"Seperti yang saya duga, tidak ada yang ta--" perkataannya berhenti karena kedatangan seorang siswi, itu adalah Ara.
"Pagi Pak Botak," sapa Ara dengan santai.
Semua siswa terkejut mendengar sebutan Ara terhadapa Guru yang dikenal killer di DHS ini.
"Dari mana kamu?" tanya Pak Bimo yang tadi disebut oleh Ara sebagai Pak botak.
"Toilet." Lagi-lagi ucapan Ara membuat siswa lain terkejut, singkat, padat, dan jelas. Namun itu membuat Pak Bimo geram, tapi masih ditahan olehnya.
"Kamu siswa baru?" tanya Pak Bimo, saat sadar bahwa siswi ini tak pernah dia lihat sebelumnya dikelas ini.
"Bukan Pak, pekenalkan nama saya Aradhera Steal," ucap sambil melambai-lambaikan tangannya kepada semua siswa.
Semua siswa terkejut dan saling berbisik.
Namun, tak dipedulikan oleh Ara, sedangkan Pak Bimo masih menatap Ara dari atas sampai bawah, bawah sampai atas. Dia tersadar saat Ara berjalan menuju kursinya."Berhenti!" Langkah Ara berhenti, ia berbalik dan menatap Pak Bimo.
"Karena Kamu terlambat masuk kelas, Kamu harus dihukum." Mata ara membola mendengar kata 'hukum'.
"Ampunilah saya Pak, saya khilaf, jangan hukum Saya ya Pak," mohon Ara sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada.
"Saya tidak menghukum kamu yang berat-berat, jadi, tidak perlu takut." Mendengar itu Ara pun bernafas lega. "Karena ini hari pertama kamu masuk pelajaran saya, jadi saya sedikit berbelas kasihan padamu, hukumannya hanya ..., kamu jelaskan materi di depan ini kepada kita semua," lanjut Pak Bimo, Ara dengan semangat menerima hukuman itu.
Jadi, Ara baru pertama kali masuk di jam kimia, karena setiap kali jam mata pelajaran yang menghitung-hitung Ara tidak akan masuk ke kelas, hingga membuat dia mendapat juara 1 dari bawah, alias juara ke-50 dari 50 siswa, the best bukan?
Ara mulai menjelaskan materi tersebut, tanpa terlewatkan satupun, bahkan ada bagian dari materi yang tidak diketahui oleh Pak Bimo, dan itu membuat semua murid bedecak kagum, demikian pula dengan Pak Bimo yang juga kagum dengan cara mengajar Ara, mudah dipahami.
Prok!
Prok!
Prok!Semua bertepuk tangan, ketika Ara selesai menjelaskan semua materi itu, ia kemudian berjalan santai menuju tempat duduknya, dan itu tidak luput dari tatapan kagum para siswa.
Kring!
Kring!
Kring!Semua siswa berhamburan keluar kelas saat mendengar bel istirahat berbunyi, namun lain halnya dengan empat gadis yang sedang berdiri mengelilingi Ara.
"Lo, Ara?" tanya gadis berambut pirang.
"Huft! kurang jelas tadi gue sebutin nama gue?" Ara menghembuskan nasanya pelan, keempat gadis itu menatap satu sama lain dan ....
"Ara!" mereka langsung berteriak dan berhamburan ke pelukan Ara. Sedangkan Ara hanya pasrah.
Mereka adalah sahabat-sahabat Ara asli, mereka selalu membantunya dalam segala hal. Mereka akan melakukan segalanya agar membuat Ara tertawa dan tersenyum walaupun dengan cara membullying atau bahkan membunuh
Ara sudah kegerahan, namun keempat mahkluk ini belum melepaskan pelukan mereka.
"Woy, Lepasin panas." Ara berusaha melepaskan pelukan mereka dan pelukannya pun terlepas.
"Gila, lo cantik banget, Ra," Puji Vanya Sevary Gesard sambil memalingkan wajah Ara kanan dan kiri, hingga membuat Ara risih.
"Udah ya, gue mau isi perut gue yang berdemo." Ara menepis tangan Vanya, dan berlenggang pergi ke kantin.
Mereka berempat pun mengikuti Ara. Di kantin, jangan ditanyakan lagi, suasananya menjadi heboh, karena kehadiran Ara. Dan itu membuat seseorang menjadi iri dan keinginan untuk menghancurkan Ara semakin besar.
"Sal, yang gendut terus matanya empat namanya siapa?" tanya Ara dan membuat Salsabilla Queen Hocke melihat kearah orang yang disebutkan Ara tadi.
"Lo, amnesia?" bukan menjawab, Salsa kembali bertanya.
Sebab orang yang ditanyakan Ara tadi adalah langganan mereka untuk membullying.
"Jawab aja, susah amat, lo?" geram Ara.
"Itu Tyno Almado, Ara yang cantik," balas Salsa sambil mencubit pipi gembul milik Ara.
"Awws, sakit Laknit." Ara meringis karena cubitan Salsa yang kuat pada pipinya.
"Hehehe, sorry, Ra," Salsa cengegesan dan mengusap pipi Ara.
"Teno," teriak Ara.
"Tyno," ucap sahabat Ara bersamaan, saat nama pria tadi salah disebutkan oleh Ara, Ara hanya menggaruk kepalannya yang tak gatal.
"Iya, iya, itu yang namanya Tyno, sini!" Pria gendut, berkacamata yang bernama Tyno itu datang, dapat dilihat ketakutan di wajahnya.
"Boleh gak minta tolong?" tanya Ara dengan suara yang rendah. Semua yang mendengar perkataan Ara langsung tercengang dan menatap heran padanya.
Tatapan heran yang dilihat oleh Ara, membuat dia menjadi bingung, apa salah juga perkataannya? dia hanya berusah memperbaiki karakter seorang Ara yang sudah rusak dihadapan teman-teman dan keluarganya.
"Boleh gak?" tanya Ara dengan suara yang sedikit keras, hingga membuyarkan lamungan Tyno.
"Bi--bi--sa," gagapnya.
Ara memberikan kepada Tyno 10 lembar uang seratus ribu.
"Gue, pesan bakso dengan es teh, Kalian?"
"Samain," ucap mereka serempak.
"Ta--ta--pi ini, uangnya ke--ba--banyak." Ara menautkan kedua alisnya.
"Lo, ngomong apa sih? tenang, gak usah takut, gue gak bakal terkam lo. Jadi, pergi dan belikan pesanannya dan ya, saat lo kembali gue gak lihat uang itu itu, kalau gak gue jamin wajah lo gue jadiin seblak." Tyno menelan salivanya kasar, ia dengan tergesa-gesa menuju tempat pemesanan makanan.
"Sepertinya, Anda, punya dendam masa lalu sama tu uang." Bianca Oklin Prasetyo menggeleng-gelengkan kepalannya, sultan mah bebas.
Setelah menunggu lama, akhirnya pesanan mereka pun sampai, Ara dengan tidak sabaran langsung melahap makanannya.
"Uhuk!" Ara tersedak saat Tyno meyodorkan uang kembalinya.
Ara menatap tajam Tyno, sedangkan tyno sudah ketakutan luar biasa. Ara berhenti dengan acara makannya, ia berdiri dengan tatapan yang masih dan.
Puk!
Tyno menutup matanya saat Ara mengangkat tangannya, Tyno berpikir bahwa Ara ingin menamparnya. Namun, ternyata Ara hanya memukul kecil pundaknya, refleks Tyno langsung membuka matanya.
"Dasar keras kepala!" sarkas Ara.
Ara mengambil uang kembalian tadi dan memberikannya pada Tyno.
"Ambilah dan pergilah, aku mengutus engkau untuk memberitakan kabar baik ini, bahwa Ara sang ratu bulliying yang kalian kenal akan keegoisannya, kini telah bertobat." Ara berdrama dengan mengangkat tangan, layaknya seseorang yang sedang memberi berkat.
Tidak ingin membuat sang singa marah, Tyno segera mengambil uang itu dan pergi meninggalkan Ara dan bestie-bestienya.
"Lo, fine-fine ajha'kan, Ra?" tanya Keren Kerenza April Kertamarga, dengan meletakkan telapak tangannya pada dahi Ara saat Ara kembali duduk di kursinya.
"Mungkin lagi keserong otaknya, Ren," pungkas Vanya sambil memasukan biji bakso ke dalam mulutnya.
"Ara, benaran lo baik-baik saja'kan? atau lo amnesia? secara kan lo baru keluar dari rumah sakit." Bianca heran dengan sahabatnya ini.
"Guys, princess Ara, fine-fine ajha, gak keserong otaknya apalagi hatinya." Sahabat-sahabatnya menatapnya dengan malas.
"Tapi, jujur ya, kaya ada yang kurang dari lo deh, ada benarnya sih kata Vanya kalau otak lo lagi keserong, mungkin kebentur batu waktu lo kecel--" ucapan Salsa terhenti karena dengan singap Ara memasukkan biji bakso ke dalam mulutnya.
"Udha ya, stop bicaranya dan makanlah yang banyak," ucap Ara. Mereka pun makan dengan lahap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Viloona
Teen FictionGadis yang tak dianggap oleh keluarganya demi orang lain, harus berakhir di dunia. Namun, ia memiliki keinginan untuk melakukan pembalasan dendam. Hingga akhirnya ia merelakan tubuhnya di tempati oleh seorang gadis; gadis berkepribadian ganda. Deng...