Hari keempat. Pergantian pagi, siang, sore, dan malam begitu cepat. Tinggal 24 jam lagi maka racun di tubuh Alard dan teman-teman menjadi gerbang kematian. Tim harus kembali malam ini atau paling telat adalah besok. Jika mereka beruntung, racun tidak akan menyebar begitu jauh. Mr. Jackson selalu mendapat informasi mengenai perkembangan kesehatan Alard dan murid lainnya melalui cip. Kabar kurang menyenangkan selalu didengarnya, demi kebaikan Tim Bidder Flower, Mr. Jackson menyimpan sendiri informasi yang didapatnya.
Mr. Jackson memasang cip di telinga, kemudian menghubungi Katrine. Sebelum berangkat, Mrs. Heart menyuruhnya membawa para murid menuju ruang makan. Sebuah keberuntungan bisa melihat salah satu bangunan di Light School. Jika tidak sedang menjalani misi, Mr. Jackson dengan senang hati mendatangi guru ramuan di sini untuk bertukar informasi. Namun, niatnya terhalang.
“Pagi, Nona Angela.”
“Pagi, Mr. Jackson!”
Guru muda ini tersenyum, ia yakin anak muridnya kembali bersemangat. “Suaramu terdengar bersemangat. Semoga kalian bisa bertahan sedikit lagi untuk mencapai misi utama. Pagi ini, Mrs. Heart menyuruh kita sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat, sampaikan kepada teman-temanmu, Mrs. Angela. Kutunggu di ruang makan.”
“Baik, Mr. Jackson!” Katrine menyudahi percakapannya. Ia berbalik, kemudian mengembuskan napas kasar. Timnya masih meringkuk di atas ranjang, Katrine adalah orang pertama yang bangun dan menyadari dirinya di ruangan ini. Ia memikirkan cara membangunkan tiga orang ini, senyum licik terukir setelah satu menit berpikir. Tanpa pikir panjang, Katrine mengucapkan, “Ice!”
Seketika ruangan ini membeku, ketiga juniornya terbangun karena kedinginan. Bahkan menatap kesal Katrine---sebagai tersangka utama. Mereka masih ingin tidur karena mengecilkan lampu raksasa begitu menguras tenaga. Namun, Fallen Angel itu membangun mereka bertiga dengan cara tidak biasa, sadis.
“Kita sudah ditunggu oleh Mr. Jackson di ruang makan,” kata Katrine memberitahu.
Amara bergegas memasuki kamar mandi, ia membasuh diri secepat kilat. Valindra dan Luusi saja tercengang melihat kelakuan Amara, seperti tidak terdeteksi. Gadis penyihir itu sudah siap dengan seragamnya, bahkan saat Valindra dan Luusi baru beranjak dari kasur.
“Kalian lambat!” Amara berkacang pinggang.
Memang tukang makan! Batin Valindra dan Luusi.
🥀🥀🥀
Tim Bidder Flower pergi menuju ruang makan, sepanjang jalan ketiganya dibuat risih oleh tatapan murid-murid Light School, kecuali Katrine. Gadis Fallen Angel itu berjalan santai, tidak peduli bisik-bisik yang mengisi langkah mereka.
“Jangan pedulikan tatapan murid-murid Light School, jalan saja,” kata Katrine.
Jika Valindra dan Luusi merasa risih, berbeda dengan Amara. Gadis penyihir itu berjalan di samping Katrine dengan wajah cerah, senang karena bisa mengisi perut. Memasuki ruang makan, tempat ini begitu luas, walau Kalzar Academy lebih dari itu. Mereka menghampiri Mr. Jackson, ternyata guru muda itu tengah menikmati secangkir kopi khas Fallen Angel Kingdom sembari membaca buku.
“Selamat pagi, Mr. Jackson!” sapa Tim Bidder Flower berbarengan.
Mr. Jackson menoleh, kemudian menutup bukunya. “Selamat pagi, anak-anak. Ayo, sarapan.”
Sebanyak ini? Bagaimana cara menghabiskannya? Luusi mengembuskan napas kasar. Hidangan di meja makan dari ujung ke ujung, tidak ada habisnya. Bahkan, perutnya terasa penuh melihat makanan sebanyak ini. Satu biji Cacao saja sudah cukup mengenyangkan perutnya.
Amara menatap semua makanan di meja. Pagi ini biarlah ia mengisi perut sebelum pergi berperang kembali. Piring kosong miliknya sudah terisi bermacam-macam hidangan, kemudian fokus makan. Sedangkan, ketiganya saling pandang, barulah mereka makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidder Flower [TAMAT]
FantasyLuusi Lancaster, salah satu murid terpilih dari ras manusia. Ia diundang menjadi murid di Kalzar Academy, yaitu sekolah khusus untuk menampung calon murid dari seluruh ras dengan kekuatan berbeda. Di tahun pertama, Luusi mendapat misi untuk mencari...