13. Registrasion

36 4 0
                                    

“Elias, lama tidak berjumpa.”

Pria berambut hitam ini memakaikan mahkota bunga pada Luusi, kemudian mengajak gadis itu menikmati pemadangan laut. Keduanya duduk di batang pohon dengan telapak kaki mneyentuh pasir basah. Pertemuan kali ini memiliki maksud tertentu, Elias ingin mengatakan sesuatu.

Luusi beranjak, kemudian mendekati laut. Air di dunia buatan ini terasa nyata. Seeekor ikan kecil berenang mendekat, kening Luusi mengernyit. Ia pun mengikuti ikan kecil itu. Makin lama tubuhnya tenggelam sampai sebatas leher. Luusi pun menyelam, betapa terkejutnya ia melihat seekor paus raksasa tengah berenang di dekatnya. Tidak hanya itu, hewan laut seperti cumi-cumi raksasa, hiu putih, lumba-lumba, dan lainnya. Mereka mengitari tubuh Luusi.

Mereka tidak menyerang Luusi, melainkan berenang bersamanya. Seekor kuda laut berukuran kecil menghampiri, hewan itu mencium pipi Luusi. Senyum terukir di wajah gadis ini, ia menikmati kunjungannya di tempat Elias. Namun, ia kehabisan napas. Saat ingin menuju permukaan, Luusi merasa kaki dan tangan terasa keram. Tubuhnya pun tenggelem menuju dasar laut. Para hewan masih mengitari, tak lama ia merasa ada tangan seseorang tengah memeluk pinggangnya menuju permukaan.


Elias terkejut saat Luusi tenggelam, ia segera menyelam. Jantungnya berdetak cepat melihat Luusi memejamkan mata dengan tubuh terus turun ke dasar laut. Saat berenang menuju gadis itu, Elias diikuti hewan laut. Entah bagaimana makhluk hidup bisa tercipta di dunia ini, selain dirinya. elias pun menggendong Luusi menuju pesisir pantai.

“Luusi, bangunlah. Kumohon!”

Sesak di dada Luusi perlahan hilang, saat menghirup udara. Perlahan iris ruby itu terbuka, tak lama sebuah pelukan hangat membuatnya terkejut. Luusi menepuk pundak Elias agar pria itu bisa tenang. Padahal ia hanya tenggelam, entah mengapa Elias seperti kehilangan sesuatu. “Sudahlah. Diriku tidak apa-apa. Kau bisa melihatnya, kan?”

“Kau tenggelam. Maaf. Kelalaianku membuatmu hampir merenggang nyawa,” lirih Elias.

“Tidak perlu dibahas.” Luusi bangkit, ia bersandar di pundak Elias. Kemudian mengatur napas yang terasa sesak akibat menghirup banyak air. “Kau … ingin mengatakan sesuatu?”

Elias mengangguk. Perihal keberangkatan Luusi menuju festival musim dingin esok hari, ia tidak tenang karena perebutan bubuk ajaib tidak sembarangan. Apalagi ‘Peraturan tersembunyi’ masih belum terungkap. Hal ini membuatnya makin gelisah.

“Katakan, Elias. Wajahmu datar sekali, seperti menyimpan banyak masalah.” Luusi memperhatikan wajah pria ini. Tidak biasanya Elias memasang ekspresi datar dan dingin, seolah memiliki segudang masalah.

“Dunia buatan ini tidak seharusnya bermunculan makhluk hidup seperti paus, kuda laut, dan lainnya. Entah bagaimana mereka muncul di dunia ini tanpa sepengetahuanku.”

Dunia buatan ini berada di bawah alam sadar Luusi, tidak mungkin makhluk lain muncul. Kini, sudah ada makhluk laut mendiami tempat ini tanpa Elias tahu. Bahkan Luusi saja terkejut saat melihat ikan kecil di sini, mengingat Elias pernah berkata hanya dirinya dan pria itu yang bisa berada di dunia buatan ini.

Tak lama terdengar koak burung gagak di langit. Keduanya saling tatap melihat hewan udara juga hidup di sini. Angin berembus kencang, ombak meninggi, dan langit menjadi kehitaman. Elias segera mengganti dunia ini menjadi padang bunga. Seketika semua suasana mengerikan itu menghilang.

“Ada apa ini, Elias? Mengapa dunia ini seolah memberontak?” Luusi panik.

Elias berdiri, kemudian menatap langit. “Jangan khawatir. Selama kau masih hidup, dunia ini masih berada di bawah bisa dikendalikan. Juga jangan biarkan emosi menelan akal sehatmu. Jika sampai itu terjadi, maka pengaruhnya akan sampai ke sini.”

Bidder Flower [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang