DOUBT

591 57 9
                                    

•°★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°★

Tinggallah mereka berdua di ruang tengah dengan suasana tegang yang melingkupi. Brianna duduk di sofa dengan jari yang saling memilin. Ia gelisah akan apa yang laki-laki ini katakan.

"Lo tau betapa bahayanya kejadian tadi?"

Brianna mengangguk.

"Lo sendiri yang bilang lagi rawan maling, dan bisa-bisanya lo lupa kunci gerbang?"

Brianna berdiri, mendekati Zionathan. "Aku minta maaf. Aku beneran lupa tadi. Aku juga kaget ada maling. Mana tadi mati lampu."

"Makanya, otak itu dipake. Bisa-Bisanya lupa kunci."

Brianna mendengus kasar. "Lagian, ini semua gak akan terjadi kalau kamu tepati janji kamu."

"Janji apa?"

"Bantuin aku latihan, bawain sate lima belas tusuk, nonton series sama aku, dan gak pulang malam. Sekarang, mana sate aku? Lupa, kan?" tembak Brianna.

"Itu kejadian di luar prediksi."

Brianna menghela napas kasar. "At least you texted me! Aku chat dan telepon waktu ada maling dan kamu gak angkat. Untung aja ada Kak Agam tadi."

Zionathan menggigit bibirnya mendengar itu. Ada rasa kesal dalam hatinya yang tidak bisa ia jabarkan mengapa bisa muncul, tapi ia akan biarkan kali ini. Ia sadar bahwa tanpa Agam, Brianna bisa saja dalam bahaya.

"Kamu gak seharusnya kasar sama dia tadi, Zio. Dia udah nolongin aku. Bisa minta maaf nanti?"

Zionathan mengernyitkan dahinya. Minta maaf katanya? Tidak!

"Buat apa? Gak ada."

"Kamu kasar banget tadi. Lagian, kenapa kesel sih? Harusnya berterimakasih karena barang-barang hasil curiannya selamat. Gak ada yang diambil."

Zionathan menatap Brianna tak habis pikir. "Do you really think I care about that? Do you think I'm mad because of that?"

Brianna mengangguk. "Iya."

Laki-Laki itu terkekeh sinis. "Of course you'd think that."

"What do you mean?"

Nyatanya, Zionathan tidak peduli akan barang-barang itu. Diambil? Ia bisa membelinya lagi. Itu hal mudah dan tidak ia ambil pusing sama sekali. Namun, bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk pada Brianna? Itu yang membuatnya kesal dan marah. Dan, fakta bahwa bukan dirinya yang ada di saat Brianna membutuhkannya, semakin membuatnya kesal.

Zionathan menarik Brianna masuk ke dalam pelukannya. Gadis itu tertegun. Tangannya mengepal di dada bidang sahabatnya. "Z-Zio?"

"Gue gak pernah peduli soal barang, Brianna. Take everything they wanted, I don't care. As long as they didn't hurt you."

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang