LAST WEAPON

616 69 32
                                    

•°★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°★

"Satu permintaan lunas, ya, Kak!" seru Brianna, berjalan sembari melompat kecil mengitari mobil Agam menuju pintu rumah laki-laki itu.

Agam mencekal pergelangan tangan Brianna saat gadis itu hendak melewatinya. "Kenapa tiba-tiba lunas? Gue belum minta apa-apa."

"Ini termasuk permintaan, Kak."

"Mana ada? Ini permintaan nyokap gue."

Brianna melipat kedua tangan di depan dada. "Lo anaknya apa bukan?"

"Iya, terus?"

"Ya, berarti satu paket. Dua lagi jadinya, ya!"

Ini gadis tengil itu yang bodoh atau dirinya yang bodoh? Agam yakin gadis itu. Dia tidak mungkin sebodoh ini.

*****

Mendengar dering telepon rumah, Bianca meninggalkan Brianna di daerah kekuasaannya, yaitu dapur tercintanya, bersama dengan apron di tangannya. Seharusnya ia mengenakannya, namun entah apa yang salah dari apron ini sampai Brianna kebingungan cara mengenakannya.

"Ini apron model apa sih? Kok susah banget?" keluhnya dengan wajah memberengut. Apron itu seolah membelit dan ia tidak menemukan cara agar tali itu masuk ke kepalanya.

Saat ia sedang mencoba-coba, tiba-tiba apron itu diambil dari belakang. Sontak ia memutar tubuhnya dan menemukan Agam.

"Kenapa gak dipake?"

"Apronnya susah dipake, Kak..."

Agam tersenyum. Brianna selalu kesal ketika dirinya disebut sebagai anak kecil, tapi sikapnya justru menunjukkan hal itu. Pikiran gadis ini memang terkadang dewasa, tapi sikapnya tidak. Dan menurut Agam, sikap kekanakan itu sangat menyulitkannya. Itu berarti dia harus mengeluarkan tenaga lebih untuk meladeni orang seperti itu.

Namun, itu tidak berlaku pada Brianna. Agam malah menyukainya. Dia tidak keberatan harus meladeni sikap kekanakan Brianna. Dia malah suka memberikan perhatiannya untuk gadis ini.

Agam kembali memutar tubuh Brianna. Ia tentu paham cara mengenakan apron ini karena dia juga sering membantu ibunya memasak jika dia memiliki waktu luang. Berbeda dengan Claudia. Gadis itu sangat malas berurusan dengan dapur.

Brianna menahan napasnya saat Agam mengikat tali apron itu di pinggangnya. Posisi ini membuat jarak di antara mereka sangat terkikis. Brianna jadi dibuat sedikit kikuk.

"Pake gini doang gak bisa," cibir Agam.

Brianna kembali menghadap Agam. "Ini emang susah, Kak. Gue di rumah gak pake apron."

Agam mengernyitkan dahinya sebelum menyentil pelan dahi Brianna. "Kayak lo masak aja."

Kedua matanya membulat, tak terima. "M-Masak gue!"

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang