Mr. Xerapine menyiapkan ramuan pengembali energi di atas meja, keempat muridnya tengah beristirahat selepas menyelesaikan pembelajaran simulasi di hutan melawan empat monster. Setelah ini, mereka akan mendapat seragam misi.
Luusi membuka mata, tubuhnya terasa berat. Ia seperti berlari tanpa henti, kemudian kelelahan sampai tak mampu bergerak. Luusi melihat Valindra, Amara, dan Katrine terbaring di kursi lain, hal terakhir yang ia ingat adalah darah para monster, lalu kegelapan menjemput. Tak lama terdengar suara entakan sepatu.
“Kau sudah sadar, Nona Lancaster?”
Mata Ruby Luusi melihat keberadaan Mr. Xerapine. “Apa yang terjadi … setelah para monster mati?”
“Kau ini ya. Baru sadar saja sudah menanyakan monster simulasi. Padahal kesehatanmu jauh lebih penting. Ayo, minum ramuan penambar energi,” perintah Mr. Xerapine sembari membantu Luusi duduk, lalu menyerahkan segelas ramuan.
Gelas bening berukuran mini Luusi pegang, ia terlalu lemah karena kehilangan kesadaran, setelah menggunakan Blood Manipulation. “Mr. Xerapine. Apakah diriku bisa lebih kuat lagi?”
“Tentu saja!” Ia mengambil gelas kosong, setelah Luusi meminum segelas ramuan. “Segala sesuatu tidak didapatkan secara instan. Semua orang berjuang untuk mendapatkan keiginan dan cita-cita. Tanpa perjuangan dan pengorbanan, keinginan kita hanya berujung khayalan semata.”
Luusi memperhatikan Mr. Xerapine yang mencuci gelas, ia mendapat sedikit motivasi dari pria itu. Luusi selalu seperti ini, takut jika suatu masalah menggoyahkan batinnya. Namun, sebuah cahaya menyinari hati Luusi, ia pun memiliki semangat kembali untuk menebus kesalahannya.
Seekor BirdSnow datang, hewan itu membawa empat seragam misi. Mr. Xerapine menerima pesanan dari Mrs. Gizella, ia pun memberikan biji-bijian sebagai imbalan BirdSnow karena membawakan pakaian misi untuk keempat muridnya. Saat Mr. Xerapine sibuk memberi makan BirdSnow, satu per satu siswanya terbangun. Mereka menatap guru tempa senjata itu bingung.
“Apa yang kau lakukan, Mr. Xerapine?” tanya Valindra mewakili teman-temannya.
BirdSnow kembali terbang, meninggalkan Building Simulation. Mr. Xerapine kembali mencuci tangan. “Hanya memberi makan pada hewan yang sudah mengantar seragam untuk kalian.”
Keempat seragam melayang di udara, tulisan kuno muncul di masing-masing pakaian, lalu menghampiri pemilik. Pelengkap seragam misi, yaitu jubah biru. Mr. Xerapine menjelaskan jika jubah dapat menahan serangan api dan air. Cukup berguna saat melakukan pertarungan. Bahkan, tidak mudah kotor atau sobek, bisa menghangatkan saat kedinginan, membuat tubuh transparan, dan dilengkapi pelindung. Jubah serbaguna untuk melakukan misi.
“Tunggu! Bukankah kami sudah memiliki jubah pada misi sebelumnya, Mr. Xerapine?” tanya Katrine. Ia sudah memiliki jubah atau seragam misi, entah mengapa diberikan lagi. Padahal selama menjalani misi, Katrine menggunakan jubah lamanya.
Mr. Xerapine tertawa. “Tidak tahu saja kalau Kalzar Academy selalu memperbaharui fungsi seragam misi. Jadi, seragam lamamu bisa dibuang karena fungsinya sudah ketinggalan zaman!”
“Sekolah ini memang sudah gila! Memperbaharui pakaian misi sesering ini?” Katrine mengangkat tangan, pasrah.
🥀🥀🥀
Keesokannya, Luusi menggunakan seragam misi biru-putih selutut dengan lengan sepanjang siku. Pada bagian dada sebelah kiri terdapat badge nama siswa, sedangkan badge kelas bewarna hijau untuk tingkat satu dan lambang Kalzar Academy di lengan sebelah kiri. Tambahan, Waist Bag untuk meletakkan grimoire, senjata kecil berupa pisau, botol ramuan, dan lainnya berada di pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidder Flower [TAMAT]
FantasyLuusi Lancaster, salah satu murid terpilih dari ras manusia. Ia diundang menjadi murid di Kalzar Academy, yaitu sekolah khusus untuk menampung calon murid dari seluruh ras dengan kekuatan berbeda. Di tahun pertama, Luusi mendapat misi untuk mencari...