22. Code

27 3 0
                                    

“Kau menipu kami?” Valindra memekik tertahan.

Mrs. Heart tersenyum tipis, ia mengentakkan kaki. Seketika, tangga muncul menuju ke bawah. “Sedikit memberi pelajaran, sepertinya bukan masalah.” Ia menuruni tangga menuju mata air.

Pundak Valindra ditepuk pelan oleh Amara. Emosi tidak akan menyelesaikan apapun. Orang-orang di wilayah ini suka sekali berbuat jahil, berbeda dengan Katrine. Si gadis pendiam. Mereka pun mengikuti langkah sang guru. Di pinggir sumber air, langkah mereka terhenti. Inti Crystal Lake tersembunyi begitu rapat sampai tidak ada yang menyadarinya.

Bentuk dari inti Crystal Lake sendiri seperti danau dengan air hijau bening, pohon besar di tengah, dan air terjun. Di sisi kaan-kiri terdapat pohon besar, rangkaian bunga berjatuhan ke dalam danau membuat danau ini menjadi harum. Tiba-tiba Mrs. Heart menceburkan diri ke dalam air, ia berenang menuju dasar. Sebuah bunga kristal tumbuh seperti karang.

“Astaga!” pekik Luusi terkesiap.

Amara menggoyangkan lengan gurunya. “Mr. Jackson! Jangan diam saja! Tolong Mrs. Heart!”

Katrine mencegah Valindra yang ingin menyelamatkan Mrs. Heart, ia juga melarang Mr. Jackson masuk ke dalam air. Wilayah ini merupakan daerah kekuasaan Fallen Angel murni, tidak mungkin Mrs. Heart mati begitu saja. Tim menunggu sekitar satu menit, wanita itu akhirnya muncul ke permukaan seraya membawa bunga kristal.

“B-bagaimana bisa pakaianmu tidak basah?” Mr. Jackson tercengang.

Mrs. Heart tertawa pelan. “Ya, tentu saja. Air di danau ini juga menyesuaikan keinginanku sebagai pemilik wilayah. Kulitku akan merasakan dinginnya air, tetapi pakaianku tidak akan basah. Nah, bunga ini sudah kukumpulkan, kalian harus memakannya.”

Mereka melempar tatapan, hanya Mr. Jackson yang tidak protes. Ia segera mengunyah bunga kristal tanpa peduli rasa dan aromanya. Sedangkan, para murid memakan tumbuhan itu dengan mata tertutup. Rasa dari bunga kristal seperti memakan nasi, tidak ada rasa dan hambar. Seketika tubuh mereka terasa ringan.

“Ayo, kita berjalan di atas air.”

Tim dibuat tercengang. Katrine saja belum pernah berjalan di atas air, walau dari negeri ini sekalipun. Mr. Jackson menyuruh mereka berpengangan di pundak satu sama lain. Sementara, sang guru mengawasi dari belakang jika ada sesuatu. Barisan terdepan di isi oleh Katrine, disusul Amara, Luusi, dan Valindra. Terakhir Mr. Jackson.

Rasanya menapaki air seperti berjalan di atas es. Ketegangan melintasi tempat ini cukup terasa. Tidak ada ikan di dalam danau, mereka bisa menyentuh air di bawah kaki. Bunga berjatuhan saat tim berjalan. Angin berembus pelan membuat harum bunga makin terasa menyengat.

Mrs. Heart masuk ke dalam air terjun, diikuti tim. Mereka menapaki lorong, tidak gelap. Melainkan terang karena obor di sisi kanan-kiri dinding. Sesampainya di ujung, sebuah tirai ia sibak. Semua mata melotot melihat benda berukuran besar dibalik air terjun.

“Eternal Lamp,” ujar Mrs. Heart.

Tim terkejut melihat wujud dari lampu abadi, bentuknya seperti teko yang mampu mengeluarkan jin dari dalam. Benda ini bisa memantulkan cahaya, layaknya kaca. Berwarna emas dan mengkilat. Di geser pun  tidak bergerak sama sekali.

Mr. Jackson menyentuh benda itu, ia ragu membawa lampu abadi sebesar ini. “Bagaimana caranya mengeluarkan benda sebesar ini?”

Katrine mengitari benda raksasa ini. Eternal Lamp tidak bisa sembarangan diambil, maka dari itu ukurannya sebesar seekor gajah. Tempat penyimpanan benda ini juga tidak asal, dibalik air terjun. Tidak ada yang bisa memasuki wilayah ini kecuali keturunan murni. Katrine menyusun semua potongan memori untuk mendapat petunjuk. Ia menyentuh lampu abadi, diusapnya bagian badan. Sebuah tulisan kuno muncul.

“Empat batu. Memperkecil. Pengorbanan.” Katrine mengernyit, tidak mengerti maksud dari tulisan ini. Eternal Lamp seolah menyuruhnya menemukan sesuatu dibalik ketiga kata ini. “Mrs. Heart, kurasa kau mengetahui sesuatu.”

Wanita Fallen Angel itu menggeleng. “Maaf saja, Katrine. Eternal Lamp disegel oleh petinggi kerajaan. Diriku tidak mengetahui cara membukanya.” Ia mengetahui letak benda ini, tetapi bukan berarti paham cara mengeluarkan Eternal Lamp.

Luusi mengitari ruangan ini, pasti ada sesuatu. Ia pernah melihat teka-teki semacam itu saat menyergap para pelelang manusia. Sebuah kode perlu dipecahkan untuk mencapai titik utama. Tempat ini memiliki keamanan tinggi karena petunjuk dibuat sehalus mungkin. Di pojok ruangan, ia melihat sebuah bunga cahaya, kemudian memperhatikan sekeliling. I got you!

Tanpa pikir panjang, Luusi memetik bunga cahaya. Ruangan ini seketika berguncang, ia pun berpegangan pada dinding. Sekitar tiga puluh detik guncangan menghilang. Kemudian, muncul ratusan kotak kecil memenuhi tempat ini.

“Apa yang terjadi?” tanya Amara panik.

Valindra mengambil salah satu kotak di dekatnya, kemudian membuka benda itu. Muncul batu dari dalam. Semua mata seketika tertuju padanya. Batu berukuran sedang ini memancarkan cahaya keemasan, lalu menyerap energi Valindra. Petunjuk lain seketika muncul.

“Tersisa tiga batu utama. Kesempatan diberikan pada mereka yang berhak,” baca Mr. Jackson.

“Empat, ya?” gumam Mrs. Heart. Ia memperhatikan batu tersebut. Serasa tidak asing untuknya. Sebuah ingatan muncul, ia mengingat batu itu. “Katrine, Amara, dan Luusi. Kalian harus membuka satu kotak yang berisi batu. Tidak boleh salah mengambil, kesempatan kalian hanya satu. Jika salah memilih, maka dinding ini akan mengimpit kita.”

Mrs. Heart menunjuk jalan ke luar, ternyata sudah tertutupi oleh bebatuan. Ia baru menyadari jika mereka sudah terjebak di dalam sini. Ratusan kotak kecil ini sungguh menjebak, salah memilih berarti membuang kesempatan untuk hidup. Beruntung Valindra memilih kotak yang benar. Sehingga, tersisa tiga batu utama.

Amara berjalan menjauh, kemudian meneliti perbedaan tiap batu. Jika dilihat semua kotak di sini sama saja, tetapi Amara yakin ada sesuatu sebagai pembeda. Jika Valindra mendapatkan kotak bercahaya lebih terang daripada yang lain, maka ia harus mencari perbedaan lain. Langkah Amara terhenti, ia memiliki sebuah cara.

Tidak semua kotak memiliki berat yang sama, beberapa kotak melayang di udara, sebagian lagi berada di lantai. Amara menggunakan sulurnya untuk menguji bobot kotak. Setelah, satu menit berlalu barulah ia menemukan perbedaannya. Salah satu kotak terasa ringan seolah tidak ada isi di dalamnya. Amara membuka benda ini perlahan-lahan. “Wow! Kudapatkan satu lagi!”

🥀🥀🥀

Bidder Flower [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang