6. Tim Bidder Flower

64 11 0
                                    

Luusi menatap bulan di langit, tidak seperti malam-malam sebelumnya, ia pasti antusias untuk belajar. Namun, kejadian ini membuat Luusi tidak memiliki semangat karena terus dihantui rasa bersalah. Mungkin, tidak sepenuhnya salah Luusi karena kejadian ini di luar kesadaran atau efek dari Emotion Control, tetapi tetap saja rasa bersalah masih menemani hati Luusi.

Tiga puluh menit lalu, Galea mengajaknya makan malam. Namun, Luusi menolak. Alasannya cukup sederhana, ia ingin tidur. Kenyataannya mata Luusi tidak ingin terpejam. Mrs. Greya juga mengunjunginya sekadar menyuruh mengisi perut. Ia kembali menolak, tetapi wanita itu membawakan tiga potong roti isi sebagai ganti makan malam.

Luusi sadar dirinya bersikap seperti anak kecil. Namun, dihadapkan dengan situasi semacam ini tak pernah terlintas di otak Luusi. Mungkin ucapan ibunya benar, ia masih terlalu kecil untuk dilepas ke alam bebas. Tanpa sadar, air mata telah membasahi pipi gadis penyuka warna merah ini. Bu, Luusi terlalu bodoh!

“Selamat malam.”

Pria berambut hitam mengusap gadis di pangkuannya. Rambut merah serta wajah putih gadis itu begitu terawat. Ia menunggu sang gadis membuka mata, agar keduanya bisa kembali berbicang. Jarang sekali mereka berbicang atau bertemu seperti saat ini.

“Hei, Luusi. Bangunlah.”

Gadis ini mengerjap, ia melihat Elias tengah tersenyum padanya. Otomatis Luusi pun membalas senyum pria itu. Rambutnya diusap, Luusi bisa melihat langit biru. Walau di dalam dunia buatan Elias, tempat ini sungguh indah. Bukan hitam-putih. Dunia buatan Elias berada di dalam tubuh Luusi, mendiami alam bawah sadarnya.

“Kita bertemu lagi, Elias.”

Luusi bangun, Elias pun memakaikan mahkota bunga. Hari ini pertemuan kedua mereka. Elias mengetahui jika Luusi menerima undangan Kalzar Academy. Walau sebatas roh saja, ia tahu betul perasaan gadis ini atau sesuatu yang terjadi pada Luusi.

Keduanya bangkit dari taman bunga, kemudian berjalan menuju pusat kota. Meski dalam tubuh seseorang sekali pun, Elias mampu mewujudkan dunia yang ingin ia kunjungi atau dunia buatan ini bisa berubah sesuai keinginan Luusi. Di tempat ini hanya ada keduanya saja, mereka bebas pergi ke sudut kota atau di mana pun.

Pertemuan semacam ini memiliki maksud tertentu, mungkin untuk saat ini. Ada hal yang ingin Elias katakan karena gadis ini mendapat masalah. Elias tidak bisa diam saja, ia harus memberitahu Luusi mengenai konsekuensi penggunaan roh darah. Semua kekuatan memilliki konsekuensi sendiri yang bersifat merugikan. Namun, memiliki keuntungan yaitu penggunaan kekuatan roh secara utuh.

Mereka berhentidi sebuah toko, Elias memasuki dapur, kemudian ke luar membawa sejumlah camilan dilengkapi minuman dingin. Dunia buatan ini bisa mewujudkan keinginan berupa tersedianya makanan. Namun, tidak bisa menghadirkan manusia lain. Ia pun menghidangkannya di depan Luusi.

“Silakan.”

Luusi mencoba kue stroberi buatan Elias, rasa manis serta lembut krim menyapa lidah. Enak sekali! Belum lagi stroberi besar yang manis. Tanpa sadar Luusi mengabaikan pria itu untuk menghabiskan hidangan di depannya. Setelah, semua makanan habis, Luusi kembali fokus pada Elias.

“Maaf membuatmu menunggu. Kau ingin mengatakan sesuatu?”

Elias mengangguk. “Benar. Pahami dengan baik apa yang kusampaikan. Jika tidak mengerti bertanyalah.”

“Baik!”

Mata Ruby Elias menatap langit biru. “Tiap pengguna roh atau kekuatan memiliki konsekuensi. Tanpa kujelaskan kau juga pernah merasakannya saat menggunakan Blood Manipulation, kan?”

Bidder Flower [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang