Bab 13. Kematian Calvin

602 52 0
                                    

Kaisar kini telah tiba di markas besar Arvos. Ia memasuki ruang aula yang begitu besar, di sana sudah ada semua anggota Arvos. Mereka menunduk memberikan salam hormat pada Kaisar mereka. Kaisar berdiri di tempat kebesarannya, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang aula, kemudian pandangannya berhenti pada Sean. Sean yang ditatap, tidak mampu mengangkat kepalanya. Takut? tentu, Sean sudah berkeringat dingin.

"Sean?" Sean mengangkat wajahnya. Itu bukan sebuah panggilan namun pertanyaan. Sean melangkah ke hadapan Kaisar.

"Kaisar, sepe--perti ya--yang gue jelasin di--di telepon ta--di--" ucapan Sean yang terbata-bata itu, berhenti saat Kaisar menyebutkan namanya kembali.

"Sean?" Sean tersentak.

"Kaisar, seperti yang gue jelasin di telepon tadi, Calvin dan anak buahnya datang dan menyerang markas, kami sempat melakukan perlawanan dan beberapa anak buahnya ada yang terluka parah, namun karena otaknya yang licik itu, dia menculik Kenzi." Sean berbicara seperti air yang mengalir, namun dapat di mengerti oleh Kaisar.

"Terus?" pandangan Kaisar tidak berpindah dari Sean.

"Dia mengatakan, jika ingin Kenzi selamat ..., Kaisar harus datang ke markas Calxor." Sean keluh untuk mengatakan itu, karena dia tahu, Kaisar pasti akan pergi. "Kaisar!" panggil Sean, saat Kaisar pergi.

Sean dan anggota inti lainnya mengikuti Kaisar, tetapi Kaisar mencegah mereka. Mereka ingin membantah, namun lebih baik mengalah dari pada dibantai. Kaisar menyalakan motor sport hitamnya itu, ia melajukannya dengan kecepatan rata-rata, dan meninggalkan  markas Arvos.

Khawatir, marah, kesal, itulah yang dirasakan para anggota Arvos. Bagaimana tidak Kaisar pergi ke markas Calxor sendirian, dan dengan kondisi Kaisar yang baru sembuh 3 hari yang  lalu.

"Kalian tidak perlu sekhawatir itu, dia adalah Kaisar. Pria yang cerdik dan jenius, yakinlah  dia akan membawa Kenzi kembali," ucap Paman Peter, selaku salah satu orang tua dan senior Arvos.

Mereka mencerna apa yang dikatakan oleh Paman Peter. Memang benar, seharusnya mereka tidak perlu khawatir ataupun takut. Mereka harus memberikan kepercayaan penuh pada Kaisar.

***

Srek!

Salah satu anggota Calxor terjatuh tak sadarkan diri alias K.O, karena sobekan pisau pada lehernya. Pelakunya adalah Kaisar. Kaisar  telah tiba di markas Calxor, dari jarak yang  jauh Kaisar memantau setiap penjagaan di sana, cukup ketat. Jika Kaisar menyerang langsung, itu akan sedikit berbahaya, dia akan membuat ini seperti permainan yang seru.

Setelah menghabisi salah satu penjaga gerbang belakang, Kaisar menuju ke dalam markas itu. Kaisar  berjalan dengan sangat cepat, namun langkahnya tidak terdengar.

Srek!
Srek!
Srek!
Srek!

Empat nyawa melayang, Kaisar kembali melakukan aksinya, hingga ia tiba di sebuah pintu yang cukup besar. Itu adalah ruangan Calvin, ia menyentuh pintu itu, namun tidak ada tanda-tanda seorang pun di dalam.

Kaisar melanjutkan langkahnya. Karena pendengaran yang tajam, Kaisar dapat mendengar langkah kaki dan tawaan, tapi bukan satu atau dua orang, sepertinya ada tiga orang. Kaisar bersembunyi dibalik gorden.

"Hahaha, lo juga playboy," ucap orang 1

"Dih, seplayboy-playboynya gue, bos Calvin adalah rajanya," ucap orang 2

"Gue akuin, bos kita emang the best! udah ayok, entar kita di gampar lagi sama bos kalau lama." Mereka berjalan sambil memainkan beberapa senjata tajam.

"Tapi, kasihan juga yah, si Kenzi, bisa apes dia kalau sampai ketua Arvos itu gak datang." Kaisar dapat mendengar dengan jelas perkataan terakhir salah satu dari mereka, sebelum mereka menghilang dari situ.

Transmigrasi Viloona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang