32. Tamu tak diundang

187K 17.3K 924
                                    


Satu part yang akan membuat kalian uring-uringan...

Btw mood banget bacaain komen kalian😭😭

Jangan lupa Vote & Comment kalian aku tunggu yup..🤗🤗
Love You guyss😘😘


***
Happy Reading


Tepat tiga hari setelah Zein menginap di apartemen milik Aroon. Selama tiga hari itu pula Aroon yang mencukupi kebutuhan Zein, mulai dari makan, pakaian dan kebutuhan lainnya. Beuh, udah kayak suami yang memenuhi kebutuhan istrinya sendiri ini mah.

Padahal Zein sudah menolak pemberian Aroon dengan halus, namun Aroon terus saja memaksa membuat Zein tidak bisa menolaknya. Zein tidak tau saja maksud terselubung dari pria itu.

Kali ini Aroon membawa Zein ke bandara, ya wanita itu sudah ditunggu ayahnya disana. Mereka kini berada di depan bandara, sedang menunggu ayah Zein yang katanya tiba-tiba ada urusan penting. Hari ini Aroon mengenakan celana ripped dan kaos oblong berwarna hitam, sedangkan Zein wanita itu berada di hadapanya dengan balutan cadar berwarna hitam dan koper di sampingnya.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo."

Zein mendongak, "Apa?" tanyanya.

"Gue nggak bisa basa basi."

Aroon menarik nafasnya sebentar.

"Lo mau nggak jadi pacar gue?"

Zein terkejut, wanita itu mematung untuk beberapa saat.

"Gamblang sekali pria dihadapanya ini," batin Zein.

Zein tidak munafik, sebenarnya ia juga mulai menyukai pria berambut pirang itu. Dari perhatian kecil yang Aroon berikan selama tiga hari terakhir. Tapi untuk pacaran? Zein tidak bisa. Wanita itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari tas kecilnya.

"Ini alamat saya, jika anda serius dengan saya. Datang ke rumah saya, bilang dengan ayah," ucapnya menyodorkan kartu namanya.

Aroon menerima kartu pemberian Zein lalu mendongak.

"Tapi gue--

"Gimana kalau suatu saat gue kesana dan lo udah ada yang punya?" tanya Aroon lesu.

Zein tertawa kecil, "Berarti belum jodoh."

Hening sebentar, Aroon tertunduk lesu.

"Tapi saya akan berusaha untuk menunggu anda datang menemui saya," lanjut Zein yang membuat Aroon mendongak.

Masih ada harapan pikir pria itu.

"ZEINNN.."

Zeina menoleh ketika seseorang memanggilnya. Disana ayahnya sudah menunggunya dengan melambaikan tangan.

"Saya permisi ya. Saya sangat berterimakasih atas kebaikan anda selama ini terhadap saya."

"Jika anda butuh sesuatu, anda bisa hubungi saya. Insya Allah saya akan membantu, Assalamu'alaikum," ucap Zein.

"Wa'alaikumussalam, hati-hati."

Zein mengangguk, tersenyum dibalik cadarnya lalu menyeret koper tadi untuk pergi.

"Zein.."

Zeina kembali menoleh ketika Aroon memanggilnya.

"Yaa?"

"Emang bener jodoh udah ada yang ngatur. Tapi, apa boleh gue sedikit egois? gue bakal minta di sepertiga malam gue agar dijodohin sama lo."

Zein diam sedikit tertegun dengan ucapan Aroon barusan.

Gadis itu mengangguk, "Tentu," jawabnya.

Zein melambaikan tangan sebagai perpisahan terakhir mereka.

***

My Sweet Calvin [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang