2. Welcome to Kalzar Academy

100 18 13
                                    

Lita dibuat bingung oleh selembar surat. Seingatnya, Kalzar Academy merupakan sekolah sihir tempat menampung murid berbakat, melalui sistem 1.0.1, yaitu penyeleksian murid dengan kekuatan sama tidak boleh pada tahun yang berurutan. Misal, pada tingkat dua sudah ada pemilik elemen air, maka tingkat satu tidak diperbolehkan menerima murid berkekuatan air. Jika penyihir atau ras lainnya diundang oleh Kalzar Academy, maka Lita tak perlu heran. Namun, Luusi sebagai ras manusia tanpa kekuatan diberi kesempatan masuk Kalzar Academy bukanlah hal biasa.

"Ada apa, Bu?" tanya Luusi heran. Ibunya seperti melihat wanita berambut panjang yang suka mengganggu di jalan menuju pasar. Padahal ia hanya memberi surat tersebut, tetapi reaksi Lita terlalu berlebihan. "Memang aneh ya Bu, saat Luusi mendapat surat ini?"

Wanita berambut merah sekaki itu melirik anaknya. Terkadang Luusi bisa bertanya dengan wajah polos, tetapi menyebalkan. Jika Luusi tidak memiliki kekuatan, bagaimana anak itu bisa diundang? Lita mengembuskan napas lelah. Varant harus tahu hal ini, ia tidak bisa memberi izin. Apalagi Lita tidak mengetahui maksud surat ini. "Terlalu aneh untuk anak sepertimu! Tunggu ayahmu dulu, nanti keputusan akhir ada padanya."

"Bukan masalah. Senang sekali bisa bersekolah di sana." Luusi membayangkan betapa menyenangkannya sekolah di tempat keren seperti Kalzar Academy.

Ibu dua anak ini memegang bahu Luusi sambil menatap anak itu dalam. Surat undangan Kalzar Academy tidak bisa dianggap enteng, hal ini juga menyangkut masa depan Luusi. Jika Lita salah mengambil langkah, maka kehidupan anaknya bisa diambang kehancuran. "Coba ceritakan, bagaimana kau mendapat surat ini."

"Luusi mendapatkan-"

"Tanpa ada kebohongan atau kau kuseret ke gudang gelap," sela Lita disertai ancaman. Luusi paling takut sendiri atau berada di ruang gelap.

Luusi cemberut. "Baiklah. Luusi tidak akan berbohong." Gadis itu membenarkan posisi duduknya. "Saat Luusi selesai mengunjungi Gane, kertas ini muncul tepat di hadapanku saat melintasi jalan kecil menuju rumah."

"Hanya itu? Kau yakin tidak ada kejadian aneh?" selidik Lita, ia masih mengorek informasi lebih mengenai kedatangan surat tersebut.

Remaja tanggung itu menggeleng kuat, ketakutan. "Luusi tidak berbohong, Bu! Jangan kurung Luusi di ruangan gelap itu!"

Lita mengangguk sembari tersenyum tulus. Ia hanya khawatir pada Luusi, jika memang benar anak itu diundang, maka siap tidak siap dirinya akan melepas putrinya. Lita bangga saat Luusi bisa masuk ke sekolah itu.

Suara pintu dibuka membuat keduanya menoleh. Dua lelaki kesayangan Lita datang, anak lelaki dan suaminya. Lita segera menyambut Varant, sedangkan Luusi mendorong Luzen menuju ruang tamu. Keluarga Lancaster tengah duduk santai menikmati waktu bersama. Luusi mengusap rambut hitam sang Kakak yang mirip ayahnya, Varant.

"Setelah ini kau akan sekolah di tempatku, kan?" tanya Luzen sembari menikmati usapan lembut di kepalanya.

Gadis itu menggeleng, ia bingung. Lita berkata ingin membicarakan masalah surat undangan Kalzar Academy dengan Varant. Mungkin Luusi akan menunggu keputusan kepala keluarga dulu baru memutuskan untuk bersekolah di mana nanti. "Tidak tahu, Kak."

Luzen, remaja berusia tujuh belas tahun itu membuka mata. Padahal adiknya bilang ingin satu sekolah dengannya. Namun, keinginan gadis itu cepat sekali berubah. "Ada apa denganmu?"

Sedangkan, Lita tengah kebingungan. Ia bingung cara mengatakan surat undangan pada Varant. Pria itu bisa saja menginterogasi Luusi jika terdapat kejanggalan di sini. Namun, sebagai Ibu ia harus menyampaikan lebih dulu pada suaminya.

"Kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya Varant melihat kegelisan pada di mata Lita.

Wanita itu memanggil Luusi untuk duduk di antara ia dan suaminya. "Luusi, coba kau keluarkan surat tersebut."

Bidder Flower [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang