Bab. 15 appearance

31 2 0
                                    

“Berhenti! Kita kedatangan tamu di sini.”

Tim seketika terdiam, sang kapten melihat bayangan sebuah kelompok dari hutan salju. Mereka juga bersiap dengan senjata masing-masing. Tak lama, lawan pun terlihat. Katrine mengernyit melihat seragam yang digunakan kelompok lain.

“Mereka murid Fair Academy,” kata Valindra memberitahu.

Luusi mengangguk. “Ternyata sebagai Tuan Rumah, Fairland juga mengirim murid, ya? Hebat sekali!”

Jumlah murid Fair Academy seimbang dengan Kalzar Academy. Delapan siswa berbeda sekolah ini sudah berhadapan, mereka saling melempar pandang. Salah satu murid Fair Academy menciptakan pedang petir. Kemudian, melemparnya menuju Tim Katrine. Sontak, Amara membuat perisai bunga.

“Baru datang saja sudah main serang! Mereka pikir ini ….” Ucapan Luusi terpotong. Hujan petir seketika memenuhi langit, lalu menghujam Tim Bidder Flower. Perisai bunga hampir hancur, Valindra segera menghentikan hujaman petir lantas membalikan serangan.

Katrine memanfaatkan salju untuk membuat perisai, tetapi langsung dihantam kembali dengan golem tanah. Makhluk tanah itu memukul perisai sampai Tim Bidder Flower terlempar cukup jauh. Golem ini berlari menghampiri dengan suara menggelegar. Lalu memukul tanah, mereka pun terpental kembali ke udara dan jatuh di tanah.

Luusi melihat ketiga seniornya meringis kesakitan. Ia berusaha mencari pengendali golem. Seorang lelaki berambut blonde dengan rahang tegas, Luusi menargetkannya karena curiga. “Valindra! Hentikan waktu!”

“Baik!”

Elias, bantu diriku. Iris sapphire Luusi tertutup, ia membayangkan darah mengalir deras dalam tubuh lelaki itu. Pikirannya mengubah bentuk darah menjadi jarum. Terbawa arus menuju jantung, kemudian menusuk organ vital. Seketika teriakan seseorang terdengar pilu, Luusi juga menyadari jika Valindra kehabisan tenaga mempertahankan Time Control.

Tidak tinggal diam, seorang siswi Fair Academy mengangkat tangan. Matanya seolah bercahaya, muncul gumpalan air, kemudian membesar secara perlahan. Gelombang air laut raksasa beserta hiu bersiap menghantam Tim Bidder Flower. Katrine segera membekukan gelombang itu, tetapi kekuatannya tidak mampu membekukan volume air sebesar ini.

Gelombang itu menyapu Tim Bidder Flower sekali serang. Mereka terbawa arus, bahkan Katrine dan Luusi tertelan hiu raksasa. Sedangkan, Amara dan Valindra terkubur salju. Luusi terbangun dengan kepala pening karena dihantam air. Ia seperti akan mati, tetapi wajah Alard membuatnya kembali bernapas.

“Hei! Kau baik-baik saja, Luusi?” Katrine khawatir saat gadis itu tidak membuka mata. ia sudah biasa dengan gelombang air karena menggunakan air sebagai media pembekuan. Saat ini Katrine dan Luusi terperangkap di dalam mulut ikan hiu.

Luusi terbangun, ia melihat sekeliling. Kulitnya terasa aneh saat menyentuh lidah ikan hiu, bahkan gigi hewan ini begitu keras dan tajam. Katrine dan Luusi tidak tenggelem di dalam air, mulut ikan ini kosong tanpa menyimpan air. Keduanya berusaha ke luar, tetapi gigi hewan ini seperti batu, tidak bisa dipecahkan.

“Bagaimana ini? Valindra dan Amara pasti dihabisi oleh murid Fair Academy,” panik Luusi.

Katrine menyentuh pundak Luusi. “Tenanglah. Kita tidak akan menemukan jalan ke luar kalau panik.”

Di dalam mulut ikan hiu ini, Katrine berjalan ke sana-sini untuk mencari pintu ke luar. Terkadang ia mengetuk bagian gigi, menginjak lidah, atau apapun. Namun, hewan sebesar ini tidak memberi respon berarti. Setidaknya sedikit rasa sakit yang dirasakan memiliki kemungkinan terbukanya mulut hiu, tetapi tidak ada reaksi sama sekali.

Luusi duduk di salah satu gigi, ia memegang lidah hewan ini. Tiba-tiba guncangan membuatnya tersungkur. Beruntung Luusi tidak menabrak gigi hiu yang tajam, ia merasa hewan ini tengah melakukan sesuatu. Guncangan tidak terjadi sekali, tetapi berulang kali. Keduanya harus berpegangan pada gigi yang tajam agar tidak terpental.

Bidder Flower [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang