Kelepasan

7.5K 626 113
                                    

"Ah, gila~ panasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ah, gila~ panasnya . . . ."

Johnny berseru sembari merebahkan tubuhnya sendiri di lantai tempat latihan setelah mereka menyelesaikan koreografi untuk lagu baru unit 127. Di sebelah pemuda itu ada Taeyong yang duduk selonjoran. Kesempatan menjadikan paha sang kekasih sebagai bantalan kepalanya.

"Kerja bagus hari ini," kata pelatih mereka dengan senyum puas.

"Makasih atas kerja kerasnya dalam melatih kami, bang," ujar beberapa anggota.

Pelatih hanya mengangguk sambil tersenyum. "Minum dulu. Minum," katanya seraya berjalan ke tempat di mana pelatih lain tengah berkumpul.

"Beliin napa. Pengen yang dingin-dingin," kata Yuta dengan wajah memelas.

"Sebentar, saya beliin." Sang Manager langsung peka, dan bergegas keluar dari ruang latihan.

Para anggota hanya menganggukkan kepala sebagai tanggapan. Sang pelatih sudah sibuk dengan dunia sendiri. Sementara mereka  mengipas-ngipasi badan yang terasa panas dan berkeringat.

Termasuk Haechan. Pemuda itu biasanya bisa menahan diri dari hawa panas ketika berlatih. Namun, tidak untuk hari ini. Dia tampak mulai melepaskan kaos putih yang dikenakannya, hingga memamerkan tubuhnya yang lumayan bagus di depan anggota 127.

Sebelumnya tidak ada satu'pun dari unit 127 serta anggota unit lain yang pernah melihat proposi badan Haechan. Hingga mereka harus dibuat tertegun ketika melihatnya pertama kali hari ini.

Itu sungguh Haechan? Dibalik tingkahnya yang tengil, menyebalkan dan manja, ternyata tersimpan badan bagus yang selalu terlindungi oleh pakaian? Kapan pemuda itu membentuk tubuhnya? Mereka sama sekali tidak pernah melihat Haechan berolahraga selain basket, itu juga sangat jarang karena terhalang oleh jadwal yang begitu padat.

"Kenapa ngeliatin gue sampe kaya gitunya?"

Lagi dan lagi. Haechan berbicara dengan deep voice tanpa disadari oleh pemuda itu sendiri. Membuat ke delapan kakaknya semakin tertegun dan mungkin terpesona. Deep voice Haechan sangat candu untuk pendengaran.

"Chan, bisa gak lo jangan ngeluarin deep voice ?" cetus Yuta. "Suara deep lo itu . . . bikin candu, enak didengernya, tapi juga bikin gue ngerasa gimana . . . ya ngomongnya? Deep voice lo itu punya auranya tersendiri," lanjut pemuda itu terlalu jujur.

"Gue gak mau ngakuin, tapi setuju sama apa yang dibilang Yuta, sih," timpa Johnny. "Gue selalu ngerasa ada di bawah lo kalau tiba-tiba suara deep lo keluar."

Yang lain mengangguk sependapat dengan Johnny dan Yuta. Mereka memang merasa tersihir dengan suara deep milik Haechan jika pemuda itu sudah mengeluarkannya. Suara deep Haechan sangat berbeda dengan milik orang lain. Dia seolah mengeluarkan kekuasaannya dari deep voice itu, dan mereka terlalu takut jika harus sampai terpikat oleh Haechan.

Mereka sudah merasakan hal ini sejak Haechan beberapa kali tidak sengaja bersuara menggunakan deep voice.

Ingat satu hal, Lee Haechan milik Lee Jeno.

Mereka tidak ingin sampai terjatuh dalam pesona pemuda itu jika terlalu sering memdengar suara berat Haechan. Terlebih yang mereka tahu Haechan itu pihak bawah bukan atas.

"Dan . . . sejak kapan badan lo bisa bagus gini?" ujar Jungwoo.

Satu lagi yang membuat mereka terkadang terpesona pada Haechan. Yakni; penampilan pemuda itu yang terkadang jauh dari sisi seorang submissive. Style berpakaian Haechan terlihat lebih cool belakang ini, dan itu cukup membuat mereka kebingungan sendiri. Banyak pemikiran aneh yang berkeliaran di otak mereka mengenai Haechan dan juga Jeno.

Lalu, sekarang mereka baru melihat bagaimana proposi badan Haechan selama ini. Cukup bagus untuk dan membuat mereka tertegun dengan keindahan itu.

"Ribet, ya," gumam Haechan sembari tertawa hambar. Mengembalikan ke delapan kakaknya yang tengah melamun. "Mau apa aja gue gak bisa. Mau ini mau itu, sulit dilakuin sesukanya kalau ada kalian. Lama-lama gue muak juga. Capek."

"Hah?"

Kakak-kakaknya tampak bingung mendengar perkataan dari pemuda itu. Terlebih nada suaranya belum berubah. Masih menggunakan deep voice. Apa maksudnya, sih?

"Beneran capek banget, bang," ucap Haechan seraya menarik napasnya secara perlahan. "Terkadang gue mikir buat ngeudahin semua ini, tapi keinget lagi sama sesuatu yang penting. Kalau gue nyerah, itu artinya gue bakal kehilangan seseorang yang selama ini jadi salah satu impian gue. Hingga lagi-lagi gue cuma bisa diem dan diem. Ngikutin apa yang dia mau. Sesayang itu gue sama dia, dan setakut itu juga gue kehilangan dia, bang."

"Lo, ngomong apaan sih, Chan?"

Sumpah! Mereka benar-benar bingung. Apa maksud perkataan Adik kecil mereka ini?

"Entahlah. Gue cuma ngomongin hal random," sahut Haechan seraya tertawa pias. "Lupain aja."

"Gimana bisa dilupain?" kata Mark. "Lo tiba-tiba ngomong sesuatu yang bikin kita semua bingung gini."

"Bener! Lo harus jelasin maksudnya apaan?" timpal Jaehyun.

"Lo gak bisa main bilang lupain aja, Chan. Lo harus jelasin dulu maksud kata-kata lo ini," tambah Taeyong.

"Gue lagi ngelantur. Beneran. Lupain aja," sahut Haechan seraya mengambil kaos miliknya yang ada di lantai.

"Chan!"

Tapi, Haechan tidak mendengar dan pemuda itu berlalu pergi keluar dari ruang latihan dengan perasaan yang campur aduk. Dalam hati dia tengah merutuk kenapa bisa sampai kelepasan berbicara seperti itu pada ke delapan kakaknya.

Bego banget sih, anjir! Lagian gue kenapa coba? Perasaan gak enak gini.

Sementara ke delapan anggota unit 127 tengah kebingungan dengan segala perkataan dari Haechan. Termasuk para pelatih dan staff yang sejak tadi mendengar.

Ada drama apa toh iki?

Mungkin itu batin para orang tua tersebut.

___

Tbc.

Love Scenario (Hyuckno. End ☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang