Tidak Bisa

5.7K 571 78
                                    

Anggota unit 127 seketika menghentikan tawa mereka saat pintu dorm terbuka, dan sosok Haechan berdiri di ambang pintu dengan wajah dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggota unit 127 seketika menghentikan tawa mereka saat pintu dorm terbuka, dan sosok Haechan berdiri di ambang pintu dengan wajah dingin.

Tubuh ke delapan pemuda itu menegang, wajah berubah pucat, ludah diteguk dengan susah payah. Hawa yang menguar dari kedatangan Haechan terasa sangat mencengkam, seolah akan terjadi sesuatu yang mengerikan. Mereka bahkan tidak bisa hanya sekedar untuk berkedip atau mengeluarkan suara.

"Hebat."

Suara berat nan dingin milik Haechan terdengar mengalun ke seisi ruangan, membuat tubuh delapan pemuda itu semakin menegang.

"Kalian semua bisa ketawa."

Haechan melangkah mendekat tempat delapan anggota unit 127 berada saat ini, di sofa.

"Di saat ada seseorang yang udah berhasil kalian bikin sakit."

Pemuda itu menghentikan langkahnya saat hanya berjarak beberapa senti dari posisi Johnny, Jungwoo dan Taeil.

"Di mana letak hati kalian?" tanya Haechan dingin.

Namun, ke delapannya masih belum bisa mengeluarkan suara. Mereka hanya diam dengan tubuh menegang dan wajah pucat. Keringat dingin terlihat keluar di dekat pelipis pemuda-pemuda itu.

"Gue tanya di mana?!" desis Haechan semakin dingin.

"H-haec---"

Haechan sudah keburu meninju pelipis Taeil sebelum pemuda itu meneruskan kata-katanya, sehingga membuat Taeil terkapar di lantai dan tujuh anggota 127 melebarkan mata terkejut, tubuh mereka bergerak mundur beberapa langkah, tak berani melakukan apa-apa selain diam dengan tubuh menegang karena takut.

"Bangun lo!" Haechan menarik baju Taeil dan mengangkatnya agar berdiri. Pemuda itu menatap Kakak tertuanya dengan bengis. "Gue rasanya muak saat dateng ke sini dan ngeliat kalian semua ketawa lepas tanpa ada beban seolah gak pernah ngebuat kesalahan yang bikin seseorang tersiksa karena ulah kalian!"

"Chan, gue---"

Haechan meninju perut Taeil sehingga pemuda itu kembali jatuh ke lantai. Tujuh anggota 127 terbelalak dan memekik tertahan. Taeil terbatuk kesakitan karena pukulan Haechan begitu sangat menyakitkan. Dia bahkan merasakan tangan pemuda itu yang digunakan untuk meninjunya terasa seperti sebongkah besi.

"Mau bilang maaf?" Haechan tertawa sinis. "Kalian pikir kata maaf bisa ngubah keadaan? Gak akan pernah bisa!"

Pemuda itu bergerak mendekati Taeil, dan hendak kembali melayangkan pukulan pada wajah sang Kakak tertua, tapi Johnny langsung menahan tangannya.

"Chan, udah, Chan.... tolong," pinta pemuda itu memelas, sedangkan yang lain wajahnya tampak cemas dan tegang.

Namun, sepertinya tindakan Johnny tidak membuahkan hasil. Karena justru Haechan berbalik menyerangnya. Pemuda itu menyikut perut Johnny, tangannya menarik kerah baju Kakaknya, lalu meninju sudut bibir sang Kakak dengan kuat, hingga menyebabnya tubuh Johnny terdorong dan jatuh menabrak meja kaca.

Tidak hanya sampai di situ, Haechan kembali menarik Johnny agar pemuda itu terbangun, memberi beberapa pukulan di perutnya, lalu kaki kiri Haechan menendang dengan kuat perut Johnny hingga lagi-lagi dia terjatuh ke lantai, kali ini menabrak beberapa barang dan menyebabkan suara nyaring serta barang tersebut berhamburan ke lantai.

Anggota lain sudah berteriak menyuruh Haechan berhenti dengan wajah dan suara yang sangat panik. Tapi, pemuda itu sama sekali tidak mendengar dan terus saja memberi pukulan pada Johnny.

"Berhentii......"

Suara tangis Taeyong terdengar, pemuda itu tersungkur ke lantai dengan tubuh yang gemetaran. Wajahnya sudah dibasahi oleh air mata. Dia sangat ketakutan melihat Haechan yang lepas kendali. Anggota lain juga sama, bahkan Doyoung ikut menangis sedari tadi.

"Haechan, udah, abang mohon.... Haechan, udah!"

Akhirnya Haechan berhenti. Pemuda itu yang tadi duduk di perut Johnny untuk memberi pukulan pada sang Kakak kini menjauh. Rahang Haechan terlihat mengeras, kedua tangannya mengepal kuat. Dia melihat ke arah Johnny dan Taeil yang kesakitan di lantai karena ulahnya. Ia tidak menyesal sama sekali, mereka pantas mendapatkannya. Jika'pun harus sampai membunuh mereka, Haechan tidak akan pernah ragu.

Taeyong berlari ke arah Johnny dan memeluk kekasihnya itu dengan suara tangis yang terdengar. Kedua tangannya terlihat gemetaran. Johnny hanya membalas pelukan itu dalam diam karena tengah berusaha mengatur napasnya yang tersendat-sendat.

"J-johhny...." Bibir Taeyong bahkan bergetar.

Yuta juga sudah berada di dekat Taeil sedari tadi, memeluknya dengan rasa takut yang menyerang perasaannya. Begitupula sisa anggota lain. Hanya untuk berdiri saja rasanya mereka tidak kuat.

"Kalian tau...."

Mereka semua menoleh ketika suara dingin Haechan kembali terdengar. Memandangi pemuda itu dengan ekspresi yang belum berubah.

"Kenapa gue bisa sampai kaya gini?" ujar Haechan. Pandangannya menusuk tajam.

"Jawabannya cuma satu. Jeno...."

Pemuda itu menarik napas untuk menetralkan emosinya.

"Kalian udah bikin Jeno sakit."

Haechan mendudukkan dirinya di sofa, dia bersandar pada sandaran sofa, kedua matanya terpejam, sebelum kemudian kembali terbuka dan memandangi delapan Kakaknya yang sedari tadi memandanginya.

"Jeno mengalami trauma kecil karena perbuataan kalian semua. Kondisinya yang kaya gitu bisa ngebahayain kandungannya, ngebahayain anak gue."

Pemuda itu tertawa hambar, perasaannya sekarang tengah sakit melihat bagaimana kondisi Jeno karena perbuataan teman-temannya. Dia tidak memperdulikan bagaimana reaksi mereka saat ini setelah mendengar perkataannya.

"Kalian puas, kan? Puas bikin Jeno sakit?" ucap Haechan dengan nada yang bergetar.

Tangisan pemuda itu yang sedari tadi ia tahan akhirnya keluar. Ia tidak bisa menahannya lagi, semakin di tahan, rasanya semakin menyakitkan.

"Dia bahkan sempet ketakutan waktu kebangun terus ngeliat gue," lirih Haechan. "Jeno nangis, nyuruh gue pergi dan terus aja bilang takut, malu, berulang-ulang kali," lanjutnya dengan kekehan hambar. "Puas kalian bikin dia kaya gitu? Puas?!" bentak pemuda itu dingin.

"H-haechan......"

Ke delapan anggota unit 127 terkejut dengan apa yang mereka dengar dari Haechan. Mereka benar-benar tidak menyangka jika keadaannya akan separah ini. Kalau saja tahu, mereka tidak mungkin melakukannya.

"Kata maaf dari kalian gak akan bisa ngubah keadaan," lirih Haechan. "Gak akan pernah."

___

T.b.c

Gue ngetik ini sambil mewek masa 😭😭 padahal gue yang ngetik.

Love Scenario (Hyuckno. End ☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang