BEATS FASTER

578 55 4
                                    

•°★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°★

"Dari kemarin rasanya lo ngelamun terus. Ada apa?"

Pertanyaan yang dilontarkan Maisya berhasil menariknya kembali tersadar dari lamunannya akan Brianna. Dia mungkin terlihat biasa saja, namun pikirannya seolah dipenuhi akan Brianna setelah kejadian waktu itu. Tak jarang ia merutuki dirinya sendiri yang gegabah karena berani melakukan itu kepada sahabatnya sendiri.

Jangan mengira bahwa dia menganggap kejadian seperti itu tidak pernah terjadi. Nyatanya, dia hanya pintar menutupi sampai terlihatnya seperti tidak ada apa-apa. Padahal, ia pun merasa gila sendiri.

Zionathan menggeleng singkat. "Gak ada. Cuma lagi sedikit pusing aja."

"Pusing? Lo sakit?" Punggung tangannya ia letakkan di dahi laki-laki itu.

"Gak sakit, Maisya."

Maisya berdecak kecil. "Kalau sakit, kenapa main setuju-setuju aja buat ke pantai? Kan, di sini anginnya kenceng."

Zionathan tersenyum. Ia selalu suka melihat Maisya jika sedang khawatir seperti ini. Rasanya seperti benar-benar diperhatikan.

"Gak usah heboh. Kita juga dari kemarin sibuk dan gak ketemu. Jadi, kalau ada waktunya kenapa gak dimanfaatin aja?"

Maisya menyipitkan matanya. "Emangnya kalau gak ketemu kenapa?"

Zionathan mengacak rambut Maisya yang memang sudah sedikit berantakan akibat angin pantai sore ini. "Kangen. Apalagi?"

DEG

Maisya meremat tote bag yang ada di pangkuannya. Ia mengulum bibirnya berusaha menahan senyumannya yang memberontak ingin lepas.

"Ayo, kita ke tempat gelato yang lo mau."

Maisya mengangkat wajahnya, menatap Zionathan yang sudah berdiri. "Lain kali aja. Lo-"

"Gak kangen emang?"

Maisya berdecak sebal. Ia segera bangkit kemudian berjalan meninggalkan Zionathan dengan jari tengah yang ia arahkan pada laki-laki menyebalkan itu.

Nampaknya ia harus berpikir dua kali untuk menyukai Zionathan.

Laki-Laki itu terkekeh gemas. Jelas ia tahu gadis itu salah tingkah. Serambut merah di pipinya sudah sangat menjelaskan.

*****

Setelah kelasnya selesai, Brianna segera keluar dari ruangan dan mencari Agam. Ponsel laki-laki itu masih bersamanya. Ia sudah mencari-cari laki-laki itu tadi, tapi entah di mana dia hingga Brianna tak bisa menemukannya. Alhasil, terpaksa ia bawa karena kelasnya sudah dimulai.

Brianna berjalan menyusuri setiap ruangan gedung fakultas hukum. Ini pertama kalinya Brianna ke gedung ini dan tentu saja ia tidak familiar dengan tempat ini.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang