PART 27

8.5K 694 12
                                    

Pagi itu Ainsten dikagetkan dengan adiknya yang sudah berada di kantor kerja nya ketika Ainsten masuk.

"Apa ada yang kamu butuhkan Chloe?  Oh, apa ini mengenai ujian akhir mu? Ujian nya besok. Aku baru ingin mengatakan ini padamu agar kamu bisa bersiap untuk besok."

Ainsten masih berbicara sambil berjalan mendekati adiknya, namun Chloe tidak kunjung merespon kata katanya, membuat Ainsten dengan pelan menepuk pundak Chloe, membuat gadis itu langsung tersadar.

"Kamu melamun? Ada yang kamu pikirkan Chloe?"

Chloe mengerjapkan matanya kemudian langsung tersenyum melihat kakak tersayang nya. Tidak tahu kalau kakaknya sudah masuk ke ruangan.

"Kapan kakak masuk?"

Ainsten mengerutkan keningnya,
"Beneran melamun ternyata. Apa ada hal yang mengganggu mu?"

Ainsten mengelus rambut Chloe sayang. Bertanya tanya, mengapa Chloe memakai riasan sepagi ini hanya untuk datang menemuinya.

"Aku hanya kepikiran sesuatu, bukan hal yang besar."

Ainsten menyipitkan matanya lagi,

"Kamu, berdandan? Sepagi ini? adikku kan selalu terlihat cantik, biasanya kamu tidak berdandan jika hanya menemuiku."

Chloe tertawa kecil mengurangi kegugupan nya. Tidak mungkin kan Chloe mengatakan, bahwa salah satu ksatria membuatnya menangis semalaman dan akhirnya harus memakai riasan untuk melindungi wajahnya yang sembab.

"Aku hanya ingin memakai riasan. Sepertinya sudah lama sekali tidak terlihat rapi ketika menemui kakak."

Ainsten tertawa pelan, percaya saja pada perkataan adik tersayang nya.

"Aku ulangi lagi, besok ujian akhirmu.  Apa kamu sudah menyiapkan semuanya?"

Chloe dengan cepat mengangguk anggukan kepalanya, "tentu, aku sudah siap. Kakak jangan khawatir, nilai akhir ku pasti akan lebih besar dari nilai kakak sewaktu lulus akademi"

Ainsten hanya mendengus sambil tertawa mengejek, namun walau begitu Ainsten tetap memperlihatkan senyum lembut nya.

"baiklah, aku akan menunggu benar tidaknya ucapan adikku ini."

Chloe tersenyum lagi mendengar jawaban kakaknya. Ia jadi sedikit melupakan hal yang terjadi kemarin setelah melihat kakaknya.

Kalau dipikir pikir, Chloe hampir seperti dulu lagi. Mengabaikan cinta disekelilingnya, hanya untuk perasaan nya yang bahkan hanya berisi sumber kesedihan. Cinta kakak dan ayahnya padahal sangat besar padanya, para pelayan sangat menyayangi Chloe, terutama Rose. ini semua sudah cukup untuknya.

Chloe memanggil kakaknya pelan.
"Kakak"

"Heemm, ada apa Chloe?"

Chloe menautkan jari jarinya, menatap Ainsten yang kini menunggunya bicara.

"Aku, ingin membatalkan niatku. Aku tidak ingin ksatria pribadi. Lagipula, kemarin itu belum resmi."

Ainsten yang tadinya tersenyum langsung terdiam sebentar. Mencerna hal hal yang kemungkin terjadi hingga membuat adik tersayang nya berkata seperti ini.

Kalau dipikir pikir, mungkin alasan Chloe memakai riasan, jangan jangan karena,-

Ainsten juga baru sadar bahwa mata Chloe terlihat memerah, seperti habis menangis dalam waktu yang lama.

Ia tahu, karena ia orang yang peka. Ia tahu bagaimana perasaan tertarik adiknya pada ksatria itu sejak awal, namun Ainsten memilih untuk pura pura tidak tahu.

Apa, ksatria bodoh itu menyakiti hati adiknya hingga adiknya berkata hal seperti ini padanya?

Lalu kira kira, apa yang harus Ainsten katakan. Apakah Ainsten harus berpura pura tetap tidak tahu saja?

"Kenapa tiba tiba berkata seperti ini, Chloe? Apa ksatria itu melakukan kesalahan?"

Akhirnya hanya pertanyaan seperti itu yang Ainsten lontarkan pada Chloe. melihat reaksi Chloe setelah Ainsten berkata seperti itu, Ainsten langsung tahu, ksatria bodoh itu memang telah melakukan sesuatu yang membuat adiknya seperti ini.

"Tidak kak. Aku, aku hanya.. aku hanya merasa mungkin tidak perlu ksatria pribadi. Lagipula, ayah dan kakak selalu menjagaku, kan?"

Chloe menjawab seperti itu sambil menatap Ainsten yang tengah menatapnya dengan tatapan menyelidik, berharap agar kakaknya langsung meng-iya kan saja permintaannya.

Menghela nafas, Ainsten akhirnya hanya mengelus rambut Chloe dengan lembut.

Bagi Ainsten, apa yang adik nya inginkan adalah titah baginya. Ainsten selalu berharap adiknya selalu bahagia, dan jauh dari segala kesedihan.

Ainsten tidak mau tahu, apapun yang terjadi, jika ada yang membuat adiknya sedih, ia harus singkirkan sumber nya, bukan?

Tanpa Chloe sadari, tatapan Ainsten sedikit mengeras. Ia berjanji dalam hatinya akan menjauhkan ksatria bodoh itu dari adiknya segera.

"Baiklah, aku akan mengabulkan apapun yang adikku inginkan."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sekarang ada apa lagi denganmu?"

Laure menatap kesal sahabat karibnya, yang masih menatap lurus area latihan.

"Apa ada masalah besar yang menimpamu?"

Laure bertanya sekali lagi. Namun, bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan hanya senyuman kecil orang di hadapannya.

"Tidak ada..... Aku hanya, memikirkan sesuatu."

Derren tersenyum kecil menjawab kekhawatiran Laure. Sedangkan Laure mau tidak mau hanya menghela nafas kesal. Laure tahu, ada sesuatu yang sangat teman karibnya itu pikirkan hingga seperti ini.

Lihat saja mata itu. Seperti orang yang sedang mempunyai ribuan masalah hidup. Dalam hati, Laure hanya berharap bahwa itu bukanlah masalah besar dan dapat mencapai titik terang.

"Kalau begitu, jangan tunjukkan wajah muram mu itu. Tambah jelek tahu."

Laure memasang senyum mengejek, berniat agar derren tidak terlalu terlarut dalam pikiran. ia melihat derren yang akhirnya tersenyum lagi.

"Aku akan kembali lebih dulu, Laure."

Derren berdiri dari duduknya, menepuk pundak laure pelan, lalu dengan gontai melangkah keluar dari area latihan ksatria tersebut.

"Rasanya ada yang salah dengan nya. Mengapa ia tidak membicarakan masalahnya saja denganku. Dasar."

Laure menggerutu, matanya masih melihat pundak derren yang kian berjalan menjauh, bahkan langkahnya tidak terlihat seperti biasanya.

"Langkahnya seperti orang yang putus cinta. Apa memang dia sedang patah hati, ya?"

Laure menjadi bertanya tanya sekarang.

Chloe (The Antagonist Princess)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang