Dunia Milik Berdua

7.6K 654 7
                                    


Jeno bergelung dalam selimut tebal dengan nyaman. Pemuda itu enggan membersihkan diri padahal tubuhnya lengket. Dia benar-benar malas dan ingin terus tidur. Terlebih area selangkangannya juga masih terasa perih akibat digempur semalaman oleh Haechan.

Coba bayangkan, setelah selesai berbincang-bincang dengan kedua orang tua Haechan mengenai hubungan mereka, Jeno benar-benar dihajar oleh pemuda itu dari jam setengah dua belas malam sampai setengah empat pagi. Sungguh gila. Padahal Jeno sudah mengeluarkan banyak makian untuk menyuruh Haechan berhenti, tapi sayang sekali kekasihnya itu seakan tuli dan terus saja menggempurnya.

Pagi ini, sekitar jam delapan saat Jeno terbangun, ia sama sekali tidak melihat adanya Haechan di dalam kamar. Dia tidak tahu ke mana kekasihnya pagi-pagi begini. Kalau sampai selingkuh, lihat saja nanti.

"Udah bangun?"

Beruntung sekali suara berat seseorang yang sedang Jeno cari terdengar di telinganya. Jadi, nyawa sang kekasih aman.

"Heem," sahut Jeno, singkat. Ceritanya ingin merajuk.

"Hm? Kenapa?" Lee Haechan itu memang tipe orang yang mudah peka. Jeno beruntung karena tidak perlu banyak kode untuk membuat kekasihnya sadar.

"Gak apa-apa," jawab Jeno, mempertahankan aktingnya.

Haechan memandangi Jeno dengan lekat, tanpa berniat untuk berpaling, hingga membuat kekasihnya itu salah tingkah sendiri. Karena tatapan Haechan saat ini benar-benar mematikan, membuat jantungnya berdebar tak menentu.

"Ngapain lo ngeliatin gue terus?" ucap Jeno berusaha jutek.

"Emang salah ngeliatin pemandangan yang indah?"

Haechan memang terkadang suka becanda melontarkan sebuah gombalan, tapi ada saat di mana pemuda itu tidak becanda dan spontan mengeluarkan kata-kata manis. Seperti sekarang ini, dia melakukannya. Jeno bisa membendakan kapan Haechan becanda dan serius.

"Emang gue indah?" balas Jeno, menahan diri untuk tidak segera tersenyum.

"Lebih dari itu, sih," sahut Haechan seraya naik ke tempat tidur. Jeno tidak bisa menahan senyumannya lagi.

"Dasar jelek," kata Jeno.

"Perasaan gue jelek terus di mata lo." Haechan berangsut memeluk pinggang Jeno.

"Bagi gue lo emang jelek, sih," ujar Jeno.

"Iya, yang cantik, kan, lo doang," balas Haechan.

"Heleeeh, gue cowok ya, jelek!" kata Jeno.

"Yang bilang lo cewek siapa?"

"Gak ada, sih."

Jeno tersenyum polos, dan Haechan memberi ciuman singkat di bibirnya. Terlalu gemas.

"Hobi banget lo nyium gue," cibir Jeno.

"Bibir lo candu, sih," kata Haechan.

"Semalem bilang kalau lubang gue yang bikin candu, sekarang bibir." Jeno kembali mencibir.

"Semua yang ada di diri lo, bikin candu buat gue," ucap Haechan.

Jeno tertawa. "Udahlah, geli," ujarnya.

Kini giliran Haechan yang tertawa. Ia mencium kening Jeno singkat. "Mandi, yank. Abis itu sarapan. Aku udah bikinin kamu makanan," ucapnya.

Jeno merentangkan kedua tangannya. "Gendong~ Nono gak bisa jalan~"

"Anything for you," ucap Haechan seraya terkekeh. "Mau sekalian gue mandiin gak?"

Jeno memukul lengan Haechan yang hendak menggendongnya. "Keenakan di elo! Dasar mesum!"

Haechan hanya tertawa, lalu mulai mengangkat tubuh Jeno dan membawanya ke kamar mandi dengan sesekali mencuri ciuman di bibir atau wajah kekasihnya.

___

Tbc.



Love Scenario (Hyuckno. End ☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang