30

2K 162 2
                                    

Ija berlari mengejar cia menarik tangan cia menuju ruang musik kembali, tanpa ba bi bu ija langsung mencium bibir love cia melumatnya lembut. Tidak ada balasan dari cia akhirnya ija menggigit bibir bawah cia dan itu mampu membuat cia melenguh membuka mulutnya. Ija langsung memasukan lidahnya ke dalam mulut cia dan bermain lidah dengan cia. Cia mengalungkan tangannya di leher ija sebab sudah terbawa suasana permainan ija.

Ac ruang musik sudah tidak lagi berfungsi sebab kedua insan itu berciuman sangat panas, saling lumat saling gigit dan saling bertukar sliva. Ija menekan tengkuk cia agar ciumannya semakin dalam, tangan ija satu lagi meraba area paha cia dan sedikit mengangkat rok sekolah cia.

"Mhhh" lenguhan cia membuat ija semakin ingin lebih

Ija melepaskan ciumannya kemudian langsung mengecup seluruh leher cia "ahh" desah cia sudah tidak bisa tertahan lagi

Cia menahan kepala ija agar tidak mengecup lehernya lagi, ija menatap cia sayu seperti bertanya mengapa? Cia tersenyum kemudian mengusap wajah ija dan langsung menarik ija kepelukannya.

Mereka berpelukan sangat erat melepaskan rindu yang selama ini tertahan.  Ija senang wanitanya kembali dan cia senang pelukan ini kembali menjadi pelukan untuk dia.

Ija melepaskan pelukan kemudian menatap cia "maafin aku ya semua itu aku lakuin karna ak-"

Cia mengecup bibir ija agar wanita itu tidak meneruskan ucapannya, cia mengelus tangan ija lembut agar wanita itu tidak perlu merasa bersalah. Cia sudah memaafkan kesalahan ija, bahkan cia tidak menganggap ija salah sebab ija rela sakit hati demi seorang sahabat.

"Aku udah tau semuanya jadi stop buat nyalahin diri sendiri oke"

Ija kembali membawa cia kedalam pelukannya, dia menyimpan dagunya di puncak kepala cia sesekali ija mengecup puncak kepala cia dan cia menaruh kepalanya di dada ija yang rata.

Dirasa cukup dengan pelukan, cia mengajak ija untuk pulang karna takut terlalu sore bisa bisa mereka terkunci diruang musik.

Sore ini ija yang mebgantar cia pulang bukan lagi jay atau steven. Ija tidak akan membiarkan siapapun untuk mendekati cia mulai sekarang, dia sendiri yang akan menjaga cia. Cia terus saja tersenyum saat di dalam mobil sembari menatap wajah tampan ija namun dia menyerngit kala melihat pipi ija sedikit menyusut apa wanita itu diet?

"Kak ija diet?" Tanya cia

Ija melihat kesamping dikursi penumpang cia sedang menatap kearahnya.

"Nggk"

Cia mengangguk dia tidak mau bertanya tentang hal seperti itu sebab itu tidak penting sekarang. Karna yang penting untuk saat itu wanita itu ada di samping dia.

"Kenapa ngeliatin gw terus" kata kata ija membuat cia membuang mukanya kearah jalanan.

Malu terciduk akhirnya cia membohong kalau dia hanya melihat kearah jalan di samping ija.

"Geer banget jadi orang" desis cia padahal wajahnya sangat merah sekarang

Ija tersenyum kala melihat wanita mungil itu terus saja melihat kearah jalan.

Saat di perempatan ija tidak berbelok kemudian cia sadar kalau ija tidak mengantarkan dia kerumah.

"Kak ija mau bawa aku kemana?"

"Kabarin bunda lu kalo malam ini lu gak pulang"

"Loh emang kita mau kemana"

"Kabarin aja dulu nanti juga lu tau"

"Kak ija gak nyulik aku kan?" Tanya cia dengan mata penuh selidik

"Gak perlu gw culik juga lu udah nyasar di hati gw"

"Apasih sejak kapan ka ija bisa gombal?"

"Sejak ada lu"

Oh ayolah wajah cia pasti sudah seperti kepiting rebus sekarang, kenapa ija manis banget ketika ngegombal. Tidak pernah menyangka kalau wanita cuek itu bisa menggombal dan membuat cia salah tingkah.

Cia mengalihkan pandangannya dari ija, dia tidak mau ija melihat kalau dia sedang salting. Dan ija hanya tersenyum tipis melihat tingkah lucu dari cia.

Setelah 2 jam perjalanan mobil ija berhenti di depan sebuah rumah minimalis terlihat seperti vila. Ija melihat ke arah kursi penumpang disana cia sedang tertidur pasti wanita itu kelelahan karna perjalanan yang jauh. Ija mengelus pipi cia untuk membangunkannya.

Cia menggeliat karna sentuhan ija, dia membuka matanya dan di sambut senyum tipis dari ija. Cia langsung melihat kesekeliling dimana hari sudah malam, cia melihat jam tangannya sudah pukul 18.25

"Yu turun" kata kata ija membuat cia sadar kalau dia ada di sebuah tempat dan di depannya ada rumah nyaman sekali di pandang ditambah cuacanya sangat sejuk.

"Kita dimana kak?"

"Di puncak"

Cia melotot dengan jawaban santai dari ija, untuk apa wanita itu membawa cia kesini dan berarti rumah itu..

Seperti paham dengan isi kepala cia, ija mengangguk.. "itu vila yang gw beli sengaja kalo gw pengen sendiri"

"Cepet turun" lanjut ija karna cuaca semakin dingin, dia tidak ingin cia kedinginan jika berlama lama di luar

Akhirnya cia pasrah dia turun dari mobil dan mengikuti ija kedalam vila itu. Kesan pertama saat masuk kedalam vila ini adalah elegan, warna abu putih hitam saling berpadu namun sedikit gelap sebab cat yang redup di tambah lampu nya tidak begitu terang namun cukup membuat nyaman karna seluruh benda di vila ini tertata dengan rapih.

Ija membawa cia kelantai 2 untuk menuju kamar, cia benar benar terpukau dengan design vila ini sangat minimalis elegan dan manly sekali. Wajar saja sih sebab ini vila ija makanya terlihat gagah sekali apalagi kamar tidurnya penuh dengan gambaran yang menambah nilai estetik.

"Mandi dulu sana di kamar mandi udah nyatu sama ruangan baju lu bisa ambil kaos gw disana banyak"

"Kak ija mau kemana?" Tanya cia saat melihat ija akan pergi

"Nyiapin makanan udah lu mandi aja"

"Makasih" teriak cia karna ija sudah tidak terlihat

Cia berjalan kearah kamar mandi, dia memilih baju terlebih dahulu kemudian wajahnya memerah saat melihat boxer ija. Pikiran cia kemana mana namun langsung di tangkis oleh wanita itu. Tanpa berlama lama cia langsung menuju kamar mandi.

30 menit berlalu cia sudah siap dengan kaos kelonggaran dan juga celana pendek. Cia turun kebawah disana ija sudah siap dengan masakannya diatas meja makan. Hanya tersedia nasi goreng dan sosis goreng tapi cia senang dengan usaha ija padahal cia yakin kalau ija tidak terlalu jago dalam hal memasak.

"Sorry gw cuma bisa masak segini"

"Gapapa kak aku suka kok, ayo makan"

Mereka berdua makan dengan tenang sebab mereka sudah di didik oleh orang tuanya jika makan tidak boleh ada yang berbicara dan berisik kecuali berisik dari sentuhan sendok dan piring.

Setelah selesai makan cia meminta ija agar dia yang membereskan sebab tadi ija sudah memasak masa cia hanya tinggal terima enak. Namun ija menolaknya jadi tetap saja cia hanya duduk memperhatikan ija melakukan semuanya.

"Lu ke kamar aja"

Cia kesal kenapa ija jika perhatian menyebalkan padahal kan dia ingin membantu itupun tidak membuat cia kecapekan. Namun tetap saja cia menurut berjalan menuju kamar dengan menghentakan kakinya dan itu tidak lepas dari pandangan ija.

Setelah selesai membereskan dapur, ija mengambil snack dan minum untuk di bawa ke kamar. Di dalam kamar cia sedang duduk di kasur sambil menonton netflix dia tidak oeduli dengan kedatangan ija sebab masih kesal karna di perintahkan terus.

RIJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang