ANNOUNCEMENT

1.6K 79 0
                                    

•°☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°☆

"Ahhh!" desah nikmatnya setelah cairan alkohol itu menerpa tenggorokannya.

Salsa, sahabatnya itu mengambil gelas sloki itu dari Brianna, yang hendak menuangkan alkoholnya lagi. "Bri! Cukup, ah!"

Gadis itu menatap sebal sahabatnya dengan mata sayunya. Brianna tidak sadar bahwa dia sudah melebihi batas toleransi alkoholnya. "Salsaaaa! Balikin! Gue mau minum!"

Tian berdecak dan menatap kesal Salsa juga Sabrina. "Ulah lo berdua. Ngapain sih ngajakin minum gini? Udah tau nih anak lagi stress. Nanti jadi kebiasaan lampiasin pake alkohol," omel Tian pada kedua sahabat perempuannya.

"Gue cuma iseng aja. Lagian, kita emang udah janji sama Brianna untuk ajak dia minum-minum, kan setelah kelulusan? Lo lupa?" balas Sabrina sembari memakaikan jaket Dio pada tubuh Brianna yang hanya dibalut dress pendek dan terbuka.

"Tapi, gak dalam kondisi dia sedih dan stress gini. Sensasinya beda." Tian kembali menimpali.

Salsa mendesah panjang dan meneguk satu sloki alkohol. "Lagian, kenapa Kak Zio berubah sih? Bukannya dia yang paling gak bisa jauh-jauh dari Brianna? Bikin sahabat gue sedih aja!"

Sabrina mengedikkan bahunya. "Udah dua tahun dia gak di Jakarta dan mungkin dia menikmati kehidupan di Bali. Jarang balik juga ke sini."

"Menurut gue wajar."

Celetukan Dio berhasil membuat kedua mata Sabrina juga Salsa berkobar emosi, tak terima dengan pendapat Dio. "Apanya yang wajar? Mana ada wajar kalau orang tiba-tiba udah jarang hubungi?" lontar Sabrina.

"Eh, Kak Zio itu cuma sahabat Brianna. Sama kayak kita. Dia gak punya tanggung jawab untuk terus hubungi Bri, kan? Dia bukan pacarnya," ujar Dio.

"Iya, tapi jelas Zio sama Bri lebih dari sahabat," timpal Salsa.

Tian sontak tertawa. "Lo dukun, kah? Sahabat memang ada yang bisa sedeket itu. Mereka bahkan udah anggap masing-masing itu adek dan kakak."

Dio mengangguk setuju. "Siapa tau di Bali juga dia udah deket sama cewek lain, kan?"

Salsa dan Sabrina terdiam dengan muka sebalnya. Dalam hati ia membenarkan ucapan kedua sahabat laki-laki mereka ini. Tapi, mereka selalu yakin bahwa Brianna dan Zionathan itu lebih dari sepasang sahabat atau adik dan kakak.

*****

Brianna mengerang sakit dengan kedua tangan yang memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Apa dia mabuk separah itu kemarin? Ia tidak ingat apapun.

Dia mengambil ponselnya kemudian membuka aplikasi obrolan. Dengan harapan ada setidaknya satu pesan masuk dari sahabatnya itu. Helaan napas sedih terdengar kala ia tak melihat nama yang ia harapkan. Ia melempar ponselnya asal dan kembali merebahkan diri di ranjang.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang