Ngidam

7.6K 663 101
                                    

"Sayang, dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang, dingin. Matiin AC-nya," pinta Haechan yang masih bergelung di dalam selimut. Walau sekarang sudah jam tujuh pagi.

Jeno yang sedang berdiri di depan cermin malah menatap pemuda itu dengan kesal. "Ck! Bangun, ihh! Bukan malah tidur terus. Kamu hari ini masih ada jadwal sama Ilichil," katanya.

"Males, sayang. Aku mau tidur aja," sahut Haechan. "Capek."

Wajah Jeno melunak. Ia berjalan mendekat ke arah Haechan berada, lalu duduk di sisi tempat tidur. "Nanti tidur laginya kalau kerjaan udah selesai. Sekarang bangun, ya? Mandi, terus makan. Renjun sama Chenle udah bikin sarapan."

"Hm . . . Aku mau makan masakan kamu aja," ucap Haechan. Ia menarik salah satu tangan Jeno untuk digenggam, dibawa ke dekat dadanya.

"Aku, kan, gak bisa masak, Hyuck," gumam Jeno. "Ntar jadinya aneh, loh," lanjutnya.

"Gak apa-apa. Sebisanya kamu. Bakal aku makan," sahut Haechan. Netra yang sejak tadi tertutup itu kini mulai terbuka. "Mau, ya? Pengen banget makan masakan calon istriku ini."

"Ish!" Jeno merengut ketika hidungnya dicubit oleh Haechan. "Ya, udah, deh. Bentar aku coba. Tapi, sekarang kamu bangun, terus mandi dulu," katanya.

"Oke."

Haechan menyahut cukup bersemangat, hingga membuat Jeno tertawa.

___

"Lo hamil, Jen?"

Jeno tersentak ketika mendengar suara bisikan dari Renjun. Dia langsung mendelik pada pemuda itu.

"Apaan, sih! Ngagetin aja," gerutunya.

Renjun hanya mengangkat bahu. "Gue serius. Lo lagi hamil?"

Seketika Jeno terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Mungkin Renjun memang sudah tahu yang sebenarnya, tapi untuk mengatakan jika dia tengah hamil, cukup sulit untuk diungkapnya.

"Gak usah dijawab kalau emang gak mau jawab. Karena diemnya lo udah ngejawab semuanya."

Renjun itu cukup jenius. Ia dengan mudah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tanpa perlu mendengar dari Jeno.

Pemuda turunan China tersebut menepuk pundak Jeno dengan senyum manis di wajahnya yang juga manis.

"Selamat ya, Jeno~. Jaga diri baik-baik. Jangan petakilan lagi di panggung. Inget, ada nyawa lain yang harus lo lindungi."

Jeno berkedip untuk beberapa saat, lalu dia tersenyum hingga kedua matanya menghilang membentuk sebuah bulan sabit yang indah.

"Makasih, Injunie," ucap pemuda itu. "Oh, ya. Bantuin gue, dong, Jun. Ini Haechan mau makan masakan gue, tapi, kan, lo tau sendiri gue gak bisa masak."

Renjun tertawa. "Ya, udah, sini gue bantuin," katanya. "Mau bikin apa, nih?"

"Gak tau. Hehehe. Belum nemu ide mau bikin apa," sahut Jeno dengan senyum polos.

Love Scenario (Hyuckno. End ☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang