PART 22.2

12.3K 1K 5
                                    

"Er.. Jadi.. bisa kamu ulangi perkataan mu lagi, Chloe?"

Saat ini Chloe sedang bicara empat mata dengan ayah tercintanya. Chloe berencana membicarakan mengenai pesta kedewasaan nya dengan Davis, ada rencana yang ingin Chloe lakukan pada pesta nya nanti.

"Aku ingin rakyat Graysian diundang ayah. Kita bisa memakai 2 hari untuk pesta itu agar semua rakyat Graysian dapat diundang."

"Chloe, kamu tahukan itu cukup sulit? Beberapa bangsawan yang masih mempertahankan keyakinan sistem kasta sepertinya bisa saja tersinggung dengan hal ini."

Chloe menatap Davis kesal. Ayahnya ini biasanya akan langsung menuruti permintaan Chloe. Kali ini permintaan nya sepertinya memang cukup sulit.

"Ayah, karena itulah biar aku menjadi orang pertama yang mengadakan pesta kedewasaan dengan mengundang semua orang tanpa pandang bulu, tanpa pandang kasta."

Davis menghela nafas. Benar, rencana putrinya mungkin akan menghasilkan banyak hal baik. Reputasi Graysian akan semakin bagus dikalangan bangsawan dan tentunya masyarakat.

Tapi, Davis juga harus mempertimbangkan banyak hal. Banyak bangsawan yang sepertinya tidak akan sudi untuk berada pada satu tempat dengan orang yang dianggap tidak penting dan bukan pula dari kalangan bangsawan.

"Hhh.. apakah kamu benar benar serius Chloe? Kamu tahu bukan, bahkan dalam pakaian pun ada perbedaan disana."

"Kalau begitu bagaimana jika begini ayah, untuk bangsawan satu hari lalu untuk kalangan biasa yang ingin datang ke pesta juga satu hari. Bukankah lebih baik? Kita menyelenggarakan pesta selama 2 hari."

Davis tersenyum, mengelus puncak kepala putri tersayang nya. Rambut Chloe benar benar lembut, persis seperti rambut mendiang istri nya.

"Itu ide bagus Chloe, dan tentunya cara itu lebih aman. Kalau kamu menginginkan nya, maka ayah akan siapkan semuanya."

Tersenyum lebar, Chloe dengan cepat memeluk ayahnya. Ayahnya memang benar benar yang terbaik.

"Terimakasih ayah, aku benar benar senang ayah menyetujui usulku. Aku benar benar ingin agar pesta ku didatangi oleh semua kalangan."

Davis membalas pelukan Chloe, "Ayah tidak menyangka putri ayah ini memiliki pikiran seperti ini. Putri ayah memang sangat baik."

"Sebenarnya, jika ayah tidak menyetujui nya, aku berencana mengundang sedikit bangsawan dan semua rakyat Graysian akan ku undang semua. Jadi bangsawan pemikir kasta tidak perlu diundang"

Davis meringis,

"sepertinya ide pertama lebih bagus direalisasikan Chloe. Kita akan mengundang bangsawan pada hari pertama, dan rakyat Graysian di hari kedua."

Chloe mengangguk, ia terkekeh pelan, namun tak lama Chloe mengerutkan keningnya.

"Oh ya, ayah, bagaimana dengan ujian akhirku? Aku bisa melaksanakan nya lusa kan? Aku ingin cepat cepat lulus."

"Benar, kakakmu sudah mengurusnya. Karena kamu sangat percaya diri, ayah yakin kamu akan langsung lulus."

Chloe memasang wajah angkuhnya, senyuman masih terpampang di wajah cantiknya.

"tentu saja ayah, lihat saja nanti aku akan mendapatkan nilai sempurna."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ada apa, kenapa menangis?"

Chloe menyorot mata clay. Setelah Chloe menemui ayahnya, ia ingin melihat clay. Tapi sekarang yang ia dapati, clay malah sedang menangis. Hati Chloe menjadi tercubit melihat clay menangis begini.

"Tidak, aku baik baik saja."

Clay tidak menatap mata Chloe. Kepala nya menunduk, enggan memperlihatkan mata sembabnya.

"Kamu tidak baik baik saja clay. Aku melihat mu menangis tadi."

"Maafkan aku putri."

Chloe menghela nafas pelan, mengusap lembut rambut clay.

"Aku ingin dipanggil yang lain saja. Contohnya, seperti kakak. Panggilan yang kamu gunakan tidak enak di telingaku."

Clay yang tadinya menunduk langsung menatap Chloe. Kepala clay menggeleng pelan, namun matanya menyorot polos, membuat chloe sedikit gemas.

"Aku tidak bisa. Kamu seorang putri, bukan kakakku."

Chloe tertawa pelan. Masih mengusap rambut clay.

"Kenapa begitu? Ayolah Aku tidak suka terlalu formal. Panggil saja kakak, clay."

Clay hanya diam. Wajahnya menunduk lagi, tidak menjawab ucapan Chloe.

"Sekarang ceritakan padaku, kenapa kamu menangis."

Chloe menunggu jawaban clay. Sangat lama clay hanya diam dan menautkan jari jemarinya. Namun, akhirnya clay membuka mulutnya.

"Aku bermimpi buruk. Sangat buruk. Aku takut jika tidur malam hari nanti, aku akan memimpikan hal yang sama."

"Apa yang kamu mimpikan clay?"

Bahu clay mulai bergetar. Chloe bisa melihat tetesan air yang jatuh walau clay masih menundukkan wajahnya.

"Seseorang mengambil tongkat lalu memukul ku."

Chloe memeluk clay ragu. Namun Chloe mencobanya agar clay bisa sedikit lebih tenang.

"Lalu, apa lagi yang terjadi dalam mimpi mu?" Chloe bertanya lebih lembut, Chloe merasa perlu tahu, walau sebenarnya kasihan melihat clay yang sudah berlinang air mata.

"Dia tidak lagi memukulku. Temanku menyelamatkan ku."

Dalam pelukan Chloe, Chloe mencoba memberikan ketenangan untuk clay dengan masih mengusap rambut clay. Chloe ingin bicara lagi, tapi akhirnya memilih diam, menunggu hingga clay bersuara kembali.

Air mata clay semakin deras. Chloe dapat melihat ada trauma di dalam diri clay. Sebenarnya apa yang telah clay alami? Bahkan saat ini, Chloe bisa melihat tangan clay yang sedikit gemetar. Sepertinya ini bukanlah mimpi buruk biasa.

"Aku meninggalkan temanku. Temanku menyuruhku lari, dia menangkap temanku."

Clay melanjutkan ceritanya dengan terbata. Sepotong demi sepotong kalimat, clay ucapkan dari mulutnya.

"Aku mendengar suara teriakan. Namun tidak tahu kemana temanku dibawa pergi."

"Ini kesalahan ku. Semuanya kesalahanku karena meninggalkan temanku disana."

Chloe mengusap air mata clay. Dengan lembut dan perlahan Chloe kembali bersuara,

"Tidak apa clay. Ini semua hanya mimpi buruk. Kamu tidak akan disakiti oleh seseorang pun, banyak yang akan menjagamu disini."

Mata Clay berkaca kaca. Ia menyorot Chloe lurus-lurus, lalu menggeleng pelan.

Dengan suara yang lirih,clay membuka suara,

"Namun, Aku benar-benar kehilangan temanku."

Chloe (The Antagonist Princess)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang