27. Resistance

35 3 0
                                    

Seorang pria berwajah galak sekaligus seram menyambut kedatangan tim. Pria itu membawa grimoire di tangan kanan, tidak lupa dengan pakaian serba hitam membuat kesan pertama terasa canggung. Tim melangkah masuk, seketika pintu tadi menghilang. Mereka masuk ke wilayah lain, berbeda dengan suasa Caldenia City. Tempat ini begitu sejuk, pepohonan rindang tampak subur dan berbuah.

Jalan setapak membawa mereka menuju rumah sederhana yang terbuat dari batang pohon dan daun raksasa. Amara sebagai penduduk asli Caldenia City tertegun melihat semua ini. Tentu saja Wizard Kingdom memiliki hal tak terlihat, salah satunya hal semacam ini. Amara yakin jika Mr. Jo merupakan penyihir tingkat tinggi, pelindung transparan ini tidak sembarang dibuat. Wizard biasa tak akan bisa membuatnya.

“Silakan duduk. Nikmati keindahan tempat ini. Kalian bisa memetik buah yang sudah masak atau merangkai bunga menjadi mahkota. Apapun itu, lakukan saja. Asal tidak merusak tempat ini.” Mr. Jo masuk ke dalam rumah, sedang tim ditinggalkan di halaman.

Amara dan Valindra menuju padang bunga. Mereka akan membuat mahkota, ternyata tempat ini dipenuhi lebah yang tengah bekerja. Valindra berjalan di sekitaran bunga Vektra—berwarna unggu cerah. Tumbuh tinggi dan mengeluarkan harum seperti madu. Ibunya memiliki kekuatan penyubur tanaman, Valindra menuruninya, tetapi terlalu lemah untuk digunakan. Ia memejam, kemudian membuat salah satu bunga Vektra layu menjadi segar kembali, hanya itu kemampuannya yang mewarisi sang Ibu. “Lemah sekali.”

“Kau tidak perlu bersedih, Nona.”

Valindra terkesiap, ia mundur beberapa langkah. Tiba-tiba saja Mr. Jo sudah berada di sampingnya. “Kau mengejutkanku, Tuan.”

“Baiklah, maaf atas kelancanganku.” Mr. Jo menyentuh bunga yang layu, tak lama kembali segar. Ia melakukannya tanpa mengucapkan selarik mantra. “Para tanaman di sini mampu mengetahui keinginanmu, mereka bisa tumbuh kembali seperti sedia kala. Jika tekadmu dalam meyembuhkan mereka kuat.”

Setelah memberi nasehat pada Valindra, Mr. Jo pergi begitu saja. Gadis Fairy itu belum sempat bertanya maksud ucapan pria tadi. Ia tidak memahaminya, ada kalimat tersirat yang tidak bisa diungkapkan, tetapi terasa di dalam hati.

“Tekad adalah keinginan dan usaha.” Valindra kembali mengulang ucapan Mr. Jo sembari memegang salah satu bunga layu. “Hatiku menginginkan kesembuhan pada yang sakit, menghilangkan penderitaan, dan menumbuhkan kembali hijaunya daun.”

Seketika udara berembus kencang, Valindra menggunakan lengannya agar debu tidak masuk ke dalam mata. Pusaran angin kecil terbentuk di telapak tangannya---membelenggu bunga layu. Warna kuning pada kelopak berubah menjadi sedia kala, ungu cerah. Tak lama, bunga di tangannya kembali hidup. “I-ini ….”

“Wah! Valindra kau hebat! Bunga ini hidup kembali!” Amara memuji kekuatan Valindra, ia pikir temannya ini hanya memiliki Time Control ternyata dalam tubuhnya ada bakat terpendam. “Bisa kau  ajari diriku menghidupkan kembali ini bunga ini?”

“Eh?” Valindra melotot.

Sementara, Luusi dan Katrine memperhatikan dari jauh. Mereka duduk di bawah pohon raksasa sembari memakan buah mangga. Luusi tersenyum tipis melihat Valindra mengeluarkan bakat rahasianya. Tidak heran jika seorang Fairy mampu mengembalikan kehidupan para tanaman.

“Valindra hebat.” Luusi menunduk.

Katrine mengetuk kepala Luusi pelan. “Jangan merendahkan dirimu. Kau bisa memiliki kekuatan yang bagus.”

Elias menatap langit hijau muda. Ia tahu jika Luusi merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya. Kita bisa melewatinya Luusi, jangan meragukan kemampuanku.

Luusi langsung meminta maaf pada Elias karena tidak percaya pada kekuatan pria itu. ia sadar bahwa ucapan dan perasaannya mampu dirasakan oleh Elias juga. “Maaf, Elias. Jangan marah padaku.” Luusi menggigit bibirnya, ia takut Elias marah karena tidak menjawab panggilannya.

Bidder Flower [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang