24

1.5K 153 4
                                    

Sudah seminggu berlalu, cia dan ija seperti 2 orang yang tidak pernah saling kenal bahkan saat bertemu di koridor sekolah mereka berdua seperti tidak melihat satu sama lain.

Berbeda dengan jay, dia selama seminggu ini gencar sekali mendekati cia bahkan jay selalu menjadi supir pribadi cia alias selalu mengantar jemput padahal cia sudah melarangnya.

Menurut cia tidak mudah untuk terbiasa dengan ketidak pedulian ija, namun dia sadar karna awalnya juga mereka seperti ini tidak saling sapa tidak mengenal satu sama lain.

Bertemu sudah lebih dari cukup, membiarkan luka kering sendiri dan mencoba untuk tidak peduli dengan kehadiran sosok ija adalah sebuah ketidak inginan yang cia paksakan. Belum sempat menggenggam harus sudah mengikhlaskan..

Seperti sekarang mereka bertemu di koridor saat cia sedang menuju perpustakaan dan ija menuju ruang kelasnya. Cia melirik kearah ija yang terlihat tidak peduli sepertinya benar ija memang tidak ingin kenal dengan cia dia hanya menajalankan tantangannya dan sekadang dia sudah berhasil, berhasil membuat wanita yang jadi tantangan jatuh cinta padanya.

Cia mencoba untuk terlihat baik baik saja kemudian berjalan cepat melewati ija agar tidak berlama lama melihat wajahnya yang akan membuat rindu semakin besar.

Setelah mendapatkan buku yang dibutuhkan, cia kembali menuju ruang kelasnya. Dia duduk di samping mira sambil melamun

"Why?" Tanya mira

Cia tidak menjawab dia merebahkan kepalanya dimeja moodnya kembali hancur padahal sudah seminggu berlalu namun kenapa dia tidak bisa melupakan wanita itu.

Mira mengusap punggung cia, seminggu yang lalu mira menemui ija di rumahnya namun tetap jawaban ija yang hanya bikin darah mira mendidih akhirnya mira menyerah percuma juga berbicara dengan kulkas.

"Udah seminggu tapi gw gabisa lupain dia"

"Hati lu nolak buat lupain dia padahal ada ka jay yang selalu disamping lu ci"

"Gw gabisa mir gw nganggep ka jay kaya abang gw"

Mira juga bingung dia gabisa melakukan apapun walaupun ija saudaranya tapi mereka tidak sedekat itu untuk mengobrol.. mira teringat sesuatu kemudian dia pamit untuk keluar sebentar.

Mira mencari seseorang yang sepertinya bisa membantu keadaan cia, saat melewati taman literasi mira melihat sosok yang sedang dia cari. Tanpa berlama lama mira menghampiri orang tersebut.

"Mia" panggil mira saat sudah sampai di taman literasi dan yang di panggil menengok sambil tersenyum

"Eh mira ada apa mir?"

"Gw boleh ngobrol sebentar?"

Mia mengangguk kemudian membereskan buku yang sedang dia baca, tidak lupa dia mencatat sesuatu yang mira tidak ketahui.

Mereka berjalan menuju kursi kosong agar tidak mengganggu murid lain yang sedang membaca.

"Ada apa?" Tanya mia

"Lu pasti liat akhir akhir ini cia kaya murung dan suka sendirian aja gak seaktif biasanya?"

Mia mengangguk mendengar ucapan mira

"Mau ya bantuin gw biar cia gak murung terus"

"Bantu apa?"

Mira mendekat ke arah mia agar dia bisa membisikan sesuatu, kemudian mia tersenyum sambil mengangguk. Mereka berdua bekerja sama untuk membuat cia happy seperti biasanya.

.

Di lain sisi ija sedang duduk sendirian ditemani hedset dan buku. Dia sedang duduk sendirian di atap sekolah sembari menikmati udara segar.

Mata ija membaca buku namun pikirannya kosong ntahlah akhir akhir ini ija merasa kesepian tidak ada cia yang selalu membuntutinya.

Ija tersenyum lirih dia harus bisa melupakan wanita itu bukannya ija sangat anti dengan percintaan? So hal seperti ini mudah baginya. Namun semuanya berbeda sekarang ija bukan lah lagi orang yang anti dengan cinta dia sekarang membutuhkan cinta dia membutuhkan orang yang bisa membuat dirinya jatuh cinta.

Berharap cia datang dengan senyuman dan kejahilannya, merindukan suara cerewet seorang cia membuat ija tersiksa.

Apakah wanita itu bahagia di dekat jay? Dia harus bahagia karna ija sudah berkorban demi sahabatnya bahagia. Walaupun ija tau kalau cia juga mencintai dirinya bukan jay namun ija tidak ingin menyakiti jay.

Telepon ija berdering dia melihat siapa yang menelponnya kemudian dahinya menyerngit tapi tetap dia angkat telepon tersebut.

"Halo"

"Nggk mau dimana?"

"Ok gw kesana sekarang"

Telepon sudah terputus, ija memasukan bukunya kedalam tas dia harus menemui seseorang di cafe depan sekolah.

Cia baru saja keluar dari ruang osis dia hendak pulang namun tiba tiba tubuhnya menabrak seseorang yang baru keluar dari ruangan yang kengarah kearah tangga. Tubuhnya hampir saja terpental kebelakang namun ditahan oleh orang yang cia tabrak. Cia mengenali aroma parfum orang ini kemudian cia melihat untuk memastikan dan benar saja orang itu adalah ija.

Mata mereka bertemu mereka larut dalam tatapan tersebut seperti sedang mengatakan kalau mereka saling merindukan. Namun cia langsung memutuskan tatapannya saat dia sudah sadar dengan posisi dirinya yang di tahan ija.

Cia berdiri kembali kemudian merapihkan bajunya.. "maaf ya kak aku gak tau kalo kakak keluar dari ruangan ini"

Ija diam menatap wanita yang baru saja menjadi beban pikirannya, rindu akan suara itu terobati ija menatap bibir love merah cia dia ingin sekali mencium bibir tersebut..

Cup.

Ija tidak tahan dia sangat merindukan wanita ini, ija dengan secepat kilat menarik tubuh cia mendekat kemudian melumat bibir cia lembut. Cia terkejud namun sedetik kemudian dia tersadar namun lumatan ija sangat lembut akhirnya cia mengalah dengan egonya dia benar benar merindukan wanita ini.

Cia membalas lumatan ija sambil mengalungkan tangannya di leher ija, mereka berciuman cukup lama sampai kemudian ija melepaskan ciuman tersebut untuk mereka menghirup udara segar.

Ija sadar dengan tingkahnya yang salah, ija mencoba tenang untuk membuat wajah dinginnya kembali. Ija pergi meninggalkan cia tanpa sepatah katapun yang membuat cia bingung dan emosi dalam satu waktu.

"Kak ija!" Teriak cia

Cia berjalan mendekat kearah ija sambil menahan air matanya

Plak.

Cia menampar pipi kiri ija kemudian menatap ija dengan penuh kebencian "puas? PUAS HAH?! Udah puas kak? Puas bikin aku kaya orang yang gapunya harga diri? Mau aja di jadiin bahan tantangan dan sekarang.. aku juga mau aja di cium sama orang yang udah ngelakuin tantangan itu dan lebih parahnya aku jatuh cinta sama orang brengsek itu"

"Kalo emang aku cuma bahan tantangan kenapa kakak mau cium aku lagi? Aku mencoba buat membuka mata kalau aku di jadiin bahan tantangan tapi hati aku menolak kak aku percaya kak ija gak mungkin setega itu kan? JAWAB KAK?!!" Sambung cia kemudian air matanya tidak bisa di tahan lagi sangat sesak rasanya melihat wajah tidak peduli ija

"Tapi itu nyatanya" jawaban ija singkat kemudian pergi meninggalkan cia

"Bakal aku buktiin kalo hilang itu ada" ucap cia sebelum akhirnya ija benar benar hilang saat belokan koridor menuju parkiran

Cia duduk di kursi koridor matanya terus saja mengeluarkan cairan putih bening, cia tidak yakin dengan ucapannya namun hatinya sudah sangat sesak dia harus bisa menghilang dari ija bagaimanapun caranya.

Ija diam sejenak saat sudah berbelok dia mendengar isakan cia menggema di sepinya koridor sore itu, hati ija sakit dia membenci dirinya sendiri yang sudah kedua kalinya menghilangkan seseorang. Bayangan saat kehilangan mamihnya terlintas kembali saat kata kata cia tadi.

Apakah kehilangan orang tersayang adalah sebuah janji Tuhan untuk dia?

RIJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang