28. Ancient Spell

36 2 0
                                    

Mr. jo bangkit. Ia tersenyum lembut, kemudian menyuruh para murid duduk. “Kalian berhasil mengambil wadah untuk penawar dariku. Bagus sekali teknik mengambilnya, licik.”

Tim saling melempar pandang, mereka tidak tahu itu bentuk pujian atu hinaan karena Mr. Jo mengatakannya sembari tersenyum. Cara ini memang agak licik, ketika Mr. Jo lengah mulai menyerang. Kemampuan mereka sungguh terbanting oleh Mr. Jo. Lelaki itu pasti menguasai teknik bertarung dan ilmu yang tinggi. Bocah ingusan seperti mereka dipastikan kalah kalua tidak menggunakan cara curang.

“Ya, licik sekali. Baru kulihat murid-murid Kalzar Acdemy menggunakan teknik curang seperti ini.” Mr. Jackson menyesap tehnya. “Sepertinya diriku lupa memberitahu kalian, bahwa teknik licik tidak diperbolehkan.”

Seketika wajah tim seperti maling yang tertangkap oleh warga, pucat dan tidak bertenaga. Mereka lupa kalau Mr. Jackson melarang mereka menggunakan cara licik. Namun, keadaan telalu mendesak. Wajah Mr. Jo seolah tidak mengizinkan salah satu barang buatannya dimiliki orang lain. Keempatnya menunduk.

“Maaf atas kelalaian kami, Mr. Jackson. Maaf kalau kami melanggar aturanmu.” Katrine memintaa maaf. “Semua ini salahku karena memberi perintah pada Luusi untuk menggunakan kekuatannya, sementara kami melawan empat duplikatmu, Mr. Jo. Sekali lagi maaf.”

Ketiganya juga ikut meminta maaf. “Maafkan kami, Mr. Jo dan Mr. Jackson.”

Kedua pria itu tersenyum melihat para murid mengatakan kejujuran. Mereka hanya ingin menguji keempatnya. Walau sebenarnya Mr. Jackson sedikit terkejut saat Katrine menggunakan cara curang. Ia bisa memakluminya jika lawan murid-muridnya adalah Mr. Jo.

“Sudah tidak perlu merasa bersalah. Lagipula keadaanku tidak separah kelihatannya. Walau sedikit sakit saat jantungku dihentikan beberapa detik oleh si rambut ruby,” jujur Mr. Jo.

Luusi mengerjap, ia merasa malu. “Maaf membuatmu kesakitan, Mr. Jo.”

Tawa Mr. Jo mengudara. Ia tidak bermasalah sama sekali, melainkan senang bisa mengetahui ada bibit unggul yang Kalzar Academy undang. Sungguh luar biasa kekuatan gadis ini suatu saat nanti. Ia bisa merasakan hal itu. “Bukan masalah. Kalau diperbolehkan tahu, matamu bersinar terang tadi. ada apa?”

Valindra, Amara, Katrine, dan Mr. Jackson seketika menatap Luusi, sedangkan gadis itu menunduk. Luusi memang menggunakan kekuatannya termasuk Emotion Control agar efek henti jantung sesaat cukup terasa. Luusi membantu Elias agar kekuatannya cukup bertahan beberapa detik. Jika tidak menggunakan Emotion Control sebagai energi cadangan atau memperparah efek pada target, tidak mungkin Katrine bisa mengambil wadah penawar.

Jangan takut untuk menjelaskannya Luusi, lagipula mereka harus berterima kasih pada kita karena menggunakan Emotion Control sebagai penambah energi. Elias memberi Luusi dukungan.

“Kau benar-benar menggunakannya, Luusi?” tanya Valindra tidak percaya.

Amara meringis. “Maaf menjadi bebanmu, Luusi.”

“Tidak masalah. Lagipula ini keinginanku. Kalian jangan merasa tidak enak. Sejak di wilayah Fallen Angel Kingdom, diriku sudah bisa menguasai Emotion Control agar tidak membuatku seperti orang kebingungan.” Luusi membuat tim tenang. “Kita tim harus saling membantu satu sama lain.”

Katrine tertegun. Selama menjabat menjadi ketua tim, ia selalu merasa Luusi adalah beban. Bencinya pada sosok berambut ruby itu membuat Katrine buta. Kali ini ia disadarkan oleh  keadaan. Ia tidak boleh melihat seseorang dari tampilannya. Waktu telah telah menyadarkannya.

Ketika keadaan terasa tegang, Katrine secara tiba-tiba memeluk Luusi. ia merasa besalah dan ingin mengucapkan terima kasih, tetapi merasa malu pada juniornya ini. Akhirnya sebagia permintaan maaf, ia memeluk Luusi. “Maaf. Sedari awal diriku tak pernah menganggapmu sebagai tim. Sikapku yang terkesan terlalu memimpin dan tidak mendengarkan orang lain mungkin membuat tim muak. Terima kasih telah menyadarkanku akan kesalahan yang kubuat tanpa sadar.”

“Bukan masalah, Senior. Misi ini merupakan pengalaman pertamuku. Mungkin banyak kesalahan atau kekuarang yang membautmu kesal. Terima kasih juga telah memberiku banyak pengetahuan untuk terus belajar.” Luusi menepuk punggung Katrine, lalu membalas pelukan sneiornya.

Valindra dan Amara saling tatap, kemudian ikut berpelukan. Mereka didewasakan oleh keadaan dan waktu. kebersamaan dan toleransi menjadikan tim terus berproses agar lebih baik di masa depan. Setelah berpelukan, mereka mengusap mata yang berlinang cairan hangat, kemudian tertawa bersama.

Mr. Jackson sebagai guru merasa bangga pada Tim bidder Flower. Belum pernah ini membimbing sebuah tim dalam misi sampai seperti ini. Ia senang anak-anaknya terus akur, walau ada kendala dan perbedaan ras.

“Baiklah. Kalian sudah menunjukkan hal yang membuatku terharu. Bagaimana kalau saat ini kita membuat hidangan untuk makan siang?” tawar Mr. Jo penuh harap.

Tim menatap Mr. Jackson. Sementara, sang guru berdeham, “Kami sangat menghargai undangan makan siang darimu, Mr. Jo. Namun, anak muridku akan sekarat jika tidak diberikan penawar. Mungkin suatu saat nanti kami bisa berkunjung kembali dan meneriwa tawaranmu, jika masih berlaku.”

Mr. Jo tertawa. “Tidak masalah. Terima kasih juga sudah mengunjungi. Sudah lama rasanya tidak dikunjungi seperti ini. Anak-anak mudah sangat bersemangat.”

“Sebelum pergi … bisakah si gadis penyihir ini ikut denganku sebentar. Ada sesuatu yang perlu kubicarakan,” lanjutnya.

Amara mengikuti Mr. Jo menuju belakang rumah. Pria itu mengambil sebuah grimoire di atas laci, kemudian berjalan menuju halaman belakang. Mr. Jo ingin memberikan sesuatu, pergi menuju wilayah Warlock bukan hal mudah, walau ada Mr. Jackson.

Keduanya berhadapan. Mr. Jo meminjam grimoire milik Amara, kemudian mengusap sampul benda di tangannya. Ia mengucapkan selarik mantra. Tak lama cahay berpendar memuat Amara menutup mata. Mr. jo tersenyum lembut melihat sebuah tulisan kuno—transparan sudah tertulis di sampul milik gadis penyihir.

“Kau apakan grimoire ini Mr. Jo?” Amara tidak melihat perubahan pada grimoire miliknya, tetapi ia merasakan suatu energi besar tersimpan di dalam sini.

Mr. Jo menepuk kepala Amara pelan. “Mantra kuno, kurasa kau tahu seberapa berbahaya apa memasuki wilayah Warlock. Mantra ini mampu melindungimu dari serangan Warlock. Jangan menggunakannya secara sembarangan dan terlalu sering. Energimu akan terkuras banyak nanti.”

“Terima kasih.” Amara sungguh tidak percaya. Mr. Jo memberinya mantra kuno untuk perlindungan. Pantas saja ia merasakan energi luar biasa pada grimoire miliknya.

“Sama-sama. Ayo, kita temui teman-temanmu. Ada hadiah kecil  yang ingin kuberikan.”

Amara mengangguk lantas mengikuti Mr. Jo. Kedatangan keduanya membuat tim dan Mr. Jackson seolah bertanya-tanya. Cahaya terang tadi berasal dari halaman belakang. Mereka tentu penasaran, tetapi tidak berani bertanya. Mr. Jackson merasa cahaya itu bukanlah hal biasa, ia dapat merasakan energinya.

“Nah, sebelum kalian pergi dari kediamanku, cobalah untuk memecahkan teka-teki ini.” Mr. Jo memberikan sebuah kertas selembar.

Tim menatap kertas itu saksama, sebuah garis panjang menuju suatu tempat. Nampak seperti peta, tetapi terdapat angka di dalamnya. Di pinggir kertas tertulis sebuah petunjuk.

“Pecahkan kode berupa angka ini, maka kau akan menemukan makna dibaliknya,” baca tim, kemudian menatap Mr. Jackson. “Apa maksudnya?”

🥀🥀🥀

Bidder Flower [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang