Hari Pertama

13K 927 25
                                    

Yo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yo!

"Jen."

"Paan."

"Jalan, yuk!"

"Gak mau. Males."

"Ayolah, Jen. Gue bosen di dorm terus."

"Ya, sono lo gangguin Renjun aja."

"Renjun lagi mode maung. Ntar pacar lo ini yang berakhir jadi dengdeng beruang."

"Usilin Jisung aja. Lagi main game tuh dia."

"Bosen, sayang."

"Kejar-kejaran sama Daegal aja, sih."

"Gue maunya jalan sama lo, Lee Jeno."

"Dih! Sembarangan ganti-ganti marga gue!"

"Marga lo emang Lee, Beb."

"Oh, iya. Lupa. Maaf, babuku~"

Haechan mendengus. "Ayolah, Jen. Jalan keluar."

"Iya-iya, Channnnn.... Ke mana?" Akhirnya Jeno mengalah. Dia juga bosan, sih.

"Lo mau ke mana?"

"Kenapa nanya gue? Kan, lo yang ngajak! Gimana, sih!"

"Ya, lo maunya ke mana, sayang. Gue turutin asal jalan sama lo."

"Kalau terserah gue, ya ngomong, dong!"

"Ya, lo gak peka, sih."

"Gak usah ngasih kode, bego! Gue bukan anak pramuka."

"Ya, udah, ya, udah. Lo mau ke mana, sayangku? Mumpung kita masih libur."

"Hm.... Ke mana, ya? Lo ada saran?"

"Belum kepikiran. Gimana lo aja, gue nurut."

Jeno mendengus kala mendengar jawaban dari kekasih barunya ini. Lee Haechan. Resmi berpacaran kemarin siang.

"Gue pengen nonton, sih. Tapi, di bioskop bakal rame gak?" kata Jeno. Dia sedang berada di kamar bersama Haechan yang tidur dengan pahanya sebagai bantalan pemuda itu, dan dia sendiri bersandar pada sandaran tempat tidur.

Beruntung Jaemin lagi ada jadwal pribadi sendiri. Jadi, kegiataan mereka tidak terusik.

"Lo mau nonton di bioskop mana? Biar gue bisa booking tempat selama film berlangsung," ujar Haechan.

"Xxx film," sahut Jeno. "Beneran mau dipesen tempatnya?"

"Iya. Mau nonton apa?" tanya Haechan yang sekarang sibuk dengan ponselnya.

"Apa aja, deh. Terserah lo, yang penting seru," jawab Jeno.

"Beneran terserah gue?" tanya Haechan memastikan yang dibalas anggukkan kepala dari Jeno. "Oke. Mau pergi sekarang atau gimana?"

"Sekaranglah. Masa tahun depan. Keburu tua ntar lo," sahut Jeno sebal.

Haechan terkekeh. "Ya, udah. Gue pesen dulu," ujarnya.

Jeno mendengus. "Sana ganti baju lo! Jangan pake item-item gini, yang lebih imutan dikit bajunya," ucap pemuda itu. "Bahaya kalau lo pake baju item, ntar banyak yang naksir lagi."

"Kenapa soal baju aja dikomentarinnya sih, Jen?" gerutu Haechan sambil bangun.

"Lo, kan, uke gue, Chan," sahut Jeno polos.

"Gak, ya!" Haechan mendelik.

"Ettt! Jangan marah, Pacar. Karena kenyataannya yang anak-anak tau gue itu seme lo sejak lo bilang ke mereka kalau kita pacaran," ucap Jeno dengan nada meledek.

Haechan menghela napas. Dia tidak bisa mengelak, karena memang seperti itu kenyataannya. Biarlah kalau matahari sedang bertugas dia yang menjadi submissive Jeno, tapi jika tugas matahari digantikan bulan dan bintang, maka Haechan'lah yang mengendalikan Jeno.

"Tapi, ntar malem giliran lo yang nurut sama gue. Oke?" ujar Haechan sembari mengusak rambut Jeno yang sekarang wajahnya sudah memerah.

"I-iya. Udah, sana lo ganti baju!" ucap Jeno buru-buru mengusir Haechan.

"Iya, sayang," sahut Haechan sembari beranjak turun dari atas tempat tidur, tapi sebelum itu dia menyempatkan diri untuk mencuri ciuman sekilas di bibir ranum Jeno, yang sekarang tengah mendelik.

"Dasar jelek!"

Haechan hanya tertawa ketika mendengar Jeno berteriak kesal dan melemparkan bantal ke arahnya. Untung saja dia keburu kabur, jadi tidak kena amukan dari pacarnya.

"Kenapa, Bang?" tanya Chenle yang kebetulan lewat di kamar Jeno.

"Gak apa-apa," sahut Haechan sambil berlalu ke kamarnya.

Chenle bingung sendiri. "Tadi denger Bang Jeno teriak, deh. Kenapa, ya?"


Tbc.

Love Scenario (Hyuckno. End ☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang