17. Victory

34 5 0
                                    

Tim Vraks akhirnya kalah, kemudian dikeluarkan dari arena perlombaan. Tersisa Tim Bidder Flower. Kemenangan Tim Katrine membawa keberuntungan, tetapi juga kerugian karena salah satu anggota harus kehilangan kesadaran. Setelah, pertarungan antara Luusi dan Rexca, sekat tranparan hilang, begitu pun jam aneh. Selang satu menit, muncul cahaya dari langit.

“Apa itu?” Katrine menyipitkan mata. “Sinar ini begitu menyilaukan, tetapi membawa kehangatan.”

Ketika cahaya itu hampir menapaki tanah, bumi pun berguncang. Tim Bidder Flower tersungkur akibat kehilangan keseimbangan. Mereka melihat cahaya putih berganti menjadi biru, unggu, dan pink yang mengelilingi sebuah botol kristal. Benda itu melayang di udara, auranya begitu kuat hingga menyesakkan dada.

Terdengar langkah tergesa-gesa menuju titik kemunculan benda tersebut. Empat orang berpakaian hitam muncul di sisi lain. Memperhatikan cahaya menyilaukan ini. Mereka beruntung menemukan sesuatu yang sedari tadi dicari. Sang ketua menatap kagum botol kristal, ia menyeringai. “Akhirnya, kita menemukan bubuk ajaib,” gumam Aiden Whistler, si ketua Tim Blackist.

Suara Zurca terdengar menggema di langit, para peserta di tanah bersalju ini mendengarkan. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi sampai bumi terasa bergetar luar biasa. Tidak sembarang orang bisa melakukan hal semacam ini. Hanya pemilik kekuatan tertinggi yang mampu menguncangkan tanah.

“Lantai bersalju, hanya dua tim tersisa, yaitu Tim Blackist dan Bidder Flower.” Zurca menatap arena perlombaan di balik pelindung transparan buatannya. “Kalian harus bertarung untuk mendapatkan bubuk ajaib. Tim lain sudah dikeluarkan, tersisa tim kalian saja. jadi, bertempurlah semampunya sampai mendapatkan bubuk ajaib. Tidak perlu sungkan untuk saling menyerang atau membunuh. Silakan.”

Tim Bidder Flower tentu terkejut. Lantai bersalju tempat mereka bertarung adalah tempat terakhir untuk mendapatkan bubuk ajaib. Sedangkan, lantai lainnya walau masih terdapat peserta sudah dihancurkan oleh Zurca karena kemunculan bubuk ajaib hanya di lantai bersalju ini. Kedua tim akan bertarung sampai darah terakhir.

“Jadi, botol kristal ini adalah bubuk ajaib?” Amara memperhatikan lebih teliti. Memang benar di dalam botol terdapat bubuk. Aura benda itu begitu kuat sampai Amara tak kuat berdiri. “Bagaimana cara menyimpan bubuk ajaib, jika auranya saja seperti menghancurkan orang lain?”

Valindra berjalan pelan menuju bubuk ajaib. Namun, langkahnya terus melambat akibat sesak dan sakit yang dirasakan. Aura bubuk ajaib begitu menyiksa, saat ingin didekati. Akhirnya, Zurca menjauhkan benda ini agar dua tim dapat bertarung.
Setelah bubuk ajaib dijauhkan, Katrine melihat kelompok lawan sudah siap untuk menyerang. Valindra pun segera mundur. Amara memejam, kemudian mengucapkan mantra. Perisai daun melindungi keempatnya, salah satu harus menjaga Luusi yang masih tidak sadarkan diri.

Tim Blackist tersenyum kecil melihat lawan. Hanya sekelompok anak kecil berpakaian seragam sekolah.  Cukup mudah dikalahkan, mungkin hanya membutuhkan lima menit untuk bisa menghancurkan kelompok tersebut. Aiden memerintahkan Edwin dan Edgar bersiap menyerang. Tim Blackist hanya terdiri dari tiga orang.

“Serang!” teriak Aiden sembari menatap bengis tim lawan.

Di dalam perisai daun, Valindra menghentikan pergerakan lawan. Katrine segera menjentikkan jari, sehingga muncul pasak es. Tubuh lawan membeku seluruhnya, kemudian muncul jari raksasa yang membungkus tubuh Edgar dan Edwin. Mereka dilempar dalam keadaan membeku.

Waktu kembali seperti semula. Aiden menggeram, ia menargetkan satu orang. Gadis berambut unggu, Aiden bisa merasakan aura gadis itu seperti penyihir. Selarik mantra ia ucapkan, muncul lingkaran sihir di tim lawan. Setelah satu menit, terdengar jeritan ngilu. Ketika tim lawan lengah, Aiden menyuruh kedua temannya menyerang kembali. “Gabungkan kekuatan kalian!”

“Baik!”

Edwin, pria itu berdiri sembari memejam. Sebuah mantra ia ucapkan, muncul lingkaran sihir di tanah, cukup besar. Tiga puluh detik berlalu, ke luar hewan berkepala tiga. Tidak hanya satu, melainkan sepuluh sekaligus. Hewan itu dinamakan Kiber, salah satu penjaga dunia bawah. Kiber melolong seperti serigala, tubuhnya sebesar singa. Bahkan dua kali lipat. Mereka mengikuti perintah Edwin. Sedangkan, Edgar tersenyum santai, ia mengeluarkan cairan beracun dari tangan. Racun ini menyebar ke seluruh tubuh Kiber. Setelahnya, Kiber berlari menghampiri Tim Bidder Flower.

Amara merasakan tubuhnya terbakar, ia menatap tim lawan. Tiba-tiba jantungnya terasa diremas. Sakit dan panas. Seketika perisai daun menghilang. Napas Amara memburu, ia seolah kehilangan kendali atas dirinya. Akar berduri menyerang Valindra, tindakan ini bukan keinginan Amara. Ia merasa dikendalikan seseorang. “Kumohon! Menjauh!”

Tim Bidder Flower kewalahan menghadapi dua serangan sekaligus. Amara dikendalikan oleh seseorang, sehingga menyerang Valindra. Sementara, Katrine harus menahan hewan berkepala tiga dengan jumlah sepuluh. Harapan terakhir ada pada Luusi sebagai bantuan, tetapi gadis itu belum membuka mata.

Katrine membuat palu es raksasa, ia mengayunkannya sekali. Kiber pun terhempas jauh, secepat kilat paku es tertancap di tubuh para hewan. Namun, semua es buatannya meleleh ketika Kiber menyemburkan cairan beracun. Katrine merentangkan tangan. Salju di tanah ini membentuk tombak runcing sebanyak ratusan, hal ini cukup menguras tenaga. Belum lagi badai salju ia buat untuk memerangkap Amara yang tengah mengamuk.

“Needle Storm.” Amara terperangkap dalam badai, ia tidak bisa ke luar. Tubuhnya sulit dikendalikan, beberapa kali menghancurkan badai ini, tetapi tak berpengaruh. Kulitnya terasa membeku saat kristal es membekukan ia dalam balo es. Amara tidak bisa berbuat banyak karena tubuhnya dikendalikan lawan. Ia harap, Katrine mampu menahannya dalam badai ini.

“Katrine! Bekukan saja diriku!”
Katrine bersimpuh, ia kelelahan. Tombak es hanya menghancurkan empat Kiber. Sisanya mulai menyerang, Valindra pun menghentikan waktu. Selagi Amara diperangkap dalam badai, ia memutar waktu. Namun, Valindra terpelanting ke arah lain karena serangan seekor naga. Edwin kembali memunculkan hewan alam bawah. Kekuatannya pun makin terkuras.

“Valindra!”

Edgar menembakkan racun pada gadis es. Kaki Katrine seketika melepuh, ia tidak menghampiri Valindra. Kekuatannya sudah di ambang batas, sedangkan naga besar itu mulai menyemburkan api ke segala arah. Sedangkan, Valindra meringis kesakitan. Ia mengulang waktu, saat naga itu belum muncul dan Katrine belum terluka.

Tidak ada yang menyadari seorang gadis berambut ruby sudah membuka mata. ia mendengar teriakan dan lolongan. Posisinya tidak bergerak seinci pun agar tidak diketahui orang lain. Elias mengatakan jika musuh tengah menyerang, ia pun menunggu waktu terbaik untuk melancarkan aksi.

Luusi mendengar suara naga, tetapi tidak lagi terdengar, setelah satu menit. Ia masih menutup mata, sehingga tidak mengetahui apa yang tengah terjadi. Elias mengatakan jika Valindra memutar waktu, hanya saja Luusi tidak terkena efek Time Control. Valindra sudah mengatur siapa saja yang akan mendapat dampak kekuatannya. Luusi pun memanfaatkan kesempatan ini untuk mengintip. Ia terkejut saat lawan kembali memunculkan naga.

“Elias, bantu diriku.” Luusi memegang erat kalung ruby. Detak jantung lawan terasa begitu nyata. Luusi membayangkan jantung itu berhenti sesaat. “Stop!”

Jantung Tim Blackist berhenti selama dua puluh detik, teknik ini sungguh menguras tenaga Luusi. Elias pun kewalahan, tetapi ia masih bisa bertahan. Dunia buatan Elias pun berguncang karena menggunakan kekuatannya lebih dari kapasitas. Tim Blackist akan merasakan sesak dan kejang-kejang. Kesempatan ini Luusi gunakan untuk meraih bubuk ajaib yang melayang di udara, tepat di atas pertempuran kedua tim.

Luusi segera bangkit, ia menggunakan darahnya seperti berselancar di air untuk meraih bubuk ajaib. Saat botol kristal sudah ia dapatkan, sebuah serangan dari Kiber dan naga mengarah padanya. Pekikan Valindra dan Katrine mengudara. Luusi melihat bola api disertai racun mematikan siap menelannya. Botol kristal ia pegang di dada, kemudian bergumam, “Hancurkan tim musuh!”

🥀🥀🥀

Bidder Flower [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang