51. Epilog

276K 19.6K 859
                                    

"""
Happy Reading
"""

Carel menatap takjub rumah tiga lantai di hadapanya. Ia mendongak melihat ke arah kedua orang tuanya yang kini mengenggam tanganya. Pria kecil itu diapit oleh Calvin dan Ayla di sisi kanan dan kirinya.

"Ini lumah siapa?"

Calvin berjongkok, menyamakan tingginya dengan tinggi badan putranya.

"Rumah kita," ucapnya lalu mengacak rambut putranya gemas.

Setelah seminggu dirawat di rumah sakit pasca sadar dari komanya, Calvin akhirnya sudah boleh pulang. Kondisi pria itu berangsur membaik, bahkan bisa dikatakan pria itu sudah sehat sekarang.

Calvin membawa Carel ke pundaknya, menggendong putranya dengan posisi Carel duduk di bahunya. Bukanya takut, Carel justru cekikikan di gendongan sang ayah.

Calvin terkekeh, tangan satunya ia gunakan untuk memegang Carel agar tidak jatuh sementara tangan satunya ia gunakan untuk menarik lembut tangan Ayla mendekat ke arah pintu.

Calvin menempelkan tanganya pada touch di pintu, seketika pintu itu langsung terbuka lebar.

"Woahh kelen banget, Calel mau nyoba ayah," ucap Carel heboh di pundak ayahnya.

Calvin terkekeh gemas, kembali menempelkan tanganya membuat pintu itu kembali tertutup. Calvin membawa Carel ke gendongan depan. Carel yang antusias lalu menempelkan tanganya persis seperti yang tadi Calvin lakukan.

"Yahh kok nggak bisa," ucap Carel lesu.

Calvin mencubit gemas pipi putranya, mengangkat tanganya ke depan pintu.

"Coba tempelin tangan kamu di tangan ayah."

Carel mengangguk, menempelkan tanganya pada punggung tangan Calvin. Seketika pintu besar dihadapanya kembali terbuka. Carel bertepuk tangan heboh membuat Calvin gemas lalu mengecupi seluruh muka putranya.

"Hahahaha, geli ayah."

Calvin dan Ayla dibuat tertawa dengan tingkah putranya. Calvin menarik tangan Ayla untuk masuk ke dalam rumah dengan Carel yang masih dalam dekapanya. Calvin menghembuskan nafas ketika melihat rumahnya yang tak terawat. Debu tebal menempel dimana-mana, tentu saja tiga tahun tak dihuni membuat rumah itu sangat kotor.

Ayla sendiri tidak tinggal disini tiga tahun silam, wanita itu memilih tinggal bersama orang tuanya. Ayla melepas genggaman tangan Calvin, mengambil kemoceng yang tergeletak di atas meja.

"Biar aku aja," Calvin merebut paksa kemoceng di tangan Ayla.

Membersihkan sofa yang terdapat debu dan beberapa sarang laba-laba disana. Tak lupa dengan meja di depanya. Setelah sofa bersih dari debu, Calvin mendudukkan putranya di sofa.

"Oke jagoan, sekarang waktunya bersih bersih."

"Oke Ayah," jawab Carel antusias.

Ayla mengulas senyum tipisnya melihat interaksi keduanya. Wanita itu melepas cadar dan jilbabnya meletakkannya di sofa. Menggulung sedikit lengan gamisnya lalu mengikat rambutnya asal. Ayla beralih mengambil sapu di pojok ruangan.

Tanpa diperintah, Carel turun dari sofa. Berjongkok, tangan mungilnya mulai menggulung karpet berbulu di bawahnya. Sementara Calvin? Pria itu sudah sibuk dengan kemoceng di tanganya.

"Huh, kok belat sih," gumam Carel yang hendak mengangkat karpet berbulu yang sudah ia gulung.

"Biar ayah bantu."

Calvin sudah berjongkok, mengangkat karpet berbulu tadi. Calvin mengelus lembut rambut putranya, "Makasih jagoan."

Carel mengangguk antusias. Membuat Calvin kembali gemas dengan putranya. Calvin membawa karpet berbulu tadi ke tempat cucian kotor.

My Sweet Calvin [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang