PART 26.5 - Egois (2)

8.9K 685 14
                                    

"Putri, tolong jangan seperti ini."

Derren menatap Chloe dengan tatapan memohon.

"Kita bisa mencobanya derren. Kita bisa mencobanya kalau kita mau, seperti orang lain."

Chloe kini menatap derren dengan sorot mata berharap. Chloe benar benar berharap, mungkin derren dan dirinya bisa mencoba, memiliki hubungan seperti itu, bukan hanya melindungi sebagai kewajiban.

"Putri. . . Ini tidak benar. Saya bukan orang yang pantas untuk itu."

Derren membalas tatapan chloe, matanya menatap ragu Tuan Putri yang masih muda tersebut. Ia merasa tidak bisa, ia tidak bisa melakukan nya. Ia bukan orang yang pantas.

"Sedikit saja, apakah kamu memiliki ketertarikan, padaku?"

Derren menyorot mata Chloe, sama dalamnya. Namun, berbeda dengan Chloe yang menatap dengan harap dan keyakinan, derren membalas sorotan mata itu dengan penuh keraguan.

"Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya sangat mengagumi anda... Saya selalu merasa terhormat ketika anda meminta saya melindungi anda dan menjadi ksatria anda, Putri. Saya akan memberikan anda apapun, saya berjanji akan selalu disisi anda, berada di pihak anda, sebagai ksatria."

"Lalu, bukankah itu berarti, ini hanya sebatas hubungan seperti halnya atasan dan bawahan?"

Chloe tersenyum miris melihat orang yang kini terduduk kaku setelah mendengar perkataannya.

Benar, tanpa sengaja, derren membenarkan hal itu.

"Saya bukanlah orang yang pantas untuk itu, Putri."

Derren kembali berucap, berharap Tuan Putri nya mengerti. Ini semua adalah kesalahan jika dilanjutkan.

Derren yakin, walau sering memikirkan Chloe belakangan ini, tapi derren memandang Chloe sebagai Tuan Putri yang berharga dan harus dilayani dengan baik, Tuan Putri yang harus ia lindungi. Ia merasa tidak pantas jika harus memulai hal yang seperti itu, terlebih dengan tuan putri sendiri.

Jikalau sewaktu waktu hubungan mereka nantinya tidak berjalan baik, lantas apa yang harus derren lakukan? Lebih baik, dari awal saja jangan memulai. Derren tidak berani mengambil langkah seperti itu. Ksatria seperti dirinya tidak boleh mempunyai perasaan khusus pada tuan yang dilayaninya.

"Bahkan, walau aku memaksa?"

Chloe melihat derren dengan senyuman. Senyuman yang jika orang lihat bahkan langsung tahu bahwa itu hanyalah senyuman terpaksa.

"Putri... Tolong jangan seperti ini."

Chloe tersenyum tipis ketika mendengar jawaban derren.

"tidak ada celah, ya? Sepertinya sejak awal memang tidak akan bisa memulai."

Chloe berkata pelan, kali ini matanya tidak lagi melihat orang yang membuat hatinya merasa kecewa, matanya menyorot lurus dengan seutas garis senyuman.

"Putri, maafkan saya."
Derren berkata pelan, masih menunduk. Ia tidak mampu untuk melihat Chloe sekarang.

"Jadi, akhirnya seperti ini ya.."

"Benar, Sudah cukup tentang perasaan bodoh ini."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Langit malam itu terlihat lebih gelap, tidak ada bintang bintang yang menemani rembulan seperti biasanya.

"sebenarnya apa yang kamu pikirkan chloe? Mengatakan hal seperti itu pada nya. Apa yang kamu harapkan?"

Gadis cantik itu, chloe sekarang sedang berada di balkon kamarnya, menatap langit dengan tatapan kosong sambil berbicara sendirian.

Mata indah itu melihat bulan purnama yang sepertinya lebih terang dibandingkan kemarin, menyorot lurus seakan akan memang hanya bulan itu yang pantas ditatap oleh seorang gadis cantik ditengah malam.

Tiba tiba, Chloe merasakan setitik air yang jatuh ke telapak tangannya. Tersentak, Chloe menyeka air itu yang kemudian ia sadar bahwa itu adalah air matanya yang mengalir.

"Apa ini?"

Chloe berkata lirih, dengan cepat menyeka air mata di pipi nya yang sepertinya tidak mau berhenti mengalir.

"aku terlihat sangat menyedihkan."

Chloe tertawa sedih melihat keadaannya saat ini. Ia sangat membenci dirinya sekarang. Kenapa seperti ini? Dulu dan sekarang, Chloe merasa tidak menemukan perbedaan. Ia tetap sama sama menyedihkan.

"Kamu bodoh Chloe, dulu maupun sekarang kamu masih saja terjebak dengan perasaan mu sendiri." 

Chloe menggumamkan kalimat tersebut, terus menerus, membiarkan dirinya menangis sambil berusaha untuk tidak membuat suara keras, ia tidak ingin ada yang mendengar nya.

Hati chloe terasa begitu sakit. Anehnya, walau ia terus meyakinkan bahwa itu hanya perasaan tertarik yang sudah mencapai level atas, namun entah kenapa sampai membuatnya seperti ini.

Ini bahkan bukan perasaan yang dalam.

Chloe memukul dadanya pelan sambil terduduk, berharap agar rasa sakit tersebut segera menghilang.

Dari awal, ini adalah kesalahan nya. Perasaan nya yang membuat Chloe bersikap tidak tahu malu dan membuat semuanya kacau. Ini semua adalah kesalahan nya.

Seharusnya..ia tidak bersikap sedemikian serakah. Harusnya ia tahu, bahwa perasaan nya ini hanya menjadi pengganggu.

"Apakah rasa ini hanya kesalahan? Atau, memang aku hanya tidak pantas?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Malam dengan bulan purnama indah, tidak dengan gadis cantik yang terperangkap dalam tangisan itu. Seakan itu sudah menjadi jawaban, tentang mengapa gadis tersebut akhirnya memilih berhenti untuk berjuang terhadap perasaan nya, lagi.

Berhenti untuk berjuang dan berharap cinta yang sepertinya hanya akan membawanya pada jurang kesedihan.

Chloe (The Antagonist Princess)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang