan dan mendekati Shiera yang sedang duduk bersama dengan anggota Arvos. Shiera sudah ketakutan melihat senyum Ara, yang menurutnya sangat seram
Shiera telah pulang, dengan alasan ia malas berlama-lama di ruangan yang berbau obat-obatan itu. Shiera belum benar-benar sembuh, tetapi jika berlama-lama di situ, maka Ara akan leluasa untuk membuat keluarganya sayang kembali padanya, 'pikirnya'. Tapi tidak tahu saja bahwa 3A dan Veli telah mengetahui rencana jahat Shiera dan telah sayang kembali pada Ara. Walaupun 3A yang belum menunjukan kasih sayang mereka, tetapi mereka telah membuka hati mereka untuk menerima Ara sebagai adik dan putri tunggal keluarga Steal.
"Ck, huft ..., Bombayah, ya, ya, ya, ya, ya. Bom, bomba, bom bomba, kakek!" Ara berjalan, menjauhi Shiera sambil menyanyi. Ara sudah di cap sebagai orang yang sudah gesek otaknya oleh anggota Arvos. Karena bisa kalem tapi bisa juga berubah bobrok.
Langkahnya berhenti diujung tangga atas saat suara cempreng seseorang sampai pada pendengarannya.
"Araa! hosh, hosh." Vanya berlari masuk ke dalam rumah Ara, sambil meneriaki namanya dengan napas yang ngos-ngosan. "Sini, be--bentar." Ara berdiri di tempat tanpa mau menghampiri Vanya.
"Ngomong ajah dari situ!" sahut Ara.
"Gak bisa anak gajah, ini rahasia."
"Ya udah, lo datang ajah ke sini!" Vanya menghembus napas dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Viloona
Teen FictionGadis yang tak dianggap oleh keluarganya demi orang lain, harus berakhir di dunia. Namun, ia memiliki keinginan untuk melakukan pembalasan dendam. Hingga akhirnya ia merelakan tubuhnya di tempati oleh seorang gadis; gadis berkepribadian ganda. Deng...