THE DEAL

634 72 19
                                    

•°★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°★

Setelah mencuci piring kotor, Brianna pun berkelana mencari keberadaan Agam. Laki-Laki itu pergi entah ke mana setelah makan malam selesai. Semuanya nampak berpencar. Bianca sempat membantu Brianna, namun ia ada urusan mendadak yang membuatnya harus pergi ke ruang kerjanya.

"Claud, di mana Kakak kamu?" Brianna menyerah mencarinya dan memilih bertanya pada Claudia yang masih setia dengan wajah cemberutnya.

Claudia menjawab dengan malas, "Di gazebo halaman belakang."

Brianna menepuk bahu Claudia. "Thanks."

"Hmm."

Brianna merasa prihatin melihat Claudia yang nampak sedih.

Tiba di halaman belakang, langkahnya terhenti menyadari Agam tidak sendirian. Ternyata ayahnya pun ada bersamanya, duduk di gazebo. Takut mengganggu momen ayah-anak itu, Brianna pun perlahan memutar tubuhnya, hendak menjauh perlahan. Namun, Agam dan Arthur sudah sadar akan kehadiran gadis itu.

"Brianna," panggil Arthur.

Gadis itu memutar tubuhnya dan menyengir lucu. "Hehe, iya, Om?"

Agam mendengus melihat ekspresi aneh, namun menggemaskan itu. Agam cukup yakin jika ekspresi itu ditunjukkan gadis lain, dia akan merinding sebadan-badan. Hanya dengan Brianna saja ia menemukan ekspresi itu menggemaskan.

"Mau ke Agam, kan?"

"Iya, Om. T-Tapi, gak apa-apa kalau lagi ngobrol sama Om. Aku bisa ke Claudia dulu aja."

Arthur berdiri dan mendekati Brianna. "Kamu sama Agam aja. Anak itu mood-nya kacau sekali. Sekalian, kamu cobain hot chocolate buatan Agam. Om masuk dulu. Mau samperin Bunda."

"Oke, Om."

Agam menepuk tempat kosong di sampingnya. "Sini."

Agam menuangkan hot chocolate dari teko ke dalam gelas bersih dan memberikannya pada Brianna, yang sudah duduk di sebelahnya. "Coba."

"Ini resep lo sendiri?"

"Gak juga. Ini resep dari asisten rumah tangga yang dulu pernah kerja di sini. Untung gue belajar cara bikinnya, jadi bisa gue bikin sendiri meskipun rasanya gak seenak bikinan dia."

Brianna membelalakkan matanya saat lidahnya merasai rasa coklat hangat itu. Ini enak sekali! Tidak terlalu pahit, tapi tidak juga terlalu manis. Bagaimana bisa Agam membuatnya sesempurna ini?

"Enak deh, Kak! Enak banget!" hebohnya sembari kembali meneguk minuman hangat itu.

"Suka?"

Brianna mengangguk dengan heboh. "Gue biasanya gak terlalu suka minuman coklat gini karena beberapa kali gue pesen di café-café gitu rasanya gak cocok. Ada yang terlalu pahit, terlalu manis, bahkan sampai ada yang hambar. Tapi, ini enak banget, Kak!"

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang